Starting XI Terbaik Manchester United Versi Roy Keane: Tidak Dilatih Alex Ferguson

Sedang Trending 3 jam yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Manchester United (MU) merupakan klub tersukses pada era Premier League alias sejak 1992. Dalam periode itu, Setan Merah sukses menjadi juara liga dalam 13 kesempatan.

Salah satu sosok nan sangat berpengaruh dalam kesuksesan Manchester United di masa lampau adalah Roy Keane. Sosok nan sekarang berumur 53 tahun itubergabung dengan MU pada tahun 1993 dan meninggalkan klub pada 2005. Selama periode tersebut, Keane dikenal sebagai kapten nan tegas dan sukses meraih banyak gelar, baik di kejuaraan domestik maupun Eropa.

Penghormatan terhadap Roy Keane tetap kuat di kalangan fans setia Red Devils, tidak peduli generasi mana mereka berasal. Keane tentunya merasakan keprihatinan terhadap kondisi mantan timnya saat ini. Sebagai seorang legenda, dia berambisi agar Erik ten Hag dan timnya segera menemukan kembali performa terbaik mereka.

Sambil menunggu kebangkitan Manchester United, Roy Keane meluangkan waktu untuk bernostalgia dengan menyusun daftar pemain terbaik MU jenis dirinya, termasuk pembimbing nan dianggapnya layak. Berikut adalah Best XI Manchester United menurut Roy Keane, seperti nan dilansir oleh Givemesport:

Berita Video, MU sukses kalahkan Southampton pada Sabtu (14/9/2024)

Penjaga Gawang: Peter Schmeichel

Meskipun pernah memperkuat Manchester City, Peter Schmeichel tetap menjadi sosok nan dihormati oleh para fans Manchester United di Old Trafford. Keane, mantan rekan satu timnya, mengungkapkan pandangannya tentang kiper legendaris asal Denmark ini. Meskipun mereka tidak selalu sejalan dalam pendapat, Keane tetap memilih Schmeichel sebagai kiper terbaik nan pernah ada.

Keane menyatakan, "Dia sangat bagus. Mungkin tidak sebaik nan dipikirkan banyak orang, tetapi dia sangat, sangat bagus. Saya mempunyai banyak kenangan bagus bersamanya. Dia adalah sosok nan positif di ruang ganti." Meskipun hubungan mereka tidak bisa dibilang dekat, rasa hormat Keane terhadap Schmeichel sangat besar.

Keane melanjutkan, "Peter bukan hanya seorang kiper biasa. Dia tampil luar biasa di momen-momen krusial dan berkontribusi besar dalam kemenangan kami." Kiper nan dikenal dengan postur tubuh besarnya ini sering kali menjadi pahlawan di pertandingan krusial, membantu tim meraih trofi.

Keane menambahkan, "Meskipun tidak selalu dipanggil, ketika dia mendapatkan kesempatan, dia selalu tampil gemilang. Beberapa pengamanan nan dia lakukan sangat luar biasa." Dengan dedikasi dan kemampuannya, Schmeichel telah meninggalkan jejak nan mendalam dalam sejarah Manchester United.

Dengan demikian, Peter Schmeichel tidak hanya dikenang sebagai mantan pemain, tetapi juga sebagai salah satu penjaga gawang terbaik nan pernah ada, berkontribusi besar dalam kesuksesan tim di pentas sepak bola dunia.

Bek Kanan: Gary Neville

Gary Neville sekarang dikenal luas sebagai seorang master sepak bola, tetapi banyak fans Manchester United mungkin lupa bakal talenta luar biasanya sebagai pemain. Neville adalah contoh langka dari seorang atlet nan setia kepada satu klub sepanjang kariernya.

Pria asal Inggris ini merupakan personil dari generasi legendaris nan dikenal dengan julukan Class of '92. Sepanjang kariernya, Neville mencatatkan lebih dari 600 penampilan untuk Manchester United, di mana 322 di antaranya dia habiskan bermain berbareng Roy Keane.

Roy Keane, salah satu rekan setimnya, memberikan pujian nan tinggi kepada Neville. "Saya sering mengkritik Nev, tetapi saya bakal tetap memilihnya. Anda kudu mempunyai kualitas untuk melakukan apa nan dilakukan Gary. Dia adalah pemain nan sangat bagus dan rekan setim nan luar biasa," ungkap Keane.

