Liputan6.com, Jakarta - Dua anak muda berbakat, Neilson Soeratman dari Surabaya dan Shania Siahaan dari Riau, kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Setelah sukses menang di arena bergengsi Apple Swift Student Challenge, mereka sekarang bersiap menuju aktivitas tahunan World Wide Developers Conference (WWDC).
Kepada tim Liputan6.com, Neilson dan Shania berbagi cerita mereka tentang pengalaman mengikuti kejuaraan bergengsi Apple tersebut.
Tak hanya itu, keduanya juga mengungkap tentang angan dan mereka di masa depan.
Proses Lomba Apple Swift Student Challenge
Proses lomba Swift Student Challenge tidaklah mudah. Neilson dan Shania kudu mengembangkan aplikasi inovatif, dan mengisi blangko pendaftaran.
"Setelah itu, kita diminta untuk menuliskan esai nan menjelaskan buahpikiran aplikasi serta angan dari aplikasi tersebut," ucap Shania.
Nantinya, aplikasi buatan para peserta bakal dinilai oleh para pengetes dari Apple untuk mengetahui apakah inovatif dan sesuai dengan tema lomba.
Saat diumumkan sebagai pemenang, baik Neilson dan Shania merasa kaget dan senang lantaran upaya keras mereka akhirnya diakui.
Namun, kemenangan bukan menjadi akhir perjalanan mereka berdua. Shania dan Nelson mengungkapkan angan dan rencana mereka setelah mengikuti Apple Developer Academy dan memenangkan kejuaraan Swift.
"Meskipun saya tidak berencana untuk berkarir sebagai iOS developer, saya tetap mau menggunakan produk-produk Apple untuk mengembangkan aplikasi sebagai hobi," ujar Neilson.
Sementara itu, Shania pasti bakal bekerja di bagian teknologi di masa depan. "Namun, saat ini saya sedang mencoba beragam keahlian baru seperti desain. Berkarir di bumi teknologi sangat menarik dan saya mau terus berkembang di bagian tersebut," katanya.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Siap Hadiri WWDC 2024
Kini, persiapan mereka untuk WWDC berfokus pada penantian bakal teknologi-teknologi baru nan bakal diperkenalkan oleh Apple.
"Kami berambisi untuk memandang kejutan-kejutan baru di masa mendatang," kata Nelson dengan antusias saat ditanyakan tentang ekspektasi mereka di WWDC 2024.
Aktivitas Saat Ini dan Rencana Masa Depan
Saat ini, Shania sedang di semester 8 dan menyusun skripsi, mengakhiri masa studinya dengan tekad dan dedikasi tinggi. Sementara itu, Neilson sedang bekerja sebagai website developer dan designer di perusahaan swasta.
Keberhasilan Neilson dan Shania di Swift Student Challenge, dan partisipasi mereka di WWDC merupakan bukti nyata anak muda Indonesia mempunyai potensi besar untuk bersaing di kancah internasional.
Semoga perjalanan mereka menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk terus berinovasi dan berani mengambil tantangan di bumi teknologi.
Dengan semangat dan kerja keras, siapa pun bisa meraih mimpi mereka.
Inovasi Anak Bangsa di Apple Swift Student Challenge 2024
Informasi, Neilson Soeratman dan Shania Siahaan, sukses mengharumkan nama Indonesia setelah meraih kemenangan di arena bergengsi Apple Swift Student Challenge 2024.
Dalam kejuaraan ini, kedua anak muda ini sukses mengungguli para peserta kejuaraan dalam pengembangan aplikasi inovatif menggunakan bahasa pemrograman Swift.
Memulai perjalanannya di Apple Academy pada tahun 2022, Shania terinspirasi untuk berasosiasi dalam kejuaraan buatan Apple ini setelah mendengar cerita dari beberapa senior di Apple Academy.
"Saya tertarik lantaran di Apple Academy, kita tidak hanya belajar coding, tetapi juga gimana membikin aplikasi nan bermanfaat, memahami argumen di kembali pembuatan aplikasi, serta proses dari perspektif pandang bisnis, desain, dan coding," kata Shania kepada tim Liputan6.com.
Sementara itu, Neilson nan baru lulus Apple Developer Academy pada 2023 menceritakan pengalaman nan serupa dengan Shania.
Motivasi untuk Tetap Kembangkan Aplikasi Buatan Mereka
"Awalnya, saya berpikir akademi hanya konsentrasi pada coding, namun rupanya lebih dari itu. Akademi mendorong peserta untuk mengembangkan aplikasi nan berakibat nyata," ujarnya.
