Jakarta, CNN Indonesia --
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan penyebab nilai tukar rupiah tembus ke level Rp16 ribu per dolar AS pada Desember 2024. Perry mengungkap nilai tukar rupiah melemah 1,37 persen point to point (ptp) dari bulan sebelumnya.
Ia mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh semakin tingginya ketidakpastian global.
"Terutama mengenai dengan arah kebijakan AS, ruang penurunan FFR (Fed Funds Rate) nan lebih rendah, penguatan mata duit dolar AS secara luas, dan akibat geopolitik nan mengakibatkan berlanjutnya preferensi penanammodal dunia untuk memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS," ujar Perry dalam konvensi pers, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, depresiasi nilai tukar rupiah diklaim tetap terkendali jika dibandingkan dengan level akhir Desember 2023. Perry juga menyatakan depresiasi rupiah tetap lebih baik dibandingkan sejumlah mata duit negara tetangga.
Perry mencatat pelemahan rupiah setidaknya lebih baik daripada dolar Taiwan, peso Filipina dan won Korea Selatan nan masing-masing terdepresiasi sebesar 5,58 persen, 5,94 persen, dan 10,47 persen.
"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil nan menarik, inflasi nan rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia nan tetap baik," tuturnya lebih lanjut.
Selain itu, pemanfaatan seluruh instrumen moneter juga dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Menurutnya, kebijakan tersebut juga dimaksudkan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
Tercatat, hingga 16 Desember 2024 posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing sebesar Rp940,67 triliun, US$2,08 miliar, dan US$386 juta.
"Penerbitan SRBI telah mendukung upaya peningkatan aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri dan penguatan nilai tukar rupiah. Kepemilikan non residen dalam SRBI mencapai Rp233,85 triliun alias 24,86 persen dari total outstanding," ucap Perry.
Tak hanya itu, penerapan Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 juga memperkuat efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter dalam mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi.
[Gambas:Video CNN]
(del/agt)