Harga Beras RI Disebut Termahal di ASEAN, Badan Pangan Buka Suara

Sedang Trending 2 jam yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pangan Nasional (Bananas) buka bunyi soal pernyataan Bank Dunia yang menyebut nilai beras di Indonesia menjadi nan termahal di ASEAN.

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas mengatakan Rachmi Widiriani mengatakan nilai beras dalam negeri mahal lantaran biaya produksi nan besar. Karena itu, petani meningkatkan nilai agar tetap mendapatkan keuntungan.

"Memang betul nilai beras di dalam negeri saat ini tinggi, tapi memang biaya produksinya juga sudah tinggi, sehingga jika kita runut dari cost factor produksi beras di dalam negeri, jika kita perhatikan memang tinggi, jadi petani juga berkuasa mendapatkan keuntungan," kata Rachmi, di Bali, dikutip Antara, Jumat (20/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rachmi melanjutkan saat ini petani mendapat untung nan cukup lantaran nilai gabah dibeli di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Nilai Tukar Petani (NTP) khususnya tanaman pangan, sambungnya, juga sedang dalam kondisi nan baik.

Adapun NTP merupakan salah satu parameter kesejahteraan petani. NTP merupakan komparasi antara indeks nilai nan diterima petani dengan indeks nilai nan dibayar petani.

Rachmi mengatakan nilai beras sebenarnya bisa ditekan andaikan petani menggunakan bibit nan bagus sehingga bisa meningkatkan produksi.

"Kalau benihnya bagus, kelak produktivitasnya meningkat, maka produksi satuan lahan itu juga meningkat, petani bakal mendapatkan gen alias hasil dari penjualannya lebih bagus. Mungkin lama-lama jika misalnya semakin luas lahan pertanian dengan perbaikan-perbaikan nan dilakukan, nilai bakal relatif menjadi stabil," ujarnya.

Selain itu, petani katanya juga perlu melakukan efisiensi untuk meningkatkan produktivitas melalui penemuan dan penggunaan teknologi. Misalnya penggunaan drone untuk penyebaran pupuk nan bisa lebih irit 30 persen dibandingkan dengan langkah manual lantaran sebaran pupuk lebih merata.

"Memang kudu melakukan efisiensi. Jadi dengan efisiensi, produktivitas naik, petani bakal mendapatkan dua keuntungan, nilai bagus, kemudian penghasilan nan bagus, produksinya tinggi, lama-lama harganya bakal stabil," ujarnya.

Pada gelaran Indonesia International Rice Conference (IIRC), di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9), Bank Dunia menyebut bahwa nilai beras Indonesia 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Namun kesejahteraan petani justru tetap rendah.

Berdasarkan Survei Terpadu Pertanian 2021, kesejahteraan petani Indonesia tetap di bawah rata-rata, apalagi pendapatannya kurang dari US$1 per hari alias senilai Rp15.207 dan setahun di bawah US$341 dolar AS alias Rp5 juta.

Pendapatan ini, dinilai tidak sebanding dengan biaya produksi nan dikeluarkan oleh petani. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia disebut kudu bayar nilai beras nan tinggi.

(fby/pta)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com