Timnas Inggris Tumbang dari Yunani, Lee Carsley Tegaskan Akan Tetap Bereksperimen

Liputan6.com, Jakarta - Lee Carsley, nahkoda sementara timnas Inggris, kudu menelan pil pahit setelah strategi kontroversialnya berhujung dengan kegagalan dalam kekalahan mengejutkan 1-2 dari Yunani di arena UEFA Nations League.

Setelah sukses memimpin Three Lions meraih dua kemenangan atas Republik Irlandia dan Finlandia bulan lalu, Carsley berambisi untuk menyamai prestasi Fabio Capello sebagai manajer Inggris kedua nan memenangkan tiga laga kompetitif perdananya. Bahkan dia nyaris mencatatkan sejarah sebagai pembimbing pertama nan melakukannya tanpa kebobolan.

Sejarah seolah berpihak pada Carsley jika memandang rekor pertemuan Inggris melawan Yunani. Dalam sembilan pertemuan sebelumnya, Three Lions tak pernah tumbang, apalagi memetik tujuh kemenangan. Namun, football memang unpredictable.

Absennya Harry Kane dari starting line-up lantaran belum fit 100 persen memunculkan spekulasi baha Dominic Solanke alias Ollie Watkins, kedua striker nan tengah on fire di Liga Premier, bakal mengisi peran sebagai ujung tombak.

Namun, Carsley justru melakukan manuver tak terduga. Ia memilih untuk bermain tanpa sosok striker murni, dan menurunkan armada gelandang serang seperti Jude Bellingham, Cole Palmer, Phil Foden, Bukayo Saka, dan Anthony Gordon seperti menit pertama.

Keputusan taktis ini akhirnya menjadi bumerang bagi Inggris. Tanpa sosok sasaran man di lini depan, serangan Three Lions kehilangan ketajaman. Sementara itu, Yunani sukses memanfaatkan celah di pertahanan Inggris nan kacau balau akibat susunan tak lazim ini.

Meskipun mempunyai banyak penyerang berbakat, Inggris tak berkekuatan melawan Yunani, nan unggul terlebih dulu melalui Vangelis Pavlidis dan beberapa gol lainnya dibatalkan di Wembley.

Respons terlambat memang tiba dalam corak gol perdana Bellingham, tetapi Pavlidis lampau mencetak gol keduanya untuk mendorong Yunani meraih kemenangan nan sangat emosional, sekitar 24 jam setelah buletin berpulangnya George Baldock.

Berbicara kepada ITV Sport secara gamblang, Carsley tidak menyesal telah menghimpun keberanian untuk bereksperimen dengan strategi berbeda, nan menurutnya tetap bisa menjadi pilihan di pertandingan mendatang.

"Kami selalu kalah dalam duel sepanjang malam ini, ini mengecewakan. Anda bakal mengalami kemunduran dan krusial bagi kami untuk meresponsnya," ujar laki-laki berumur 50 tahun itu. "Kami mencoba sesuatu nan berbeda dan mencoba membebani lini tengah."

"Kami mengujinya selama 20 menit pada latihan, kami bereksperimen, dan kecewa lantaran tidak berhasil. Tidak realistis untuk berambisi terlalu banyak dan kami kudu mencoba lagi. Semua gol berasal dari kesalahan nan menyesakkan."

"Itu jelas merupakan pilihan untuk masa depan. Namun, jika Anda mempunyai seseorang dengan kualitas seperti Kane, itu bakal menjadi pilihan nan mustahil saat dia tersedia. Namun, di masa mendatang, Anda kudu mempunyai keberanian dan keahlian untuk mencoba beragam hal. Kami mencoba sesuatu nan berbeda. Itu tidak mengubah apa pun. Tugas saya adalah menjalankan tiga formasi."

Bagi sebagian pendukung Inggris, memandang Saka, Bellingham, Foden, Gordon dan Palmer dalam susunan pemain awal nan sama mungkin merupakan mimpi nan terwujud setelah Gareth Southgate enggan menggunakan susunan ofensif seperti itu selama bekerja.

Akan tetapi, tidak seperti video game, pertandingan di bumi nyata tidak semudah menjejalkan semua pemain terbaik ke dalam satu susunan pemain awal, dan keputusan Carsley untuk tidak memainkan pemain nomor sembilan berbalik menjadi bumerang.

The Three Lions mungkin mempunyai 64 persen penguasaan bola, tetapi mereka hanya memaksa kiper Yunani Odysseas Vlachodimos melakukan satu pengamanan sepanjang malam.

Sekarang tertinggal tiga poin di belakang Yunani nan mempunyai rapor sempurna di Grup 2 Liga B, Carsley dan Inggris berada di bawah terpaan untuk bangkit ketika mereka bertandang ke Finlandia laga selanjutnya.