Keane juga mengungkapkan kebiasaan Neville nan disiplin, "Gary biasa tidur pada pukul separuh delapan setiap malam, dan kami sering mengkritiknya. Namun, dia adalah seorang ahli sejati. Cintanya kepada klub sangat jelas terlihat, dan kami semua mendukungnya. Kami semua menyukainya."

Dengan dedikasi dan komitmennya, Gary Neville telah meninggalkan jejak nan mendalam di Manchester United, menjadikannya salah satu ikon nan tak terlupakan dalam sejarah klub.

Bek Tengah: Jaap Stam

Jaap Stam, bek handal asal Belanda, diambil dari klub Eredivisie, PSV Eindhoven, dan menjadi salah satu pemain nan paling dikenang dalam sejarah Liga Inggris. Musim debutnya di Manchester United sangat mengesankan, di mana dia sukses meraih tiga gelar sekaligus, sebuah prestasi nan jarang terjadi.

Walaupun hanya tampil dalam 106 pertandingan berbareng Roy Keane, akibat nan ditinggalkan Stam sangat mendalam. Keane sendiri mengungkapkan, "Saya tidak bisa mengabaikan Jaap Stam. Meskipun dia tidak sebanyak bermain seperti pemain lain, dia mempunyai kekuatan dan skill luar biasa dalam duel satu musuh satu."

Keane menambahkan, "Apakah dia mempunyai kelemahan nan nyata? Dia sangat mahir dalam menyundul bola, mempunyai keahlian melompat nan luar biasa, dan bisa membaca permainan dengan baik. Agresivitasnya membuatnya menjadi pemain nan sangat berharga."

Perpisahan antara Stam dan Manchester United tidak mengejutkan Keane. Cedera nan dialami Stam menjadi salah satu aspek utama. "Ketika berada di klub papan atas, pemain datang dan pergi. Namun, Stam adalah sosok nan brilian untuk Manchester United," kata Keane.

Dengan kontribusinya nan besar, Jaap Stam tetap dikenang sebagai salah satu bek terbaik nan pernah bermain di Liga Inggris, meninggalkan jejak nan tak terlupakan bagi fans dan rekan-rekannya.

Bek Tengah: Gary Pallister

Gary Pallister sering kali tidak mendapatkan pengakuan nan layak, meskipun dia merupakan bagian dari tim nan telah meraih 20 gelar juara di Inggris. Kualitas dan keahlian bermainnya semestinya membuatnya dikenang, namun namanya sering kali tenggelam di kembali sosok bek-bek dahsyat Manchester United lainnya seperti Nemanja Vidic, Rio Ferdinand, dan Jaap Stam.

Dalam sebuah aktivitas di MNF, Roy Keane mengungkapkan pandangannya mengenai hubungan profesionalnya dengan Pallister. Keduanya telah bermain berbareng dalam 144 pertandingan. Keane menjelaskan, “Salah satu dari kami mungkin menjadi masalah, tetapi saya memilih Gary Pallister. Brucey adalah pemain nan luar biasa, namun saya kudu memilih satu. Rio jelas adalah atlet nan sangat baik dan mempunyai pemahaman permainan nan mendalam, tetapi hubungan saya dengan Pally juga sangat solid.”

Keane menambahkan, “Banyak pemain di Manchester United berupaya keras untuk saling mendukung. Pallister jelas merupakan pemain nan sangat berbakat. Meskipun sering terlihat lelah, saya tetap bakal memasukkannya ke dalam daftar pemain nan berpengaruh.”

Dengan dedikasi dan kemampuannya, Gary Pallister semestinya mendapatkan tempat nan lebih dihargai di sejarah Manchester United. Meskipun sering diabaikan, kontribusinya tetap menjadi bagian krusial dari kesuksesan tim.

Bek Kiri: Denis Irwin

Dalam bumi sepak bola, keputusan seorang manajer dalam memilih pemain kerap menjadi sorotan. Meskipun banyak nan mengharapkan Patrice Evra sebagai bek kiri utama, manajer Roy Keane justru menjatuhkan pilihannya kepada Denis Irwin, seorang pemain berpengalaman.

Denis Irwin dikenal sebagai pemain nan bisa beradaptasi di kedua sisi pertahanan. Keahlian ini menjadikannya aset berbobot bagi Sir Alex Ferguson, nan selalu mengutamakan profesionalisme dan performa konsisten. Irwin menunjukkan kemampuannya setiap pekan, menjadikannya salah satu pemain kunci di Manchester United.

