Liputan6.com, Jakarta - Qiscus, baru saja mengumumkan transformasi besar dengan menghadirkan platform AI-Powered Omnichannel Customer Engagement.
Penyedia platform Omnichannel Customer Engagement ini menyebutkan, platform berbasis AI ini bermaksud untuk menghadirkan pengalaman hubungan pengguna lebih intuitif, personal, dan responsif bagi upaya di area Asia Tenggara.
"Melalui transformasi ini, kami memandang tahun 2025 sebagai momentum besar untuk mengukuhkan posisi sebagai pemimpin di ranah AI," tulis Delta Purna Widyangga, CEO & Fo-founder Qiscus, dalam keterangannya, Sabtu (21/12/2024).
Transofrmasi ini sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap teknologi AI. "Kami percaya AI bakal jadi pilar utama memungkinkan upaya menciptakan pengalaman pengguna lebih intuitif, efisien, dan relevan di masa depan," katanya.
Disebutkkan, Qiscus telah memulai perjalanan menghadirkan solusi berbasis AI melalui chatbot otomatis sejak 2021. Qiscus AI sendiri diperkkuat oleh tiga pilah utama:
- Knowledge-Driven Intelligence: memberikan wawasan berbasis info pengguna lebih mendalam
- Brand-Aligned Persona: membikin hubungan lebih tepat dengan karakkter dan nilai merek bisnis
- Governance: memastikan pengelolaan info dan keamanan sistem tetap terjaga.
Berdasarkan info internal Qiscus, pengguna solusi berbasis AI meningkat hingga 300 persen sepanjang tahun 2024. Data ini mencerminkan tingginya kebutuhan bisnis untuk menghadirkan hubungan pengguna lebih pandai dan efisien.
Dampak Bagi Bisnis di Asia Tenggara
Diharapkan, transformasi AI ini dapat memperkuat posisi Qiscus sebagai pemain utama di Asia Tenggara dengan tujuan memperliat ekspansi ke pasar global.
Melalui platform ini, ribuan perusahaan dan lebih dari 265 juta pengguna di kkawasan Asia Tenggara telah mendapatkan faedah dari jasa berbasis AI lebih pandai dan personal.
Selain itu, perusahaan juga meluncurkan beberapa penemuan krusial lain, termasuk:
- Robolabs LLM
- Agent Copilot
Jika sebelumnya upaya hanya mengandalkan chatbot biasa, sekarang AI dari Qiscus bisa memahami konteks percakapan, memberikan jawaban otomatis nan lebih cerdas, dan membantu pengguna di lebih dari 20 saluran komunikasi seperti WhatsApp, Instagram, dan platform e-commerce lainnya
Apple Gaet Tencent dan ByteDance, Upaya Bawa Fitur AI ke China?
Di sisi lain, Apple dikabarkan tengah menjajaki kerja sama dengan Tencent dan pemilik TikTok, ByteDance, untuk membawa fitur kepintaran buatan (AI) ke pasar pengguna iPhone di China.
Mengutip GSM Arena, Jumat (20/12/2024), saat ini proses negosiasi Apple, ByteDance, dan Tencent tetap dalam tahap awal. Karena itu, hasil pembicaraan ketiga raksasa teknologi tersebut tetap belum dapat dipastikan.
Apple sebelumnya telah meluncurkan giur AI berbasis ChatGPT melalui pembaruan iOS 18. Sayangnya, fitur tersebut tetap belum tersedia untuk pengguna iPhone di China lantaran batas izin dan teknis.
Upaya Apple Menembus Pasar China?
Sebelum mendekati Tencent dan pemilik TikTok tersebut, Apple sempat menjalin pembicaraan mendam dengan Baidu, raksasa teknologi asal China nan mempunyai jasa AI sendiri.
Namun, rencana kerjasama dengan Baidu ini kudu berakhir di tengah jalan dan berhujung tanpa kesepakatan dari kedua perusahaan tersebut.
Tantangan dan Prospek Apple di China
Penyebabnya diduga mengenai perdebatan teknis dan rumor privasi info pengguna iPhone, nan disebut-sebut mungkin digunakan untuk melatih model AI.
Tidak hadirnya seluruh fitur Apple Intelligence di perangkat iPhone untuk pengguna China rupanya berakibat besar terhadap Apple, mengingat Negeri Tirai Bambu tersebut adalah pasar ponsel terbesar di dunia.
Karena absennya fitur AI ini, Apple pun disebut-sebut kalah bersaing dengan merek ponsel lokal nan menawarkan teknologi AI lebih baik dan ramah regulasi.
Kerja sama Apple dengan Tencent dan ByteDance ini berpotensi menjadi solusi bagi perusahaan buatan Steve Jobs itu agar tetap relevan di pasar China.
Tencent sendiri dikenal sebagai perusahaan developer ekosistem aplikasi besar, sementara ByteDance adalah pemilik TikTok, aplikasi dengan pedoman pengguna besar di dunia.
Jika negosiasi ketiga perusahaan ini terwujud, Apple bisa mendapatkan untung besar dengan menghadirkan Apple Intelligence sesuai dengan izin lokal.
Lalu gimana bisa pembicaraan ini gagal? Apple bakal menghadapi tantangan besar mempertahankan panda pasarnya di China.