Liputan6.com, Jakarta - Mantan atlet dobel campuran Indonesia, Liliyana Natsir, memberi masukan tegas buat PBSI agar merombak sektor dobel campuran nan ada saat ini.
Pasalnya, sejak era Liliyana dengan tandemnya Tontowi Ahmad berakhir, nomor dobel campuran Tanah Air minim menunjukkan prestasi di panggung dunia.
Dalam Olimpiade Paris 2024, misalnya, Indonesia sukses menempatkan satu wakil mixed doubles lewat Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. Akan tetapi, pasangan ini kandas mempersembahkan lencana karena terhenti di fase grup.
Sementara itu, rekan senegaranya Rehan Naufal/Lisa Ayu Kusumawati nan saat ini juga jadi angan dobel campuran, malah tak lolos sama sekali ke Olimpiade.
Situasi tersebut membikin Liliyana Natsir memberi masukan tegas mengenai penyegaran. Mantan pemain nan memenangkan emas Olimpiade Rio 2016 berbareng Tontowi Ahmad itu menilai PBSI perlu me-refresh sektor dobel campuran demi menghidupkan angan di Olimpiade jenis selanjutnya.
"Kalau dari saya sih, sepertinya (ganda campuran) butuh dirombak. Harus berani dirombak, jangan sampai terlambat. Karena ini kan baru selesai Olimpiade, sementara kita targetnya empat tahun lagi di Olimpiade berikutnya," ucap sosok nan berkawan disapa Butet ini saat ditanyai Liputan6.com di sela-sela Audisi Umum PB Djarum 2024 di GOR Djarum, Jati, Kudus pada Jumat (13/9/2024).
"Empat tahun itu tidak berasa, cepat. Dari beberapa statement nan saya baca di negara lain, empat tahun itu kadang terasa kurang untuk (mereka mempersiapkan pemain) ke Olimpiade. Nah artinya kita uga jangan sampai terlambat, jika memang mau diracik nan baru, ya coba dari sekarang," tambahnya.
Ratusan pelajar dan mahasiswa menyambut kehadiran Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir nan baru saja tiba dari Rio de Janeiro, Brasil.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sebut Perombakan Ganda Campuran Sebagai Urgensi
Bukan sekadar saran, Liliyana Natsir apalagi memandang perombakan sektor dobel campuran sebagai sesuatu nan urgen dlakukan oleh PBSI. Pasalnya, sebagai mantan bintang dobel campuran, Butet menilai ada aspek jenuh dan chemistry nan mungkin memengaruhi mandeknya prestasi pasnagan atlet.
"Saya rasa mix butuh diracik, dirombak, dengan mitra nan baru. Saya tidak tahu komposisinya bagaimana, kan mereka nan tahu. Tapi nan pasti, kudu dirombak lantaran nan kemarin mungkin ada aspek jenuh juga, chemistry-nya juga sudah tidak dapat, secara prestasi juga mungkin tidak stabil, sehingga butuh refresh," papar Liliyana Natsir.
"Seperti dobel putra, kita lihat kan sudah mulai terlihat (hasil perombakannya). Mungkin 4 tahun lagi, sudah terlihat wajah-wajah mana nan bakal mewakilkan dobel putra di Olimpiade."
"Nah, mix (ganda campuran) saya harapkan itu, sehingga jangan terlambat. Karena penyesuaian menemukan chemistry itu tidak cepat. Iya jika langsung cocok, jika tidak cocok kan butuh dirombak lagi, coba lagi pertandingan ini, butuh dirombak lagi, jadi kudu segera. Itu urgen menurut saya," tandas dia.
Jangan Terpatok Sponsor
Lebih lanjut, Liliyana Natsir juga menyoroti perkara sponsor nan bisa mencegah pasangan atlet dirombak. Pasalnya tak jarang, dobel nan sudah tak akur kandas disegarkan karena tetap terikat perjanjian dengan sponsor tertentu.
Mantan pemain campuran nan juga pernah memenangkan gelar kejuaraan bumi hingga All England itu menilai PBSI idealnya bisa membantu memberikan solusi agar pasangan tak cocok tidak dipaksakan memperkuat akibat masalah sponsor.
"Itu harapannya, sih. Semoga dari PBSI mungkin juga bisa dibikin tidak kaku. Artinya kan sponsor mungkin ada kepentinga, tetapi dari PBSI juga mungkin kasih solusi (harus bagaimana). Karena double itu tidak melulu jika kita terikat sponsor, kita kudu partner. Kalau memang sudah tidak cocok, masa iya demi sponsor kita bertahan?" ujar Butet.
"Kan pasti mungkin ada jalannya, ada solusinya. Ya mudah-mudahan untuk ke depannya, itu menjadi satu masukan nan bagus. Karena mungkin beberapa kali kejadian, (pasangan) sudah tidak cocok, tetapi lantaran sponsor, tetap saja (dipasangkan), padahal itu kan juga buang waktu."
"Olimpiade sudah mepet, jadi semoga PBSI menemukan solusinya untuk ke depannya. Paling mungkin bisa negosiasi dengan sponsor, ada tidak pengecualian jika (terjadi situasi) ABCD. Kan di dalam perjanjian itu mungkin bisa tertera seperti itu," pungkas mantan tandem Tontowi Ahmad.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.