Veddriq Leonardo: Saya Atlet Pertama yang Bisa Memanjat Dinding di Bawah 5 Detik

Sedang Trending 2 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta Lagu Indonesia Raya akhirnya bergema di Olimpiade 2024 Paris. Emas pertama Indonesia sukses diraih atlet panjat tebing Veddriq Leonardo nan mengalahkan atlet asal Tiongkok, Wu Peng untuk nomor speed di Le Borguet Climbing Venue, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024) petang Waktu setempat.

Veddriq sukses memenangkan lencana emas Olimpiade Musim Panas 2024 dengan catatan waktu 4.75 detik alias lebih sigap 0.02 detik dari Wu Peng setelah memanjat setinggi 15 meter. Capaian tersebut sungguh membanggakan lantaran ini merupakan lencana emas pertama bagi Kontingen Indonesia di Olimpiade 2024 Paris dan kali pertama pula lencana emas diraih Indonesia dari bagian selain bulutangkis.

Lahir pada 11 Maret 1997 di Pontianak, Kalimantan Barat, Veddriq merupakan anak ketiga dari lima berkerabat dari pasangan Sumaryanto dan Rosita. Pilihan untuk menekuni olahraga panjat tebing sudah ditekuni Veddriq sejak SMA. Saking bersemangatnya, Veddriq apalagi membikin sendiri tembok panjat tebing kategori boulder di sekolahnya dengan support sang Ayah.

Tak hanya Latihan, Veddriq juga sering mengikuti sejumlah kejuaraan panjat tebing dari satu wilayah ke wilayah lain di Kalimantan Barat, apalagi berkompetisi di luar Kalimantan Barat. Tak puas hanya Latihan di sekolah, Veddriq juga membikin sarana Latihan sederhana di rumahnya.

Dalam sebuah kesempatan Rosita mengakui, anaknya adalah sosok nan gigih dan pekerja keras. Karena itu sejak dirinya percaya Veddriq pasti bakal meraih prestasi. Keyakinan Rosita tak goyah bahwa suatu saat anak laki-laki satu-satunya ini bakal membikin bangga keluarga.

Keyakinan nan sama juga dirasakan Sumaryanto. Sang ayah nan berprofesi sebagai tukang kayu menceritakan sejak lama anaknya selaku bersikap optimis bisa mencapai keinginannya. Saat di rumah Vedriq menyempatkan diri berlatih dengan beban untuk kekuatan tanggannya. Tak hanya itu, dia juga melakukan latihan restok pull up memanfaatkan kosen pintu rumah. Semua itu dilakukan secara konsisten tanpa henti.

Hasilnya, ketekunan Veddriq berbuah lencana emas di Olimpiade 2024 Paris. Namun, ini bukan kali pertama, lantaran Veddriq sudah berulang kali mengharumkan nama Indonesia di pentas international. Sebelum di Olimpiade, Veddriq menyabet lencana emas Piala Dunia Panjat Tebing di Korea Selatan pada 2023 dan Amerika Serikat pada 2021.

Tak hanya itu, Veddriq merupakan atlet pemegang rekor dunia. Terbaru dia memecahkan rekor bumi pada International Federation of Sport Climbing (IFSC) 2023 di Seoul Korea Selatan pada 28 April 2023. Pencapain ini memecahkan rekor sebelumnya nan dipegang atlet Indonesia sekaligus rekannya ialah Kiromal Katibin pada 8 Juli 2022 di Prancis.

Lantas, apa lagi mimpi Veddriq nan belum terwujud? Berikut petikan wawancara Sheila Octarina dengan Veddriq Leonardo dalam program Bincang Liputan6.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Latihan di Ventilasi Pintu Rumah

Bisa diceritakan awal tertariknya Anda dengan bumi panjat tebing?

Awal mulanya waktu pertama kali masuk SMA, di kelas 1 kita diwajibkan ikut ekskul minimal satu. Kalau pramuka sudah pernah waktu SMP, paskibra enggak terlalu tertarik. Kalau olahraga kan pilihannya paling jika enggak basket alias voli. Itu kan bukan skill saya waktu itu, juga enggak terlalu tertarik di situ.

Terus ada Sispala, jika Sispala ini kan baru dengar dan tahunya waktu di SMA, jadi kenal panjat tebing dari situ. Ketika gabung ekskul itu, salah satu kegiatannya adalah latihan panjat tebing. Kemudian juga ada kejuaraan antarpelajar, baru dari situ muncul rasa suka.

Tapi sempat kepikiran enggak sebenarnya untuk jadi atlet?

Pernah, waktu mini ya memang kepengen jadi atlet, sepakbola alias bulutangkis gitu. Tapi enggak pernah diseriusi, hanya main doang alias paling kayak lomba antarkelas waktu SD.

Pas awal-awal itu Anda latihannya di mana?

Latihan itu jika enggak di Pengcab FPTI Kota Pontianak sama di sekolah kita dibikinin mini boulder. Kalau di rumah paling hanya pull up sama kayak pull up gitu, gantungan gitu.

Gantungan di mana?

Di ventilasi pintu rumah.

