Liputan6.com, Jakarta - Pihak berkuasa Turki telah menangkap seorang siswa di sekolah menengah atas (SMA) lantaran menyontek saat ujian masuk universitas dengan menggunakan perangkat lunak kepintaran buatan (artificial intelligence/AI).
Siswa itu dilaporkan terlihat berperilaku mencurigakan selama ujian. Mengutip Reuters, Kamis (13/6/2024), orang lain nan membantu siswa curang tersebut juga ditahan.
Sebuah video nan dirilis oleh polisi di provinsi barat daya Isparta menunjukkan gimana siswa itu menggunakan kamera nan disamarkan sebagai kancing baju.
Kancing baju itu dihubungkan dengan perangkat lunak AI melalui router nan disembunyikan di sol sepatu siswa tersebut.
Seorang petugas polisi dalam video memindai sejumlah soal ujian untuk menunjukkan langkah kerja sistem.
Secara mengejutkan, perangkat lunak AI itu bisa menghasilkan jawaban tepat, nan dibacakan melalui lubang suara.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mahasiswa Ketahuan Pakai AI ChatGPT untuk Bikin PR Esai
Penggunaan kepintaran buatan (artificial intelligence/AI) untuk menggantikan karya buatan manusia tetap menjadi kontroversi, di tengah semakin populernya beberapa platform, salah satunya adalah ChatGPT.
Di South Carolina, Amerika Serikat, seorang guru besar perguruan tinggi menangkap basah mahasiswanya menggunakan bot ChatGPT, untuk menulis tugas esai dari kelas filsafatnya.
Dilansir New York Post, semua bermulai saat awal Desember 2022, Darren Hick memberikan PR ke para siswa di kelasnya, berupa menulis esai 500 kata tentang filsuf abad ke-18 David Hume dan paradoks horor.
Assistant philosophy professor di Furman University itu mendapati satu esai nan menampilkan beberapa penanda penggunaan AI pada karya siswa tersebut.
"Ini style nan bersih. Tapi itu bisa dikenali. Saya bakal mengatakan itu menulis seperti siswa kelas 12 nan sangat cerdas," kata Hick soal jawaban tertulis ChatGPT, atas pertanyaan nan diberikan.
Hick menceritakan, ada kata-kata janggal tertentu nan digunakan nan tidak salah, tetapi terasa aneh.
"Jika Anda mengajari seseorang langkah menulis esai, ini adalah langkah Anda memberi tahu mereka untuk menulisnya, sebelum mereka menemukan style mereka sendiri," kata Hick.
Hick memang mempunyai latar belakang etika norma kewenangan cipta. Namun dia mengatakan, nyaris mustahil untuk membuktikan bahwa makalah muridnya tersebut dibuat oleh ChatGPT.
Profesor itu pun memasukkan teks pelaku ke dalam software yang dibuat oleh produsen AI ChatGPT, untuk menentukan apakah jawaban tertulis itu dibuat oleh kepintaran buatan.
Melakukan Pengujian
Hick diberikan kemungkinkan 99,9 persen kecocokan. Namun tidak seperti software pendeteksi plagiarisme biasa, software yang dipakai tidak menampilkan kutipan.
Hick lampau mencoba membikin esai nan sama dengan mengusulkan serangkaian pertanyaan kepada ChatGPT, nan dia bayangkan telah diajukan oleh muridnya.
Cara itu menghasilkan jawaban serupa namun tidak ada kecocokan langsung. Hal ini lantaran perangkat itu merumuskan jawaban nan unik.
Hick kemudian menemui mahasiswa itu, nan akhirnya diketahui betul menggunakan ChatGPT. Kasus ini pun membuatnya kandas di kelas sang profesor. Dia juga dibawa ke dekan akademik.
"Akademisi tidak memandang ini datang. Jadi kami agak dibutakan olehnya," kata Hick.
Hick juga mengungkapkan bahwa dia segera melaporkan temuannya di Facebook. Rupanya, salah satu rekannya juga menemukan mahasiswa nan curang dengan langkah serupa.
Profesor itu pun cemas kasus-kasus lain nyaris tidak mungkin dibuktikan. Selain itu, universitas sepeti Furman sedang berupaya menetapkan protokol akademik formal, untuk teknologi nan sedang berkembang.
Hal nan Bisa Dilakukan
Untuk sekarang, Hick mengatakan nan terbaik nan bisa dilakukan adalah mengejutkan siswa nan dicurigai dengan ujian lisan dadakan, berambisi mereka lengah tanpa perlindungan teknologi.
Yang lebih menakutkan Hick adalah, jika ChatGPT terus belajar, kejanggalan dalam sebuah karya buatannya bakal berkurang di atas kertas siswa.
"Ini adalah perangkat lunak pembelajaran--dalam sebulan, ini bakal menjadi lebih pintar. Dalam setahun, itu bakal menjadi lebih pintar," katanya.
"Saya merasakan perpaduan antara teror nan buruk dan apa artinya ini bagi pekerjaan saya sehari-hari - tetapi ini juga menarik, sangat menarik," ucapnya menambahkan.
Dikutip dari The Guardian, ChatGPT merupakan kepintaran buatan nan dikembangkan OpenAI.
Sebagai informasi, OpenAI merupakan yayasan kepintaran buatan nan dibuat oleh Elon Musk. OpenAI menyebut kepintaran buatan ini dikembangkan dengan berfokus pada kemudahan penggunaan.
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.