Roy Keane mengungkapkan pengalaman pribadinya saat berdampingan dengan Irwin di dalam kamar, baik di Manchester United maupun tim nasional Irlandia. "Dia bisa bermain sebagai bek kanan, namun saya juga pernah menempatkannya di posisi bek kiri," ujarnya. Keane memuji Irwin sebagai pemain nan brilian, dengan catatan jarang mengalami cedera dan selalu tampil di pertandingan-pertandingan penting.

Dengan segala kelebihan nan dimilikinya, Denis Irwin memang layak menjadi pilihan utama Keane, membuktikan bahwa pengalaman dan keahlian penyesuaian adalah kunci dalam bumi sepak bola nan kompetitif.

Sayap Kanan: David Beckham

Keane menyoroti bahwa talenta David Beckham sering kali terhalang oleh statusnya sebagai superstar, tidak hanya dalam bumi sepak bola, tetapi juga di luar itu. Mantan kapten tim nasional Inggris ini dikenal bisa memberikan kontribusi signifikan bagi timnya, baik di level domestik maupun Eropa. Selain itu, Keane juga mengagumi etos kerja Beckham nan luar biasa.

"Jika berbincang tentang pemain sayap kanan, saya kudu memilih Beckham. Dia adalah pemain nan sangat berbakat. Dari mana saya kudu memulai? Dia mempunyai keahlian untuk memberikan assist, mencetak gol, dan sangat mahir dalam situasi bola mati. Dia bisa berlari tanpa henti untuk mendukung timnya," ungkap Keane.

Keane juga mencatat bahwa Beckham, nan lebih muda dan berasal dari London, mempunyai style hidup nan mencolok, termasuk kecintaan pada mobil dan perlengkapan mewah. Namun, dia menekankan bahwa hal-hal tersebut bukanlah nan terpenting.

"Apa nan kita cari dari pemain muda adalah dedikasi mereka dalam berlatih dan apakah mereka memberikan segalanya untuk mencapai tujuan tim. Beckham selalu menunjukkan komitmen itu," tambah Keane.

Keane menegaskan bahwa dedikasi dan kerja keras Beckham adalah aspek utama nan membuatnya menonjol, terlepas dari segala perihal lain nan mungkin mengganggu. "Jika ada nan mengganggu, sebaiknya Anda mempertimbangkan untuk mengeluarkan pemain muda tersebut. Namun, Beckham selalu bekerja keras," tutup Keane.

Gelandang Tengah: Bryan Robson

Dalam bumi sepak bola, setiap pemain mempunyai perannya masing-masing. Ketika berbincang tentang gelandang legendaris Manchester United, Paul Scholes, ada satu nama nan selalu muncul sebagai pengganti nan layak: Bryan Robson. Robson, nan dikenal dengan julukan 'Captain Marvel', mempunyai karakter nan sangat kompetitif dan diingat lantaran keahliannya dalam mengolah bola.

Roy Keane, mantan kapten Manchester United, memberikan pujian tinggi kepada Robson. Ia menyatakan, "Bryan Robson kudu masuk ke dalam daftar. Dia adalah pemain dahsyat bagi Manchester United, dikenal lantaran keberaniannya dan keahlian mencetak gol krusial saat tim tidak dalam performa terbaik." Keane mengingat pengalaman bermain melawan Robson saat tetap di Nottingham Forest, nan selalu menjadi tantangan lantaran ketangguhan Robson di lapangan.

Keane menekankan bahwa salah satu kata nan paling tepat untuk menggambarkan Robson adalah 'berani'. Robson tidak hanya aktif dalam menyerang, tetapi juga berani memasuki kotak penalti lawan, menunjukkan dedikasi dan semangat juang nan tinggi. Keberanian inilah nan membuatnya menjadi salah satu gelandang terhebat dalam sejarah klub.

Warisan Bryan Robson di Manchester United tidak hanya terletak pada statistiknya, tetapi juga pada pengaruh nan dia berikan kepada generasi pemain setelahnya. Keberanian dan keahlian nan dia tunjukkan di lapangan menjadi inspirasi bagi banyak pemain muda nan bercita-cita untuk mengikuti jejaknya.

Dengan demikian, Bryan Robson tetap menjadi sosok nan tak terlupakan dalam sejarah Manchester United, terutama sebagai pengganti nan ideal bagi Paul Scholes.

Gelandang Tengah: Paul Ince

Paul Ince, meskipun hanya bermain sebanyak 77 kali di lini tengah berbareng Roy Keane, tetap diingat sebagai salah satu pemain nan berpengaruh di Manchester United. Keberadaannya di tim memberikan kontribusi nan signifikan, menjadikannya lebih unggul dibandingkan dengan beberapa pemain dahsyat lainnya dalam sejarah klub.

Ince dikenal sebagai seorang pemain nan pekerja keras, bisa menjalankan tugasnya baik dalam aspek melindungi maupun ofensif. Ia merupakan bagian integral dari awal kejayaan Sir Alex Ferguson di Manchester United. Keane pernah mengungkapkan, "Incey adalah pemain nan sangat bagus. Meskipun mungkin reputasinya sedikit tercoreng lantaran bermain untuk Liverpool, dia adalah rekan setim nan luar biasa."

Keane melanjutkan, "Sulit untuk mengesampingkan Paul Scholes dan Nicky Butt, nan merupakan pemain dan karakter brilian. Namun, saya percaya Incey mempunyai peran krusial di musim pertama saya di klub, ketika kami meraih dua gelar juara. Dia tampil sangat baik di lini tengah."

Ince bukan hanya sekadar pemain biasa; dia mempunyai keahlian untuk menyundul, bertahan, dan mencetak gol. Keane menambahkan, "Menjadi rekan setimnya adalah pengalaman nan menyenangkan."

Warisan Paul Ince di Manchester United tetap hidup, dan kontribusinya di lapangan tidak bakal terlupakan. Sebagai bagian dari tim nan meraih kesuksesan, Ince menunjukkan bahwa dedikasi dan keahlian dapat membikin perbedaan besar dalam perjalanan sebuah klub.

Sayap Kiri: Ryan Giggs

Ryan Giggs, seorang legenda sejati Manchester United, dikenal sebagai kreator assist sepanjang masa di Liga Inggris. Keberadaannya di lapangan selama 379 pertandingan memberikan bukti nyata bakal talenta luar biasanya. Sebagai salah satu pemain sayap terbaik dalam sejarah Liga Champions, posisinya dalam tim terbaik Manchester United jenis Roy Keane tidak tergantikan.

Roy Keane, nan pernah bermain berbareng Giggs, mengungkapkan sungguh pentingnya sosok ini dalam sejarah klub. "Anda tidak bisa memilih tim Manchester United tanpa menyertakan Giggsy. Ketika manajer berbincang tentang pemain nan konsisten, Giggs pasti ada di dalam daftar," jelas Keane. Pernyataan ini menunjukkan sungguh Giggs telah menjadi simbol ketekunan dan dedikasi di bumi sepak bola.

Giggs bukan hanya dikenal lantaran keterampilannya di lapangan, tetapi juga komitmennya nan tinggi terhadap sepak bola. "Dia ada di tim sebelum saya dan mempunyai banyak komitmen di luar lapangan. Dia adalah seorang superstar dalam makna tertentu, tetapi prioritas utamanya adalah sepak bola," tambah Keane.

Warisan Ryan Giggs sebagai salah satu pemain sayap terhebat tidak hanya diakui oleh rekan-rekannya, tetapi juga oleh fans dan analis sepak bola. Dengan kontribusi nan luar biasa untuk Manchester United, Giggs bakal selalu dikenang sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah Liga Inggris.

Penyerang: Cristiano Ronaldo

Saat Cristiano Ronaldo nan tetap muda berasosiasi dengan Manchester United, Roy Keane menjadi salah satu sosok kunci di ruang tukar nan siap menghadapi beragam tantangan. Meskipun talenta Ronaldo sudah terlihat, Keane berkomitmen untuk mengatasi setiap tanda-tanda perilaku negatif nan mungkin muncul. Setelah menjalani periode awalnya di Old Trafford, Ronaldo berkembang menjadi salah satu pesepak bola terhebat sepanjang masa.

Ronaldo, nan saat itu tetap belia, menunjukkan potensi luar biasa dengan dedikasi dan semangat kerja nan tinggi. Keane mengungkapkan, "Ketika dia datang ke United, dia tetap anak-anak. Namun, Anda bisa memandang potensi dalam dirinya, tingkat kerja keras, dan hasratnya." Meskipun tidak semua orang percaya bahwa Ronaldo bakal mencapai prestasi luar biasa dalam perihal gol dan assist, banyak nan percaya dia mempunyai kesempatan untuk menjadi salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola.

Keane juga menyadari bahwa perjalanan Ronaldo tidak selalu mulus. "Banyak perihal bisa terjadi, seperti cedera dan gangguan. Namun, lihatlah Ronaldo. Untuk semua perihal nan dilakukannya di luar lapangan, saya rasa itu tidak pernah menjadi gangguan," ujarnya. Ini menunjukkan sungguh konsentrasi dan komitmennya terhadap permainan tetap menjadi prioritas utama.

Keane menambahkan, "Kita semua menyukainya. Ia mempunyai kepolosan itu. Ia luar biasa dan saya tetap suka menontonnya." Pernyataan ini mencerminkan rasa hormat dan kekaguman nan dimiliki rekan-rekan setim terhadap Ronaldo, nan telah meninggalkan jejak mendalam di bumi sepak bola.

Dengan perjalanan pekerjaan nan mengesankan, Cristiano Ronaldo tidak hanya menjadi bintang di Manchester United, tetapi juga di pentas sepak bola global. Perpaduan antara bakat, kerja keras, dan ketekunan menjadikannya sebagai salah satu ikon olahraga nan tak terlupakan.

Penyerang: Wayne Rooney

Wayne Rooney, salah satu pemain terbaik nan pernah dimiliki Manchester United, mencatatkan prestasi luar biasa dengan mencetak tiga gol dalam pertandingan Liga Champions. Momen tersebut menjadi bagian krusial dalam sejarah klub. Rooney dan Roy Keane, dua legenda sepak bola, berbagi lapangan dalam 39 pertandingan nan berbeda, meski terdapat perbedaan usia di antara mereka.

Rooney mempunyai karakter nan khas. Sebelum berasosiasi dengan Manchester United, dia mengawali karirnya di Everton, di mana dia tampil dalam banyak pertandingan. Keane menggambarkan Rooney sebagai sosok nan ceria dan energik, mencerminkan kepribadiannya sebagai seorang Scouser. Meskipun Keane tidak merasa sejalan dengan Rooney seperti halnya dengan Cristiano Ronaldo, dia tetap mengakui talenta luar biasa nan dimiliki Rooney.

Dalam perjalanan karirnya, Keane dan Rooney pernah mengalami beberapa ketegangan. Keane mengingat momen ketika Rooney lebih memilih menonton aktivitas X-Factor, sementara dia sendiri menyaksikan liga rugby. Meskipun ada perbedaan pendapat, Keane menilai bahwa perselisihan mini seperti itu justru krusial untuk mengurangi ketegangan di dalam tim.

Interaksi antara pemain, baik nan positif maupun negatif, berkontribusi pada dinamika tim nan sehat. Keberadaan perbedaan pendapat dapat menciptakan suasana nan lebih hidup, nan pada gilirannya dapat meningkatkan performa tim di lapangan. Wayne Rooney, dengan segala keunikannya, tetap menjadi sosok nan tak terlupakan dalam sejarah sepak bola, khususnya bagi Manchester United.

Pelatih: Ron Atkinson

Dalam sebuah wawancara, Jamie Carragher meminta Roy Keane untuk menyebut nama manajernya. Dengan senyum nan mengisyaratkan keraguan, Keane menjawab, "Eh... Ron Atkinson nan hebat." Pernyataan ini cukup menarik, terutama bagi mereka nan mengetahui dinamika Keane dengan Sir Alex Ferguson, sehingga tidak mengherankan jika Ferguson tidak disebutkan.

Ron Atkinson, seorang manajer asal Inggris nan sekarang berumur di atas 80 tahun, mempunyai catatan nan cukup signifikan di Manchester United. Ia menjabat sebagai manajer klub dari tahun 1981 hingga 1986, mengawasi total 260 pertandingan. Dalam periode tersebut, Atkinson sukses meraih 124 kemenangan, mengalami 62 kekalahan, dan mencatat 74 hasil imbang. Dengan rata-rata poin per pertandingan sebesar 1,72, dia juga sukses mengantarkan tim meraih Piala FA dua kali, ialah pada musim 1982/83 dan 1984/85. Sayangnya, Atkinson tidak pernah sukses meraih trofi bagian pertama selama masa jabatannya.

Menarik untuk dicatat, meskipun Atkinson mempunyai pengaruh besar di klub, Roy Keane tidak pernah bermain di bawah kepemimpinannya. Hal ini menunjukkan sungguh kompleksnya sejarah dan hubungan antar manajer serta pemain di bumi sepak bola.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Sumber liputan6.com olaraga
liputan6.com olaraga