CEO Google Sundar Pichai Beberkan Perkembangan AI, Bakal Punya Kesadaran Seperti Manusia?

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa perusahaan teknologi bersaing keras di sektor kepintaran buatan namalain artificial intelligence (AI). Perusahaan seperti Google misalnya, berupaya untuk meningkatkan model AI mereka agar tetap relevan di pasar teknologi AI nan kompetitif.

Kondisi pasar ini telah menyebabkan pertumbuhan besar-besaran di AI. Bahkan, sekarang AI menjadi bagian dari kehidupan pengguna internet.

CEO Google Sundar Pichai pun ikut bicara tentang masa depan AI, termasuk menjawab pertanyaan apakah AI nantinya bakal mempunyai "kesadaran" seperti nan dimiliki manusia.

Mengutip Gizchina, Selasa (28/5/2024), melalui kanal YouTube Hayls World nan menyelenggarakan wawancara dengan Sundar Pichai, bos Google ini ditanya tentang "kesadaran" alias "consiousness" AI.

"Dalam beberapa tahun ke depan, kita bakal mempunyai AI nan mempunyai ilusi kesadaran. Anda mungkin tidak bisa membedakannya, namun ini berbeda dengan AI nan betul-betul sadar (memiliki kesadaran manusia) nan merupakan topik filosofis nan sangat dalam," kata Pichai menjawab pertanyaan tersebut.

Jawaban ini tentu sangat menarik. Pasalnya AI memang semakin pandai dari waktu ke waktu. Dari jawabannya, jelas jika AI bakal terus menjadi lebih baik.

Dalam pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan CEO Google Sundar Pichai di Mountain View, California, Google mengumumkan rencana untuk membantu melatih 100.000 developer mobile hingga 2020.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Ungkap Perkembangan AI di Google

Apalagi, perkembangan AI membawa perubahan nan menarik. Selain itu, di podcast itu, Pichai juga mengungkapkan beberapa info menarik tentang pendekatan AI jenis Google.

Sundar Pichai membahas kemajuan nan berjalan dan komitmen perusahaan terhadap pengembangan AI.

Pichai pun membeberkan sejumlah perihal nan positif tentang keberadaan AI. Termasuk di antaranya adalah membantu pekerjaan manusia.

"Ada banyak kasus penggunaan, contohnya meringkas konten, menghemat waktu dengan support AI, dan banyak lainnya," begitu kata Pichai, dalam video tersebut.

Selain itu, Pichai juga telaah komparasi antara Gemini dengan ChatGPT. Menurutnya, Gemini bisa meringkas email di Gmail dan mengirim email dengan mudah.

"Gemini terintegrasi dengan sangat baik dengan produk Google lainnya termasuk YouTube. Gemini multimodal dan seiring waktu, pengguna bisa memakai bunyi untuk mengoperasikan AI," kata Pichai.

Elon Musk Sebut AI Bisa Gantikan Pekerjaan Manusia

Masih tentang AI, miliarder sekaligus bos beberapa perusahaan teknologi, Elon Musk, kembali bicara soal teknologi kepintaran buatan alias artificial intelligence. 

Kali ini, laki-laki nan baru saja meresmikan Starlink di Bali ini mengungkapkan bahwa kepintaran buatan namalain AI dapat mengambil alih segala jenis pekerjaan.

"Mungkin tidak ada di antara kita nan bakal mempunyai pekerjaan,” ujar Elon Musk, saat konvensi teknologi tentang AI, seperti dikutip dari CNN. 

Namun menurutnya perihal ini tak selalu bercabang negatif. Pasalnya, Elon Musk bilang, di masa depan pekerjaan bakal menjadi pilihan. Dengan begitu, seseorang dapat melakukan pekerjaan nan sejalan dengan minat dan kegemaran mereka.

Elon Musk juga mengatakan, AI dan robot bakal menyediakan beragam peralatan dan jasa nan diinginkan oleh manusia. Untuk mewujudkan skenario ini, dia menyebutkan perlunya penghasilan nan tinggi secara universal. Sayangnya, Elon Musk tidak bilang, gimana skenario tersebut bakal diwujudkan. 

Perlunya Regulasi dan Penggunaan AI secara Bertanggung Jawab

Namun, Musk meyakinkan bahwa tidak bakal ada kekurangan peralatan dan jasa. Pasalnya, keahlian AI telah meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Oleh lantaran itu, regulator, perusahaan, dan konsumen tetap mempertimbangkan langkah penggunaan teknologi ini secara bertanggung jawab.

Kekhawatiran juga terus meningkat mengenai gimana beragam industri dan pekerjaan bakal berubah seiring dengan perkembangan AI di pasar.

Sebuah laporan dari Laboratorium Ilmu Komputer dan Kecerdasan Buatan MIT menemukan bahwa mengambil AI di tempat kerja jauh, lebih lambat dari perkiraan dan ketakutan beberapa pihak.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan nan rentan terhadap AI pada saat itu tidak menguntungkan secara ekonomi bagi perusahaan nan menerapkan otomatisasi.

Menurut para ahli, banyak pekerjaan nan memerlukan kepintaran emosional dan hubungan manusia nan tinggi tidak bakal digantikan oleh AI. Contohnya adalah pekerja di bagian kesehatan mental, pekerja kreatif, dan guru.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi