Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menekankan pentingnya peningkatan langkah-langkah keamanan siber Indonesia di tengah mengambil teknologi digital nan cepat.
Laporan terbaru Fortinet Threat Landscape menunjukkan bahwa pelaku serangan siber sekarang mengeksploitasi kerentanan baru 43% lebih sigap dibandingkan paruh pertama 2023.
Untuk mengatasi tantangan nan semakin meningkat ini, Nezar menyoroti peran inovatif AI generatif dalam meningkatkan postur keamanan siber dan ketahanan operasional nasional.
"Dengan memanfaatkan teknologi AI, kita dapat secara proaktif mengantisipasi dan mengurangi potensi ancaman siber. Ada juga seruan untuk upaya terus-menerus dalam meningkatkan kesadaran publik dan mengembangkan keahlian perseorangan dalam mencegah serangan siber," ujarnya, dikutip Jumat (7/6/2024).
Ia menilai untuk mengubah arus melawan kejahatan siber memerlukan budaya kolaborasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam skala nan lebih besar daripada hanya organisasi perseorangan di bagian keamanan siber.
"Setiap organisasi mempunyai peran dalam rantai disrupsi melawan ancaman siber,” Nezar memungkaskan.
Sementara Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, memaparkan bahwa lanskap keamanan siber nan semakin hari kian berubah menuntut adanya pendekatan baru.
Seiring makin meluasnya permukaan serangan dan minimnya tenaga mahir keamanan siber di seluruh industri, makin besar pula tantangan nan dihadapi bumi upaya dalam mengelola prasarana kompleks nan terdiri dari beragam solusi.
“Lanskap ancaman nan terus berkembang di Indonesia mendesak adanya peralihan ke pendekatan nan berpusat pada platform dalam keamanan siber," kata Edwin.
Ia menyebut solusi tradisional dan berbeda-beda tidak bisa lagi menangani teknologi nan beragam, model kerja hybrid, dan integrasi IT/OT nan menjadi karakter jaringan modern.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Wacana Dark Web
Di sisi lain, laporan Lanskap Ancaman Global Semester II 2023 juga mencakup temuan FortiRecon, nan memberikan sekilas info tentang obrolan antarpelaku ancaman pada forum dark web, lokapasar, kanal Telegram, dan sumber lainnya.
Beberapa temuan tersebut meliputi:
- Pelaku ancaman paling sering berbincang untuk menyasar perusahaan di industri keuangan, diikuti oleh sektor jasa upaya dan edukasi.
- Lebih dari 3.000 pembobolan info dibagikan kepada forum dark web nan populer.
- 221 celah keamanan dibahas secara aktif di darknet, sementara 237 celah keamanan didiskusikan di kanal Telegram.
- Lebih dari 850.000 kartu pembayaran diiklankan untuk dijual.
OpenAI Sebut Ada Perusahaan Israel Pakai AI untuk Sebar Disinformasi
Sebelumnya, perusahaan teknologi kepintaran buatan OpenAI merilis laporan nan menyebut jika tool kecerdasan buatan dipakai dalam operasi rahasia dari Israel, Rusia, Tiongkok, dan Iran untuk menyebar disinformasi.
Mengutip The Guardian, Kamis (6/6/2024), tokoh jahat menggunakan model AI generatif dari OpenAI untuk membikin dan mengunggah konten propaganda di seluruh platform media sosial. AI generatif juga dipakai untuk menerjemahkan konten tersebut ke bahasa berbeda.
Laporan juga mengungkap, sejauh ini tak satu pun dari kampanye jahat menjangkau khalayak luas.
Namun, lantaran AI generatif telah menjadi industri nan booming, ada kekhawatiran luas di kalangan peneliti dan personil parlemen jika AI bakal dipakai untuk meningkatkan jumlah disinformasi di internet.
Pembesut ChatGPT, OpenAI, sebelumnya mencoba meredakan kekhawatiran ini dan menerapkan batas pada teknologi mereka.
Salah satu caranya dengan laporan 39 laman dari OpenAI, tentang penggunaan software mereka (oleh pihak tak bertanggung jawab) untuk propaganda.
OpenAI mengklaim, para peneliti mereka menemukan dan melarang akun nan mengenai dengan lima operasi selama tiga bulan terakhir nan berasal dari tokoh negara dan swasta.
Untuk kasus di Rusia misalnya, dua operasi membikin dan menyebarkan konten mengkritik AS, Ukraina, dan beberapa negara Baltik lainnya.
Salah satu operasi menggunakan model OpenAI untuk men-debug kode dan membikin bot nan diunggah di Telegram.
Perusahaan Israel Pakai AI untuk Bikin dan Sebar Disinformasi
Pengaruh operasi Tiongkok, di sisi lain, telah menghasilkan teks dalam bahasa Inggris, Tiongkok, Jepang, dan Korea nan kemudian diunggah di X namalain Twitter dan di Medium.
Adapun tokoh Iran, menghasilkan tulisan dengan support AI. Artikel ini berkarakter menyerang AS dan Israel. Artikel kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris dan Prancis.
Lalu, sebuah perusahaan politik asal Israel berjulukan Stoic menjalankan jaringan akun media sosial tiruan nan membikin beragam konten. Termasuk di antaranya unggahan nan menuding protes mahasiswa AS terhadap serangan Israel ke Gaza adalah tindakan antisemit.
Meta di sisi lain, juga memblokir perusahaan Israel Stoic dari platformnya, lantaran dianggap sudah melanggar kebijakan.
Beberapa penyebar disinformasi nan telah diblokir oleh OpenAI dari platformnya dilaporkan ke pihak berwenang. Sementara, Departemen Keuangan AS menjatuhkan hukuman kepada dua orang Rusia, nan diduga berada di kembali salah satu kampanye dideteksi OpenAI.
Laporan OpenAI secara keseluruhan menyoroti gimana AI generatif dipakai di kampanye disinformasi, sebagai sarana untuk meningkatkan aspek tertentu saat membikin konten. Misalnya, mengunggah posting bahasa asing nan lebih meyakinkan.
"Semua operasi ini menggunakan AI sampai tingkat tertentu, tetapi tak ada nan memakainya secara eksklusif," kata laporan tersebut.
Meski tak ada kampanye disinformasi nan menghasilkan akibat signifikan, penggunakan teknologi OpenAI memperlihatkan gimana tokoh jahat menganggap AI generatif memungkinkan mereka untuk meningkatkan produksi propaganda.
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.