Kalau Anda tetap ingat, kejuaraan pertama apa sih nan pernah Anda ikuti di Pontianak?

Kompetisi pertama waktu saya kelas 1 SMA. Ada kejuaraan antarpelajar se-SMA se-Kota Pontianak. Itu kategori lead untuk pelajar pemula. Pengalamannya jelek waktu itu, jadi hanya baru megang start terus jatuh. Jadi kandas banget waktu itu lantaran ini tetap baru kan.

Nah, untuk sampai ke titik sekarang gitu ya, siapa sih orang nan paling berkedudukan untuk men-support kamu?

Di titik sekarang nan pasti orangtua, kemudian pelatih. Kalau orangtua itu lebih banyak ke arah mendoakan, men-support, terus memberi dukungan. Selalu setiap pertandingan alias kayak waktu awal-awal kan tetap seleksi gitu, Beliaulah nan selalu memberi semangat.

Atlet Pertama dengan Rekor Fantastis

Kalau ngomongin Olimpiade Paris nan kemarin pasti seru banget ya? Dan itu pengalaman nan enggak bakal Anda lupakan seumur hidup?

Benar.

Tapi ada enggak sih pertandingan alias kejuaraan nan enggak bisa Anda lupakan selain Olimpiade Paris?

Ada, kejuaraan World Cup di USA tahun 2021. Karena waktu itu saya bisa memecahkan rekor bumi di catatan 5,20 detik.

Cepat banget ya? Selain itu bukannya di Korea juga pernah?

Iya, di Korea itu juga pecah rekor. Waktu itu jadi atlet pertama nan bisa memanjat di bawah 5 detik, 4,90 waktu itu, 4,98 kemudian saya pecahin lagi di babak berikutnya 4,90.

Kalau Olimpiade Paris kemarin berapa detik?

4,75 detik.

Apa sih persiapan Anda selama Latihan?

Yang pasti persiapannya itu fisik, terus teknik dan mental. Kalau bentuk kita setiap hari latihan pull up seperti latihan gym, pull up, squat. Kemudian kita latihan tekniknya di wall, kita melakukan pengulangan pemanjatan. Kemudian jika untuk mental kita sering ya kompetisi, terus kita adain simulasi di sini.

Kamu pernah enggak merasa ada mental breakdown?

Sebagai manusia ya manusiawilah itu pernah terjadi dan saya pikir semua orang pernah mengalaminya.

Dan akhirnya nan menjadi titik kembali untuk memperkuat mental Anda itu apa?

Saya ingat dengan latihan nan sudah bertahun-tahun dan sangat berat gitu, enggak mungkin saya berkepanjangan dalam hal-hal nan kayak gitu sampai kudu mengorbankan capaian selama ini.

Nah, pas Olimpiade Paris kemarin Anda persiapannya berapa lama?

Untuk Olimpiade Paris persiapan kita cukup lama ya, kurang lebih 4 tahun. Kita pelatnas mulai dari 2020.

Pas latihan itu pernah kepeleset enggak?

Pernah. Jadi jika manjat itu risikonya dua, kepeleset alias enggak mencengkram gitu lepas cengkramannya. Jadi itu ya seringlah, sering terjadi.

Kalau dilihat sekarang, bagian olahraga panjat tebing bisa dibilang kurang terlalu diperhatikan dibandingkan olahraga terkenal kayak sepakbola dan badminton. Harapan Anda untuk bagian olahraga panjat tebing ke depannya bagaimana?

Kalau menurut saya sih diperhatikan, hanya kalah pamor saja, lantaran kan olahraga kayak bulutangkis dan sepakbola itu kan memang lebih terkenal gitu, di luar juga banyak peminatnya. Kalau di Indonesia kan ini kategorinya tetap baru.

Tapi menurut saya sudah sangat luar biasa antusias masyarakat Indonesia sudah kenal sama panjat tebing. Harapannya buat olahraga panjat tebing nan semakin dikenal itu bisa menjadi salah satu olahraga nan mendapat perhatian khusus.

Bawa Cokelat Setiap Tanding di Luar

Bagaimana seleksi untuk atlet panjat tebing nan bakal ikut di Olimpiade?

Kalau buat panjat tebing kita ada namanya Olympic Qualifier Series. Jadi ada tiga tahapan jika mau mewakili negara sebagai partisipan Olimpiade. nan pertama ada di World Champ, waktu itu di Bern, Swiss.

Nah kuotanya nan bakal lolos untuk ke Olimpiade itu hanya dua, peraih emas dan peraih perak. Terus fase berikutnya itu ada kontinental, jadi Asia itu hanya dapat satu kuota per benua, itu peraih lencana emas nan lolos Olimpiade.

Yang terakhir itu Olympic Qualifier Series, itu ada dua series di Shanghai dan di Budapest, dan itu meloloskan lima atlet terbaik. Saya sendiri lolos di Olympic Qualifier Series nan Shanghai-Budapest itu.

Kabarnya saat berangkat ke Paris Anda juga membawa bekal cokelat, apa benar?

Benar.

Kenapa kudu cokelat?

Pertama suka, nan kedua memang sudah kebiasaan saja jika tiap tanding ke luar negeri bawa cokelat, jika lapar makan cokelat sebelum bertanding.

Atlet boleh ya makan cokelat, kan banyak gulanya?

Boleh dong. Justru itu kan memberi gula secara instan, gula darah naik dan itu bisa membantu untuk performa. Kalau menurut saya seperti itu.

Makanan atlet itu diatur enggak sih?

Kalau makanan ya pasti diatur. nan pasti makanannya kudu nan bernutrisi, nan kaya vitamin, protein, dan enggak boleh sembarang makanan jajan-jajan di luar. Selama persiapan mau Olimpiade Paris kemarin menunya daging terus ayam, telur, sayur-sayuran, kadang juga ikan. Nah itu menu kita setiap hari.

Tapi jika untuk atlet panjat tebing mah enggak terlalu gimana-gimana. nan krusial kita bisa mengontrol terus jika nan menu-menu nan kurang menyehatkan itu kita hindari.

Apa pengalaman menarik nan Anda dapatkan di Paris?

Pengalaman menarik di Paris itu waktu di Olympic Village. Kita banyak ketemu atlet-atlet dari luar negeri dan itu keren banget gitu. Maksudnya kita berada di satu tempat dan kita mewakili negara dan terus membawa spirit dan itu sangat keren menurut saya.

Kita juga bisa memandang aktivitas mereka nan sangat disiplin. Pagi mereka sudah pada latihan, sudah pada conditioning, terus malamnya sudah pada rehat gitu. Dan mereka orang-orang dahsyat di cabangnya mereka.

Sempat kenalan enggak sama mereka?

Kalau kenalan sih enggak ya, lantaran saya juga kurang komunikatif.

Momen Paling Membahagiakan

Apakah Anda sempat merasa terbebani lantaran Chef de Mission mengatakan bagian panjat tebing ditarget dapat emas?

Kalau terbebani enggak ya? Maksudnya kita semua punya tugas, punya tanggung jawab memang kudu bawa nan terbaik buat Indonesia. Tapi memang di saat itu kan banyak masyarakat Indonesia nan sudah mulai cemas lantaran Indonesia belum bawa lencana emas waktu itu sampai hari-hari akhir.

Jadi angan terakhirnya di panjat tebing tinggal saya. Kalau rasa tertekan sih enggak, malah kayak lebih termotivasi deh kayaknya. Karena sebagai satu-satunya wakil buat panjat tebing dan itu memang kudu saya lalui dan alhamdulillah bisa bawa lencana emas buat Indonesia.

Apa nan Anda rasakan saat mendapat pengalungan lencana emas di Olimpiade Paris?

Yang pasti senang banget, senang terus bangga. Ini mimpi saya gitu, mimpi nan saya inginkan dan akhirnya terwujud. Dan masyarakat Indonesia, terutama nan datang waktu itu nan menonton saya juga sangat senang dan terharu memandang saya dan itu momen nan sangat membahagiakan buat saya.

Target ke depan ada apa nih?

Mau mempersiapkan diri lagi buat event-event berikutnya, nan pasti ada World Cup, Asian Games, dan Olympic tentunya di LA 2028 dan itu bakal menjadi konsentrasi saya.

Kalau nan terdekat?

Ada World Cup di Korea pada Oktober tahun ini.

Pas pulang dari Paris kemarin Anda tidak langsung ke Pontianak melainkan ke Jakarta, ada agenda apa?

Agendanya antara lain ketemu Pak Presiden dan diundang ke Istana. Terus diarak-arak sama Kemenpora menuju ke Istana.

Sudah ketemu orangtua?

Sudah, orangtua menjemput di airport waktu itu, dikasih surprise sama FPTI. Orangtua dibawa ke Jakarta, jadi pas pulang langsung disambut sama orangtua.

Kalau pacar bagaimana?

Pacar belum punya.

Enggak sempat mikirin pacaran ya?

Ya pengen konsentrasi dulu, lantaran kayaknya susah deh. Apalagi kudu konsentrasi di panjat tebing gitu kan. nan pasti ini juga bukan hanya sasaran saya, ini juga tanggung jawab.

Kalau lagi libur Anda boleh kan jalan-jalan keluar dari Pelatnas?

Boleh, boleh jalan sekitaran-sekitaran sini boleh. nan dekat-dekat saja. Tapi saya sih jarang keluar, lantaran capek banget lenyap latihan terus hari libur saya pakai buat rehat lagi.

Selama proses latihan nan bisa dibilang setiap hari, Anda pernah enggak merasa bosan?

Kalau jenuh sih enggak, lantaran lingkungannya seru di sini, teman-temannya kompetitif, jadi enggak ada pikiran buat kayak kendor gitu, jadi gass terus sih.

Boleh dong sampaikan pesan-pesan buat anak muda alias Gen Z seperti kamu?

Ya, untuk mencapai segala sesuatunya kita kudu fokus, kemudian konsisten. Kita dedikasikan masa muda untuk hal-hal nan produktif, untuk membangun bangsa dan jangan pernah menyerah.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com olaraga
liputan6.com olaraga