Kepada tim Liputan6.com, Neilson dan Shania menceritakan gimana motivasi menjadi kunci mereka untuk terus mencoba meskipun mangalamai kegagalahn.
Shania dan Nelson sama-sama merasakan ini ketika mereka berperan-serta dalam Swift Student Challenge sebelummnya. Shania, nan pertama kali mengikuti pada tahun 2023, merasa usahanya kurang maksimal lantaran persiapan nan singkat.
"Di tahun 2024, dengan lebih banyak waktu untuk mengembangkan ide, saya merasa ada kesempatan lebih besar untuk menyampaikan buahpikiran saya," ungkap mahasiswa di Universitas Maritim Raja Ali Haji tersebut.
Nelson, nan juga mengalami kegagalan pada percobaan pertamanya, tidak menyerah. "Saya suka tantangan dan dorongan dari lingkungan akademi membikin saya semakin tertarik untuk ikut serta."
Walah kudu kandas pada percobaan pertama, Neilson mengakui banyak belajar dan berkeinginan untuk mencoba lagi dengan strategi nan lebih baik.
Proses Kreatif di Balik Ide Aplikasi
Shania dan Nelson mendapatkan buahpikiran aplikasi mereka dari masalah ada di sekitar mereka. Shania, nan berasal dari Kepulauan Riau, memandang masalah pencemaran pantai di daerahnya.
Karena itu, Ia mau meningkatkan kesadaran masyarakat tentang akibat kebiasaan sehari-hari terhadap lingkungan melalui aplikasi nan dia buat.
"Saya membikin konsep aplikasi dengan tema perjalanan waktu, di mana pemain kudu kembali ke masa lampau untuk mencegah kerusakan lingkungan di masa depan," jelas Shania.
"Pemain kudu menyelesaikan tiga misi: mengganti bahan rawan dengan nan ramah lingkungan, menjadi pembeli nan pandai dengan menghindari produk berbahaya, dan memanfaatkan sampah plastik menjadi sesuatu nan berguna," jelas Shania.
Sementara itu, Nelson mendapatkan buahpikiran dari kondisi panas ekstrem di Surabaya. Ia konsentrasi pada masalah perubahan suasana dan konsumsi energi.
"Saya merasa bahwa langkah-langkah seperti mengurangi penggunaan daya listrik dan air sehari-hari adalah tindakan nan dapat dilakukan semua orang untuk membantu mengurangi emisi karbon," katanya.
Tantangan dan Solusi dalam Pengembangan Aplikasi
Mengembangkan aplikasi bukan tanpa tantangan. Shania mengakui, tantangan utama adalah mengemas pesan lingkungan dalam aplikasi sehingga pengguna langsung memahami tujuan dan pesan nan mau disampaikan.
"Saya memilih fitur nan bisa sigap diterjemahkan dalam aplikasi, seperti mengganti bahan material rawan dengan bahan ramah lingkungan. Proses ini memerlukan pemilihan teknologi tepat untuk setiap fitur," kata Shania.
Nelson juga menghadapi tantangan dalam perihal konsep dan riset. "Penelitian tentang penggunaan listrik dan air serta dampaknya terhadap emisi karbon menyantap waktu lebih lama dibandingkan pengembangan aplikasinya."
Dia mengakui, tantangan utama adalah gimana mengonversi riset dan konsep tersebut menjadi aplikasi nan dapat dipahami dan memberikan pesan edukatif kepada pengguna.
Bantuan dari Mentor dan Pengalaman Akademi
Baik Shania maupun Nelson mengandalkan pengalaman dan pembelajaran selama di akademi untuk menghadapi tantangan dan mengembangkan aplikasi.
"Sebagai alumni, saya tidak terlalu sering berasosiasi dengan mentor dan lebih banyak mencari solusi sendiri, meski kadang-kadang meminta support kawan dan alumni tentang teknologi tertentu," jelas Shania.
Nelson menambahkan, "Saya banyak belajar tentang langkah berpikir dan teknologi dari mentor selama berada di akademi, nan sangat membantu dalam pengembangan aplikasi."
Saran dan Harapan untuk Peserta Masa Depan
Shania dan Nelson juga memberikan saran berbobot bagi peserta masa depan Swift Student Challenge.
"Selalu berani mencoba tantangan baru dan lebih peka terhadap lingkungan sekitar, lantaran ide-ide sering muncul dari pengalaman langsung," saran Shania.
Nelson menyarankan untuk tidak terlalu berpikir panjang dan langsung mencoba. "Diskusi dengan orang lain juga sangat membantu dalam memperkaya buahpikiran dan solusi," tambahnya.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.