Anak Buah Luhut Bongkar 80 Persen Pertalite Disedot Orang Kaya

Sedang Trending 6 hari yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membongkar pemakaian BBM subsidi saat ini, ialah pertalite dan biosolar, rupanya lebih banyak disedot orang kaya.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin merinci 80 persen pertalite dan 95 persen dipakai orang mampu. Hal ini nan menjadi landasan pembatasan BBM subsidi.

Rachmat mengutip info survei dari Kementerian Keuangan (Keuangan) nan membagi konsumsi BBM subsidi dari 10 golongan rumah tangga. Semakin tinggi tingkatnya menunjukkan keahlian finansial mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini kita lihat nomor 5-nomor 10 berfaedah nan tengah sampai paling tinggi mengambil 95 persen solar dan 80 persen bensin (pertalite) bersubsidi. Jadi, nan menikmati malah golongan atas (orang kaya). Makin tinggi (tingkat rumah tangga), dia makin gede dapatnya," tuturnya dalam Diskusi di Kemenko Marves, Jakarta, Kamis (12/9).

Padahal, negara menggelontorkan duit nan tak sedikit untuk subsidi dan kompensasi BBM. Rachmat mencatat, dari 2019-2023, pemerintah rata-rata mengucurkan Rp119 triliun per tahun.

Ketika kondisi penyaluran BBM subsidi tidak tepat sasaran seperti sekarang, Rachmat menegaskan tidak tepat jika negara malah menambah anggaran. Menurutnya, ini kudu dibarengi dengan pengetatan subsidi BBM.

"Jadi, ini (Rp119 triliun per tahun) duit tax payer kita diberikan untuk subsidi dan kompensasi BBM. nan menjadi isu, rupanya subsidi BBM ini bukan dinikmati golongan menengah bawah, tapi sebenarnya banyak dinikmati sama menengah atas," ungkap Rachmat.

"Kita lihat hari ini penyaluran BBM subsidi nan harusnya dinikmati golongan nan ekonominya lebih rentan alias lemah, rupanya malah dinikmati golongan lebih kuat. Jadi, perlu dibuat subsidinya ini lebih tepat sasaran," tegasnya.

Anak buah Luhut itu membeberkan ada tiga skema awal nan dipikirkan pemerintah. Pertama, Rachmat menyinggung buahpikiran soal meningkatkan nilai BBM subsidi.

Namun, dia menegaskan langkah tersebut tidak diambil pemerintah. Rachmat mengerti ada kelas menengah nan pasti terdampak jika nilai BBM subsidi dipaksa naik.

Kedua, negara bakal menanggung biaya subsidi. Rachmat menilai opsi ini kurang tepat, terlebih terbukti penyaluran pertalite Cs selama ini tidak tepat sasaran.

"(Ketiga) mungkin menarik jika kita tanggung di APBN, tapi kita juga memperbaiki penyaluran subsidi BBM ini. Kita buat lebih tepat sasaran, jadi win-win. Tidak ada beban tambahan secara umum dari APBN, rumor subsidi belum terlalu tepat bisa kita improve," jelasnya.

Rachmat juga merinci gimana setiap kendaraan menerima porsi dari subsidi BBM selama ini. Ia menegaskan motor menjadi penerima faedah subsidi paling rendah, lantaran penggunaan BBM-nya juga sedikit.

Asumsi Kemenko Marves, pengguna pertalite menerima besaran subsidi sekitar Rp1.600-Rp2.000 per liter. Sedangkan pembeli biosolar bisa menerima faedah subsidi sekitar Rp5.000 per liter.

"Misal, orang naik motor pakai bensin tertentu menikmati subsidi BBM Rp1, tapi orang pakai LCGC bakal dapat Rp4, low MPV Rp4,6, MPV Rp5, SUV diesel Rp10,9-Rp13,1," tutur Rachmat.

"Diesel itu gak ada LCGC-nya, gak ada mobil murah. Motor hanya Rp1, diesel sampai Rp13. Itu kita pikir perlu kita align-kan," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]

(skt/sfr)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com