CNN Indonesia
Jumat, 15 Nov 2024 20:13 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menyatakan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) tidak perlu cemas mengenai kesempatan penyerapan produk susu lokal, lantaran program makan bergizi cuma-cuma (MBG) nan bakal dimulai pada Januari 2025 bakal memerlukan pasokan untuk kebutuhan 15 juta penerima manfaat.
"Tidak perlu takut soal pasar, kan sudah diciptakan dengan adanya program MBG ini. Justru kita saat ini kekurangan pasokan susu, maka kita bakal amankan produksi susu dalam negeri untuk kebutuhan MBG," kata Budi Arie dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan info GKSI, seperti dikutip dari Antara, rata-rata produksi harian susu segar mencapai 1,23 juta liter per hari, sementara kebutuhan program MBG sekitar 3 juta liter per hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Budi Arie menekankan bahwa para peternak sapi perah dan pengelola koperasi susu juga kudu dapat memastikan kualitas susu nan dihasilkan terjamin dan harganya bisa bersaing.
Budi Arie mengatakan upaya peningkatan produktivitas susu saat ini dihadapkan pada beragam tantangan, salah satunya adalah penurunan jumlah populasi sapi secara signifikan.
Sebelum merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK), populasi sapi mencapai 239.196 ekor, tapi sekarang berkurang menjadi 214.878 ekor.
Ia juga menyatakan Kemenkop akan berkoordinasi dengan beragam pihak untuk mengatasi persoalan nan dihadapi para peternak sapi di Indonesia, serta bakal langsung menyampaikan persoalan ini kepada Presiden Prabowo Subianto agar ada kebijakan afirmatif.
Sekretaris GKSI Unang Sudarma mengatakan persoalan nan seringkali dihadapi oleh peternak sapi perah adalah tantangan dalam menjaga kualitas susu agar tetap segar. Pasalnya, susu kudu disimpan dalam suhu dingin nan konsisten, ialah 4 derajat Celsius, nan memerlukan peralatan pendingin khusus.
Ia menyebut persoalan lain nan dihadapi peternak sapi perah adalah minimnya minat generasi muda untuk meneruskan upaya peternakan lantaran mereka lebih memilih bekerja di sektor formal. Kondisi ini menyebabkan populasi sapi perah semakin berkurang dan berakibat langsung pada penurunan produktivitas susu.
(Antara/vws)