Dosen ITB Ungkap Biang Kerok Jumlah Kelas Menengah Turun

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Yorga Permana menilai kurangnya lapangan kerja di sektor umum menjadi penyebab menurunnya jumlah kelas menengah.

Ia mengatakan banyak pekerja di sektor umum nan beranjak ke sektor informal, terutama pasca pandemi covid-19. Kemudian banyak juga angkatan kerja baru nan langsung masuk ke sektor informal lantaran minimnya pekerjaan di sektor formal.

Padahal, sektor informal condong tidak layak lantaran tak mendapatkan pendapatan nan memadai dan tak mempunyai agunan sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya percaya bahwa middle class (kelas menengah) nan bertumbuh tidak bisa hadir, tidak bisa ada terus, tanpa adanya akses pada pekerjaan nan baik dan stabil. Inilah nan membikin pekerjaan nan layak semakin mendesak untuk kelas menengah lantaran ini nan bisa membikin mereka stabil dan tidak turun kelas," katanya dalam Diskusi Publik INDEF "Kelas Menengah Turun Kelas", Senin (9/9).

Yorga mengatakan penurunan jumlah pekerja di sektor umum mulai terlihat pada 2014, di mana pekerjaan sektor umum tetap tumbuh 2 juta per tahun seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi pekerja berdikari (self employment) juga meningkat, hingga kemudian terjadi kejadian gig economy.

Gig economy ini adalah kondisi saat pasar tenaga kerja didominasi oleh pekerjaan sementara, lepas, dan kontrak, seperti driver ojek online (ojol). Fenomena itu terus terjadi hingga pekerja informal mendominasi.

"Dan ketika covid datang akhirnya baru kita tahu ekonomi kita rentan, ada 10 juta pekerjaan baru di sektor informal dan pekerja umum hanya meningkat 2 juta. Di sini masalahnya kenapa kelas menengah turun, artinya memang banyak pekerja nan asalnya umum pindah ke informal," imbuhnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta orang pada 2024, turun dibandingkan 2023 nan mencapai 48,27 juta orang.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar mengatakan penyebab utama turunnya kelas menengah tahun ini adalah pandemi Covid-19. Tercermin dari info nan dimiliki, penurunan jumlah masyarakat kelas menengah berkurang sejak 2019.

Menurutnya, pengaruh pandemi pada 2020 lampau tetap terasa sampai saat ini, terutama kepada perekonomian. Masyarakat kelas menengah pun turut merasakan dampaknya.

"Kan tadi sudah dilihat dari 2014 ke 2019 kan naik (kelas menengah) dari 41 persen jadi 53 persen. Setelah pandemi, dia turun bertahap, itu nan saya tadi bilang, ada long covid buat perekonomian," ujarnya dalam konvensi pers, Jumat (30/8).

[Gambas:Video CNN]

(fby/pta)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com