Liputan6.com, Jakarta - Kata orang kesempatan tidak datang dua kali. Well, Timnas Indonesia sebenarnya mempunyai tiga kesempatan untuk mencapai Olimpiade Paris setelah mencapai semifinal Piala Asia U-23 2024.
Pasukan Shin Tae-yong bisa berangkat ke pesta olahraga termegah di muka Bumi jika memenangkan laga empat besar sekaligus mencapai final. Namun, Garuda Muda urung meraihnya setelah dikalahkan Uzbekistan 0-2, Senin (29/4/2024) malam WIB. Meski diwarnai polemik kepemimpinan wasit, kudu diakui Timnas U-23 Indonesia memang kalah kelas pada pertandingan tersebut.
Kesempatan kedua datang di laga perebutan ranking tiga. Hasil positif di sini bakal menjadikan Indonesia melengkapi kuota Asia di Olimpiade 2024 berbareng Uzbekistan dan Jepang nan berjumpa pada laga puncak Piala Asia U-23.
Sayang, Garuda Muda kembali melewatkan momen. Sempat memimpin terlebih dulu melalui Ivar Jenner, timnas Indonesia U-23 tumbang 1-2 melalui perpanjangan waktu, Jumat 3 Mei 2024 awal hari WIB.
Kesempatan ketiga namalain terakhir sekarang datang pada play-off konfederasi antara Afrika dan Asia. Laga ini diciptakan agar dua area tersebut bisa menambah perwakilan di Olimpiade. Timnas Indonesia bakal meladeni tim keempat Afrika Guinea di Clairefontaine, Prancis, pada Kamis 9 Mei 2024 mendatang.
Sebelumnya Maroko, Mesir, dan Mali sudah menggenggam tiket Olimpiade Paris setelah menempati tiga besar Piala Afrika U-23 2023.
"Peluang kita untuk bisa tampil di Olimpiade tetap terbuka. Kita kudu berjuang di pertandingan melawan Guinea. Ini merupakan kesempatan terakhir untuk bisa tampil di Olimpiade, kudu kita manfaatkan sebaik-baiknya. Bismillah," tukas Ketua Umum PSSI Erick Thohir di situs resmi federasi.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kesempatan Langka Timnas Indonesia U-23
Kembali tumbang di pertandingan tersebut, maka Indonesia kudu menunggu setidaknya empat tahun lagi untuk mengikuti sepak bola Olimpiade.
Penantian mengakhiri paceklik pun otomatis semakin panjang. Satu-satunya penampilan Tim Merah Putih di Olimpiade dirasakan pada 1956. Ketika itu belum ada pembatasan usia peserta di cabor paling terkenal seantero jagad tersebut.
Sejak menerapkan batas umur mulai jenis 1992, Olimpiade hanya jadi mimpi belaka bagi Indonesia. Maklum, Indonesia selalu kandas menembus Piala Asia U-23 nan berstatus kualifikasi. Edisi 2024 di Qatar merupakan partisipasi perdana Garuda Muda pada arena tersebut.
Keberhasilan timnas U-23 mencapai semifinal pada penampilan debut kemudian menumbuhkan ekspektasi di masyarakat. Dukungan berlimpah diberikan, paling sederhana melalui berlubernya aktivitas nonton bareng.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia, khususnya pecinta sepak bola nan telah setia memberikan support kepada Timnas Indonesia. Kita kudu selalu memberikan support penuh kepada timnas, termasuk saat belum berhasil,” kata Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman
Suntikan motivasi masyarakat pun dipastikan datang pada duel melawan Guinea pekan depan. "Oleh lantaran itu, kita kudu konsentrasi mempersiapkan laga tersebut,” tegas Marciano.
Strategi Shin Tae-yong Jelang Guinea vs Indonesia
Shin Tae-yong sekarang mempersiapkan tim untuk duel krusial kontra Guinea. Ada 23 personel nan bisa diandalkannya pada pertandingan nanti.
Sosok berkebangsaan Korea Selatan itu mempunyai keleluasaan waktu untuk mengatur strategi sekaligus mengangkat mental pemain. Sebelumnya, Shin Tae-yong mengaku tidak bisa melakukannya lantaran agenda padat Piala Asia U-23, sehingga lebih konsentrasi pemulihan bentuk Rizky Ridho dan kawan-kawan.
"Tentu saja para pemain sangat letih dan habis. Saya pikir selama 2-3 hari kami kudu konsentrasi recovery tanpa menyentuh bola. Setelah itu ada 3-4 hari kami bakal menyentuh strategi dan kajian permainan lawan," tukas Shin Tae-yong.
"Saya bakal berupaya sebaik mungkin untuk membawa kesempatan terakhir ini untuk lolos ke Olimpiade. Saya minta empat tim Asia bakal bertanding di Olimpiade," lanjutnya.
Kekuatan Guinea U-23
Lalu seperti apa kekuatan Guinea U-23? Mereka mempunyai sedikit kemiripan seperti Indonesia. Seperti Indonesia nan debut di Piala Asia U-23, Guinea juga baru sekali mengikuti Piala Afrika U-23.
Pada arena itu, mereka mengungguli Ghana nan lebih tenar pada fase grup. National Elephants pun mendampingi Maroko melaju ke semifinal.
Guinea lampau kalah tipis 0-1 dari Mesir di laga empat besar. Mereka lampau kudu mengakui kelebihan Mali melalui adu penalti pada perebutan ranking tiga
Melihat stok pemain, Guinea punya banyak talenta berbakat nan masuk kriteria tim U-23. Di antaranya mantan gelandang Barcelona Ilaix Moriba nan sekarang memihak RB Leipzig, bek Strasbourg Saidou Sow, penggawa Atromitos Aguibou Camara, hingga striker Leganes Seydouba Cisse.
Patut ditunggu apakah nama-nama tersebut kemungkinan besar bakal dilepas klub tempat mereka berlindung untuk duel kontra Indonesia. Pasalnya, Olimpiade tidak masuk almanak FIFA. Merah Putih sebelumnya juga kesulitan merekrut penggawa lantaran situasi ini.
Terlepas itu, kebanyakan penunggu skuad Guinea menimba pekerjaan di Eropa. Hal tersebut menunjukkan kualitas nan mereka miliki.
Mampukah Indonesia mengambil kesempatan terakhir lolos Olimpiade Paris dengan menaklukkan Guinea? Mari kita doakan bersama.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.