Liputan6.com, Jakarta - Menjadi anak dari pesepak bola terkenal tentu membawa banyak keuntungan. Namun, di kembali semua itu, terdapat ekspektasi nan sering kali menjadi beban berat.
Banyak anak dari pemain dahsyat diharapkan untuk meneruskan prestasi ayah mereka. Sayangnya, tidak semua dari mereka bisa memenuhi angan tersebut. Nama besar sang ayah sering kali menjadi gambaran nan susah untuk dilampaui.
Mereka dibesarkan dengan beragam akomodasi dan pengarahan nan memadai. Namun, semua itu tidak selalu menjadi agunan untuk meraih kesuksesan di lapangan hijau.
Beberapa di antara mereka memulai pekerjaan dengan angan nan tinggi. Namun, realita sering kali tidak seindah nan dibayangkan. Ekspektasi dari fans dan media justru menambah tekanan nan mereka hadapi.
Berikut adalah lima anak dari pemain legendaris nan tidak sukses mengikuti jejak gemilang ayah mereka.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
1. Enzo Zidane (Anak Zinedine Zidane)
Zinedine Zidane, nan diakui sebagai salah satu gelandang terhebat dalam sejarah sepak bola, mempunyai putra berjulukan Enzo Zidane nan sempat diharapkan bisa mengikuti jejak cemerlang sang ayah.
Enzo memulai perjalanan sepak bolanya di akademi Real Madrid dan berkesempatan bermain untuk tim cadangan. Sayangnya, dia tidak sukses menembus skuad utama. Sebagian besar pekerjaan Enzo dihabiskan di klub-klub mini di Spanyol dan Swiss, termasuk Fuenlabrada.
Baru-baru ini, Enzo mengambil keputusan untuk pensiun di usia 29 tahun setelah 16 bulan tanpa klub. Meskipun perjalanan kariernya tidak secerah nan diharapkan, namanya tetap dikenang sebagai bagian dari warisan sepak bola family Zidane.
2. Brooklyn Beckham (Anak David Beckham)
David Beckham, legenda sepak bola Inggris, dikenal luas lantaran skill luar biasanya dalam tendangan bebas. Kariernya nan cemerlang membawanya berkecimpung di klub-klub besar seperti Manchester United, Real Madrid, dan LA Galaxy.
Di sisi lain, Brooklyn Beckham, putra sulungnya, pernah merasakan atmosfer akademi Arsenal dan menunjukkan kesukaan nan mendalam terhadap sepak bola. Namun, Brooklyn memilih untuk meninggalkan bumi sepak bola dan beranjak ke bumi fotografi.
Keputusan ini membuatnya tidak mempunyai kesempatan untuk mengejar alias apalagi mendekati kesuksesan nan diraih oleh ayahnya di lapangan hijau.
3. Christian Maldini (Anak Paolo Maldini)
Paolo Maldini, ikon legendaris AC Milan, diakui sebagai salah satu bek terhebat dalam sejarah sepak bola. Sepanjang kariernya, dia setia memihak AC Milan dan mengoleksi beragam gelar prestisius. Namun, sayangnya, putranya, Christian Maldini, belum bisa mengulangi jejak gemilang sang ayah.
Meskipun sempat berlatih di tim muda AC Milan, Christian tidak sukses menembus skuad utama dan akhirnya melanjutkan kariernya di klub-klub mini di Italia. Perjalanan kariernya kurang mendapatkan perhatian, dan dia tidak pernah mendekati pencapaian luar biasa nan diraih oleh ayahnya dan kakeknya, Cesare Maldini.
Pada tahun 2023, di usia 27 tahun, Christian memutuskan untuk pensiun dari bumi sepak bola.
4. Diego Sinagra (Anak Diego Maradona)
Diego Maradona, sosok legendaris nan dikenal luas berkah keahliannya menggiring bola, telah mengukir namanya dalam sejarah sepak bola Argentina dan Napoli. Dari pernikahannya, dia dikaruniai seorang putra berjulukan Diego Sinagra.
Sebagai anak dari salah satu pemain terbaik sepanjang masa, Sinagra menghadapi ekspektasi nan sangat tinggi. Sayangnya, dia tidak sukses menelusuri jejak gemilang sang ayah. Sebagian besar kariernya dihabiskan di klub-klub mini di Italia, dan dia tidak bisa mencapai prestasi nan diharapkan banyak orang.
Dalam pencarian jati diri, Sinagra pun sempat beranjak ke bumi sepak bola pantai, mencoba mengukir namanya dengan langkah nan berbeda.
5. Jordi Cruyff (Anak Johan Cruyff)
Jordi Cruyff memulai perjalanan sepak bolanya dengan angan nan tinggi, mengingat ayahnya adalah Johan Cruyff, sosok legendaris dalam bumi sepak bola Belanda. Jordi pernah mengukir namanya di klub-klub besar seperti Barcelona dan Manchester United.
Meskipun berposisi sebagai gelandang, dia tidak sukses meraih puncak kesuksesan nan setara dengan ayahnya. Setelah pekerjaan bermainnya meredup, Jordi mengambil langkah berani untuk beranjak ke bumi kepelatihan dan manajemen. Ia apalagi sempat menjabat sebagai kepala olahraga di Barcelona, melanjutkan warisan sepak bola keluarganya dengan langkah nan berbeda.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.