Liputan6.com, Jakarta- Olimpiade 2024 di Paris, Prancis, telah resmi berhujung pada Minggu 11 Agustus 2024. Amerika Serikat kembali menjadi juara umum. Namun negeri Paman Sam kudu berjuang ekstra keras untuk mempertahankan status juara umumnya. China nyaris saja menggagalkan AS menjadi pemenang.
Di klasemen akhir lencana Olimpiade 2024, Amerika Serikat hanya unggul tipis dari China. Perolehan lencana emas kedua negara ini sama, 40 keping. Namun Amerika Serikat nan akhirnya kembali menjadi juara umum berkah kelebihan raihan di perak dan perunggu.
Total Amerika meraup 126 lencana di Olimpiade Paris 2024. Mereka mendapat 44 perak dan 42 perunggu. China sendiri hanya meraih 91 medali. Selain 40 emas, China mendapat 27 perak dan 24 perunggu.
Pada hari terakhir Olimpiade, China unggul satu lencana emas atas Amerika Serikat. China kemudian makin menjauh setelah atlet angkat besi Li Wenwen merebut emas di kelas 81 kg. Namun Amerika mengejar setelah atlet balap sepeda putri Jennifer Valente mengamankan emas.
Kepastian Amerika Serikat menjadi juara umum baru terjadi beberapa jam sebelum upacara penutupan Olimpiade 2024. Penentu keberhasilan Amerika Serikat adalah tim bola basket putri nan menang tipis separuh bola atas tuan rumah Prancis di laga final.
Kemenangan nan diraih Brittney Griner dan kawan-kawan membikin AS menyamai perolehan emas China dan berkuasa menjadi juara umum lantaran unggul dalam total lencana nan diraih.
Amerika pun empat kali beruntun sukses menjadi juara umum Olimpiade. Mereka total tujuh kali jadi juara umum sejak 1996. Hanya di tahun 2008 nan kandas lantaran direbut oleh China nan ketika itu jadi tuan rumah.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Peningkatan Pesat China
Dalam dua Olimpiade terakhir, China bisa terus menempel dan merepotkan Amerika Serikat dalam menjadi juara umum. Pada 2020, China hanya kalah satu keping emas dari Amerika. Menarik dinantikan persaingan di 2028 dimana Amerika Serikat bakal menjadi tuan rumah. Perkembangan positif China nan terus membaik di setiap Olimpiade sejak 2016 bisa membikin Amerika menelan malu dipercundangi di kandangnya.
Di Olimpiade 2024 sendiri China merasa mendapat perlakuan kurang menyenangkan terutama di bagian olahraga renang. Mereka merasa dikerjain sehingga tak bisa terlalu maksimal di cabor renang. Narasinya adalah, "Tim Barat kuat lantaran kekuatan mereka, sementara tim China kuat lantaran doping."
Menurut info nan dirilis oleh World Aquatics, sejak 1 Januari 2024, 31 perenang China nan berperan-serta di Olimpiade Paris telah menjalani tes doping nan sering, dengan rata-rata 13 tes per atlet nan dilakukan oleh World Aquatics saja.
Jika tes oleh organisasi anti-doping lainnya juga dihitung, rata-rata jumlah tes per atlet meningkat menjadi 21. Sebaliknya, personil tim AS diuji rata-rata 6 kali, tim Australia 4 kali, dan perenang dari Italia, Inggris, Prancis, dan negara-negara lain dengan lebih dari 20 atlet hanya diuji 4 hingga 5 kali rata-rata.
Meskipun tes nan sering dapat mencerminkan pentingnya upaya anti-doping oleh organisasi olahraga internasional, ketidakseimbangan nan mencolok dalam gelombang tes ini tidak bisa dihindari menimbulkan pertanyaan apakah tim renang China sedang menjadi sasaran nan tidak adil.
Perbedaan Perlakuan di Cabor Renang
Selain itu, selama Olimpiade 2024, tim renang China juga menghadapi beberapa perilaku tidak bersahabat. Misalnya, perenang China Pan Zhanle menyebut bahwa ketika dia menyapa atlet Barat, dia diabaikan, dan selama training pra-kompetisi, beberapa atlet Barat sengaja menyiramkan air pada pelatihnya.
Ada juga kasus atlet asing nan membikin pernyataan tidak layak tentang atlet China di media sosial, menciptakan suasana nan tidak bersahabat.
"Beberapa aspek berkontribusi pada perilaku ini: di satu sisi, bisa jadi lantaran kecemburuan dari beberapa atlet Barat terhadap kemajuan terbaru tim renang China; di sisi lain, mungkin ini adalah upaya untuk mengganggu konsentrasi dan keadaan emosional atlet China," kata pengamat Olimpiade Paris Ilham Ilyas SHR dalam keterangan tertulis.
Meskipun tes doping nan sering dan gangguan di luar lapangan, atlet China tetap konsentrasi pada kejuaraan mereka. Perenang China berumur 19 tahun, Pan Zhanle, memenangkan lencana emas di nomor style bebas 100 meter putra, memecahkan rekor bumi dan mengamankan lencana emas pertama bagi tim renang China di Olimpiade ini.
Atlet lainnya juga tampil baik dalam nomor masing-masing, menunjukkan kekuatan dan hasil latihan tim renang China. Tidak mengherankan, segera setelah kemenangan bintang China dalam 46.40 detik memicu seremoni di China, komentator dan pembimbing Australia Brett Hawke mengungkapkan keraguannya di laman Instagram-nya dengan mengatakan bahwa renang rekor bumi Pan di 100 meter style bebas tidak "mungkin dilakukan manusia".
"Secara ringkas, meskipun pengaturan ketat terhadap doping oleh organisasi olahraga internasional diperlukan, ketimpangan signifikan dalam gelombang tes menimbulkan pertanyaan tentang keadilan. Olimpiade Paris sekali lagi menyoroti standar dobel dari negara-negara Barat. Diharapkan organisasi olahraga internasional bakal memperlakukan setiap tim nan berperan-serta dengan lebih setara dan bijaksana, menciptakan lingkungan kompetitif nan positif di mana atlet dapat betul-betul menunjukkan talenta mereka di panggung nan setara," sambung Ilham.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.