Liputan6.com, Jakarta- Indonesia bakal mengikuti kejuaraan bumi soft tennis di Korea Selatan pada September 2024 nanti. Persatuan Soft Tennis Seluruh Indonesia (PESTI) pun mulai menjaring pemain. Salah satunya lewat Kejuaraan Nasional (Kejurnas) nan dilaksanakan pada 11-13 Juli di Lapangan Tenis Hotel Borobudur Jakarta.
Kejurnas Soft Tennis 2024 ini diikuti 115 atlet dari 17 provinsi. Ada tujuh nomor nan dipertandingkan ialah tunggal putra dan putri, dobel putra dan putri, dobel campuran, beregu putra dan putri.
Menurut ketua umum PESTI Brigjen Polisi Dr. Awal Chaeruddin saat pembukaan, kejurnas ini menjadi try out Pekan Olahraga Nasional 2024 di Aceh dan Sumatera Utara. PESTI juga bakal menjaring pemain untuk kejuaraan bumi dari Kejurnas ini.
"Kejurnas Soft Tennis kali ini bermaksud sebagai arena try out menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 nan pertama kali digelar. Selain itu untuk menjarimg atlet terbaik untuk Kejuaraan Dunia Soft Tennis di Korea Selatan pada bulan September nanti," papar Awal Chaeruddin, Kamis (11/7/2024) usai pembukaan Kejurnas nan dihadiri pula Ahmad Saifudin, Wasekjen KONI, dan Krishna Bayu, Komite Eksekutif Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Persiapan tim nan handal untuk mewakili Indonesia perlu dilakukan lantaran kemungkinan soft tennis juga bakal dipertandingkan di SEA Games 2025. "Saat ini sudah ada enam negara mendukung soft tennis dipertandingkan di SEA Games Thailand 2025," ungkap Awal.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pernah Sukses di Korsel
Kegiatan Kejurnas Soft Tennis PESTI 2024 nan digelar selama tiga hari ini didukung oleh Artha Graha Peduli, AG Network, RS Mitra Keluarga, Segafredo Caffe, Batik Air Mineral, dan Suasa Benua Sukses.
Sebelum Kejurnas, PP PESTI pada Juni lampau sudah mengirim 20 atlet ke Open Tournament Soft Tennis di Korea Selatan untuk menambah jam terbang atlet muda. Saat itu Indonesia menempati posisi ketiga pada nomor beregu.
"Dalam pengembangan olahraga Soft Tennis kami butuh support dari stake holder olahraga di Indonesia. Pelaksanaan turnamen adalah salah satu kunci agar pembinaan atlet melangkah dengan baik. Selain turnamen level nasional, kami juga punya angan besar untuk menggelar turnamen Internasional nan tentunya memerlukan support dari Kemenpora, KOI dan KONI selaku pembina Olahraga di Indonesia," beber Awal lagi.
Kendala Raket
Awal menjelaskan kembali, salah satu tantangan terbesar pengembangan olahraga soft tennis di Indonesia adalah sulitnya mendapatkan perlengkapan pertandingan terutama raket. Dalam upaya sosialisasi olahraga Soft Tennis, PP Pesti sedang menjalankan program “Seribu Raket”.
"Dalam program ini kami bakal membagikan raket ke pengurus provinsi nan disalurkan ke sekolah-sekolah dan universitas. Kami juga berencana menggelar Festival Soft Tennis di beberapa kota secara periodik agar olahraga ini bisa lebih dikenal dan digemari," kata Ferly Montolalu, Wakil Ketua Umum (Waketum) PP PESTI, menambahkan.
Sementara itu, Wasekjen KONI, Ahmad Saifuddin, menyambut baik kejurnas soft tennis nan digelar kal ini nan sebagai arena try out PON 2024 nanti.
"Cabor Soft Tennis alias PESTI ini menjadi awal masuk diperhelatan paling puncak di olahraga nasional PON XXI Aceh-Sumut. Oleh itu kami berambisi seluruh atlet nan mengikuti kejurnas ini manfaatkan semaksimal mungkin, tampilkan jati diri menjadi atlet nan sesungguhnya dan kelak di PON silahkan perlihatkan ahli atlet nan membanggakan. Selamat mengikut kejurnas para atlet, tunjukan keahlian untuk membawa nama wangi wilayah dan bansa," ucapnya memberi semangat.
Sejarah Soft Tennis
Untuk diketahui, Soft Tennis menjadi salah satu bagian nan dimainkan di Asian Games XVII/2014 Incheon, Korea Selatan. Sebanyak tujuh lencana emas diperebutkan dalam bagian olahraga ini.
Soft Tennis lahir dan berkembang di Jepang tahun 1885. Salah satu jenis bagian olahraga permainan itu serupa dengan tenis lapangan (lawn tennis) tapi tak identik.
Perbedaan mendasar adalah pada raket dan bola nan digunakan. Soft tennis menggunakan bola nan lebih lebih ringan, empuk, tak berbulu, dan jauh lebih lentur. Selain itu, teknik memukul bola berbeda.
Nah, untuk raket nan digunakan, diameter lingkaran raket soft tennis lebih kecil, bobotnya juga lebih ringan. Selain itu, tali senarnya lebih kendor daripada tenis. “Saat bola dipukul, bakal terasa lebih lezat daripada memukul bola tenis nan sedikit lebih berat," jelas Gularso, pembimbing pelatnas soft tennis.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.