Liputan6.com, Jakarta- Pekan Olahraga Nasional alias PON 2024 sudah selesai dilaksanakan di Aceh dan Sumatera Utara. Ajang empat tahunan itu resmi ditutup pada 20 September 2024 dengan Jawa Barat kembali keluar sebagai juara umum.
Pelaksanaan PON 2024 di Aceh membikin para peserta mempersiapkan diri untuk menghargai budaya dan budaya setempat. Maklum saja tak sedikit orang memandang Aceh sebagai provinsi dengan keistimewaan tersendiri, terutama dalam penerapan hukum Islam.
Namun, begitu tiba di Serambi Mekah, kebanyakan dari mereka justru mengalami pengalaman bagus nan melampaui ekspektasi.
Adat Peumulia Jamee, nan menekankan penghormatan kepada tamu, menjadi salah satu inspirasi terbesar bagi para peserta. Yesni Luek, Pelatih Kempo dari Nusa Tenggara Timur (NTT), berbagi pengalamannya dalam perbincangan santuy di Media Center Utama pada 20 September 2024.
"Slogan memuliakan tamu bukan hanya sekadar slogan. Semoga apa nan kami dapat di sini bisa dilaksanakan di NTT agar PON kelak lebih baik," ungkap Yesni dengan penuh semangat.
PON XXI bukan hanya sekadar arena olahraga, melainkan juga menjadi pertemuan akbar nan merajut persatuan bangsa. Para atlet dari seluruh Indonesia datang membawa semangat sportivitas, nan dipadukan dengan kehangatan sambutan tuan rumah.
"Aceh berada di ujung barat Indonesia, dan sebelumnya Papua di ujung timur. Sekarang, Nusa Tenggara berada di tengah. Kita rajut Indonesia untuk kita bangun bersama," ujar Yesni dengan tekad menjadi tuan rumah PON berikutnya di NTT dan NTB.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Keramahan Aceh
Tidak hanya dari aspek kebudayaan, kopi Aceh juga menjadi sorotan. Ni Kadek Ernawati, atlet angkat berat asal Bali, nan sukses meraih perunggu, mengungkapkan kekagumannya terhadap cita rasa kopi Aceh nan khas.
“Kopi Aceh betul-betul unik. Saya sudah mencoba kopi dari beragam daerah, tapi nan ada di Aceh ini sangat berkesan,” ujarnya.
Pengalaman luar biasa juga dirasakan oleh kontingen lainnya. Manajer Kempo Kalimantan Timur, Panti Suhartono, memberikan apresiasi terhadap Liaison Officer (LO) nan sangat akomodatif dan membantu selama acara.
“Penyambutan di sini betul-betul luar biasa, seperti menyambut family sendiri,” ujar Rismanto, atlet angkat berat dari Yogyakarta.Keamanan di Aceh pun menjadi poin positif nan sering diangkat.
"Ketika tiba waktu maghrib, semua warung tutup dan pemiliknya meninggalkannya begitu saja tanpa rasa khawatir. Ini perihal nan tidak biasa saya temui di tempat lain,” kata Ni Kadek Ernawati dengan kagum.
Kagumi Aceh
M. Khafidz Arifin, pembimbing Kempo dari Kalimantan Selatan, juga memuji keramahan masyarakat Aceh, kualitas venue, serta kuliner unik nan membikin pengalaman di Aceh tak terlupakan. "Unforgettable Aceh," katanya menggambarkan emosi mendalam terhadap pengalaman nan dia dapatkan di sana.
Atlet Kempo peraih lencana perak, Mirwan Nafil, menambahkan bahwa venue Kempo di GOR KONI Aceh sangat memukau. “Saya sampai kirim foto venue ke orang tua. Keren banget!” katanya.
Komentar positif tak henti-hentinya datang dari para atlet dan pelatih. Meski ada beberapa kekurangan nan diakui oleh Manajer Kempo NTT, Yosfen Lao, dia dengan bijak mengatakan, "Sedikit kesalahan itu wajar. Kami manusia pasti mempunyai kekurangan, dan kami minta maaf atas perihal itu."
Dalam semangat perpisahan, Riska Mentari, salah satu LO, mewakili masyarakat Aceh menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan nan mungkin terjadi selama PON berlangsung.
“Kami berterima kasih kepada semua tamu nan telah berperan-serta di aktivitas PON XXI Aceh-Sumut. Kami menyambut kalian semua dengan hangat, dan semoga kita bisa berjumpa lagi di kesempatan lain,” katanya dengan tulus.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.