Harga Minyak Dunia Susut Gegara Data Stok AS Lampaui Perkiraan Analis

Sedang Trending 2 jam yang lalu

CNN Indonesia

Rabu, 23 Okt 2024 11:23 WIB

Harga minyak mentah bumi turun pada perdagangan Rabu (23/10) lantaran persediaan minyak AS lebih besar dari perkiraan analis. Harga minyak mentah bumi turun pada perdagangan Rabu (23/10) lantaran persediaan minyak AS lebih besar dari perkiraan analis. (Foto: Tangkapan layar twitter @@PIF_en)

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah dunia turun pada perdagangan Rabu (23/10) lantaran persediaan minyak Amerika Serikat (AS) meningkat lebih banyak dari nan diperkirakan.

Selain itu, pasar juga terus mencermati kondisi perang di Timur Tengah.

Mengutip Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 31 sen alias 0,4 persen menjadi US$75,73 per barel. Senada, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI AS) juga turun 32 sen alias 0,05 persen menjadi US$71,42 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan nilai minyak nan bergolak dalam jangka waktu nan singkat, mempertahankan posisi di kedua sisi pasar terbukti menantang,"  kata analis Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.

American Petroleum Institute mencatat stok minyak mentah AS naik 1,64 juta barel minggu lalu. Padahal, hasil survei Reuters terhadap para analis memperkirakan kenaikan stok minyak mentah hanya sebesar 300 ribu barel.

Sedangkan, bensin dan bahan bakar sulingan turun sebanyak 3,5 juta barel. Adapun info inventaris minyak resmi pemerintah AS bakal dirilis pada hari Rabu pukul 10.30 waktu setempat.

Namun, nilai minyak sedikit mendapatkan support dari tanda-tanda pemulihan permintaan dari China imbas perbaikan perekonomiannya. Kondisi ini sedikit memberi angan bagi nilai minyak lantaran Beijing tercatat sebagai importir terbesar minyak mentah di dunia.

Goldman Sachs pada Selasa (22/10) memperkirakan nilai minyak bakal mencapai rata-rata US$76 per barel pada 2025.

Proyeksi ini berasas surplus minyak mentah moderat dan kapabilitas persediaan di antara produsen di OPEC+, nan merupakan campuran Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu nan dipimpin oleh Rusia.

Kondisi perang di Timur Tengah nan makin panas memang menjadi perhatian pelaku pasar. Apalagi setelah Israel pada Selasa mengonfirmasi telah membunuh Hashem Safieddine, pewaris mendiang pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah nan tewas bulan lalu.

[Gambas:Video CNN]

(ldy/pta)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com