Jakarta, CNN Indonesia --
PT Kimia Farma Tbk bakal menutup lima pabriknya dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan kelima pabrik tersebut ditutup lantaran kapabilitas produksinya sangat rendah. Karena itu pabrik sudah tidak lagi efisien.
"Ya memang kapasitasnya enggak ini kok, jadi under capacity. Seperti kau punya rentalan mobil, ada 10 persewaan mobil, terus nan laku sebenarnya hanya lima. nan lima dibiarin enggak? Atau mau dijual, diberhentikan enggak?," katanya di instansi Perum Perhutani, Senin (15/7) seperti dikutip dari Detik Finance.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait nasib para karyawan, Arya mengatakan Kementerian BUMN meminta agar Kimia Farma memberikan keadilan bagi karyawan.
"Arahan kita, jikalau dilakukan seperti itu kudu win-win solution bagi Kimia Farma dan karyawan. Kan mau nggak mau, kan memang mereka kudu lakukan itu terpaksa kan, lantaran pabrik tutup ya pasti berlebih, tapi mereka kudu bikin nan terbaik. Enggak boleh, enggak," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Produksi dan Supply Chain Hadi Kardoko mengatakan penutupan lima pabrik Kimia Farma diambil dengan mempertimbangkan beberapa hal, salah satunya keberlanjutan bisnis.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama melakukan penutupan pabrik adalah untuk meningkatkan utilisasi pabrik dan akomodasi produksi agar lebih optimal. Hadi menilai perihal tersebut dapat menekan biaya operasional nan membengkak.
"Dengan seperti itu, maka nantinya kami harapkan saat ini, jika kemarin di paparan 3 shift kita itu kurang dari 40 persen, kelak dengan melakukan penataan ini bakal meningkatkan utilisasi kami tentunya bakal di atas 40 persen dan juga terjadi proses efisiensi nan lebih baik," jelasnya.
Menurutnya, penutupan pabrik di upaya farmasi tidak bisa dilakukan begitu saja. Oleh lantaran itu, memerlukan waktu.
Hadi mengatakan perusahaan kudu menyesuaikan peraturan perundangan-undangan nan berlaku, termasuk izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun lembaga terkait.
Di sisi lain, pihaknya juga mempertimbangkan kesiapan obat di masyarakat.
"Kemudian kenapa 2-3 tahun? tentu kami dalam melakukan rasionalisasi sangat memperhitungkan upaya continuity dan kita mempertimbangkan peraturan-peraturan nan ada," katanya.
[Gambas:Video CNN]
(fby/sfr)