Sritex Rumahkan Sebagian Karyawan Gara-gara Kekurangan Bahan Baku

Sedang Trending 3 jam yang lalu

Solo, CNN Indonesia --

PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex mulai merasakan akibat putusan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Sebagian pegawai terpaksa diliburkan akibat kekurangan bahan baku.

"Memang kami sekarang mengalami shortage (kekurangan) bahan baku," terang Direktur Utama Sritex Iwan Setiawan Lukminto alias biasa disapa Wawan usai menerima kunjungan dari Komisi VII DPR RI, Kamis (7/11).

"Ada sebagian tenaga kerja kami nan kami liburkan," sambungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang melalui putusan nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg 21 Oktober lalu, perusahaan tidak lagi leluasa mengelola aset-asetnya. Kewenangan mengurus dan membereskan kekayaan perusahaan dialihkan oleh kurator nan ditunjuk pengadilan.

Wawan berambisi kurator tidak hanya bermaksud untuk melikuidasi aset-aset perusahaan untuk kepentingan kreditur. Ia meminta kurator juga memperhatikan aspek operasional perusahaan.

"Keberlangsungan upaya ini kudu tetap melangkah lantaran ini bakal mempengaruhi roda perputaran cash flow dari perusahaan," kata Wawan.

GM HRD Sritex Group, Hario Ngadiyono menambahkan pihaknya mulai meliburkan sebagian pegawai di sektor pemintalan namalain spinning. Namun, dia belum bisa menyebut berapa jumlah tenaga kerja nan dirumahkan akibat putusan pailit tersebut.

"Yang sudah mulai itu di sektor pemintalan. Jumlahnya belum saya cek," kata Hario.

Ia menjelaskan sampai saat ini kebijakan untuk merumahkan tenaga kerja hanya bertindak di pabrik pemintalan di Sukoharjo. Hal itu disebabkan lantaran bea cukai menghentikan arus keluar masuk peralatan dari Pabrik Sritex tersebut.

"Pemintalan nan lain kan tetap jalan. Hanya di sini (Sukoharjo) saja lantaran di-stop sama bea cukai kan. Jadi kita belum bisa keluar masuk peralatan ya diselesaikan nan ada dulu," kata Hario.

Ia memastikan sampai saat ini perusahaan belum mengambil langkah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan-karyawan tersebut. Mereka dipastikan bisa bekerja lagi setelah pasokan bahan baku kembali pulih.

"Kita produksi kan tergantung bahan baku. Kalau bahan baku nggak bisa masuk, otomatis produksi berhenti, ya kita kudu rehat dulu. Kalau ada (bahan baku) ya jalan lagi," kata Hario.

Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay mengatakan pihaknya bakal segera mengadakan rapat untuk menindaklanjuti temuan dari Sritex. Dari rapat itu Komisi VII bakal menentukan pihak-pihak nan perlu dipanggil untuk dimintai keterangan lebih lanjut dalam upaya pengamanan Sritex.

"Misalnya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Bea Cukai juga mungkin bakal dipanggil," kata Saleh.

Ia juga bakal mengupayakan agar hasil produksi perusahaan nan sekarang dikelola kurator tetap bisa dijual. Namun dia mau memastikan agar proses penjualan tersebut tidak melanggar norma nan berlaku.

"Bagaimana menyelamatkan barang-barang produksi mereka nan ada di sini ini? Apakah dibolehkan keluar? Karena kita tidak mau ada satu pun ketentuan perundang-undangan kita nan dilanggar," kata Saleh.

Di hadapan Komisi VII, Wawan menegaskan PT Sritex tetap beraksi meski sudah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Bahkan perusahaan itu tetap menggaji karyawannya secara utuh.

Saleh berambisi semua pihak bisa bergerak sigap untuk menyelamatkan PT Sritex nan saat ini tetap mempekerjakan puluhan ribu karyawan. Termasuk Mahkamah Agung (MA) nan sekarang menangani sidang kasasi atas putusan pailit PT Sritex.

"Kalau masalah ini diperlambat penyelesaiannya, misalnya putusannya diperlambat, karyawan-karyawan nan bekerja di sana itu bisa jadi off (diberhentikan). Karena barangnya disetop di sini, nggak bisa keluar," kata dia.

Hal itu, lanjutnya, tentu bakal berakibat pada arus finansial perusahaan.

"Kalau nggak bisa keluar kan nggak bisa dijual. Kalau nggak bisa dijual kan nggak ada uang, jika nggak ada duit kan nggak bisa bayar karyawan. Kalau nggak bayar tenaga kerja bagaimana?" kata Saleh.

[Gambas:Video CNN]

(syd/sfr)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com