Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi subsidi listrik per April 2024 mencapai Rp23,45 triliun.
Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Parada Hutajulu, nomor tersebut merupakan 32 persen dari total kebutuhan subsidi listrik APBN Tahun Anggaran (TA) 2024 ialah sebesar Rp73,24 triliun.
"Realisasi subsidi listrik sampai dengan April 2024 sebesar Rp23,45 triliun alias sekitar 32 persen dari total kebutuhan subsidi listrik APBN TA 2024 sebesar Rp73,24 triliun," tutur Jisman dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (3/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebutkan Biaya Pokok Produksi (BPP) tenaga listrik nan dikeluarkan PLN condong naik setiap tahun disebabkan oleh kenaikan dugaan makro, kenaikan biaya bahan bakar, dan pembelian tenaga listrik swasta namalain IPP.
"Subsidi listrik dihitung berasas selisih tarif tenaga listrik rata-rata dengan BPP ditambah margin dikalikan volume penjualan," ungkapnya.
Selain itu, lanjut Jisman, susut jaringan ditargetkan menurun tahun depan sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam penyusunan road map susut jaringan listrik untuk 2025.
Meski demikian, dia menyebut besaran subsidi listrik tetap dikendalikan dengan penerapan subsidi tepat sasaran dan pengendalian BPP, melalui pengaturan specific fuel consumption, susut jaringan, penerapan kebijakan nilai gas bumi tertentu, dan domestic market obligation untuk batubara.
Adapun subsidi listrik pada 2025 berasas KEM PPKF diberikan kepada golongan nan berkuasa dan rumah tangga miskin dan rentan, serta mendorong transisi daya nan lebih efisien dan setara dengan mempertimbangkan aspek ekonomi sosial, fiskal, dan lingkungan.
Jisman menyebut penerima subsidi listrik terbesar tahun depan adalah golongan rumah tangga daya 450 VA sekitar 45 persen-46 persen alias Rp38,18 triliun-Rp40,16 triliun.
Lalu, golongan rumah tangga daya 900 VA mengikuti sekitar 19 persen alias Rp15 triliun-16,8 triliun, dan selebihnya diberikan untuk golongan sosial, industri, dan bisnis.
Sementara itu, besaran kebutuhan subsidi listrik dalam APBN 2024 sebesar Rp73,24 triliun dengan dugaan ICP US$82 per barel dan kurs Rp15 ribu per dolar AS.
[Gambas:Video CNN]
(del/sfr)