Prediksi 2025: Pasar Gadget dan Consumer Electronics Kembali Bergairah

Sedang Trending 3 hari yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Dunia gadget dan consumer electronics diprediksi bakal kembali bergairah pada 2025. Hal itu diungkapkan oleh Commercial Director for Tech and Durables NielsenIQ Indonesia Felix Limanjaya.

Menurut Felix, kondisi tersebut lantaran pada semester kedua tahun ini, Indonesia mengalami deflasi. Jadi, permintaan pasar berkurang nan membikin harganya anjlok.

"Tetapi pada akhir 2024, ada tarikan nan membikin produk gadget dan consumer electronics menggeliat lagi," tutur Felix dalam aktivitas Selular Editor's Choice seperti dikutip dari siaran pers nan diterima, Rabu (18/12/2024).

Ia pun mengatakan, banyaknya produk nan industri luncurkan pada 2025 membikin pasar kondisi pasar tetap bagus. Senada dengan Felix, Direktur Marketing Niko Electronic Tjandra Lianto juga menyatakan pasar gadget makin ramai di 2025.

Ia menyatakan, ada tujuh aspek nan membikin pasar gadget dan consumer electronic tumbuh di 2025. Berikut adalah faktor-faktor tersebut

  • Kecerdasan buatan
  • Integrasi realitas virtual dan augmented
  • Desain nan lebih inovatif
  • Konektivitas internet semakin cepat
  • Daya dan baterai nan lebih efisien
  • Keamanan dan privasi nan lebih baik
  • Integrasi dengan ekosistem IoT
  • Pengalaman nan lebih individual dan adaptif

Tjandra menuturkan, kecerdasan buatan saat ini sudah digunakan di semua industri dan bidang. Saat ini, gadget hingga mobil sudah menggunakan AI.

"Dengan masifnya AI bakal membikin gadget maupun consumer electronics bakal semakin menggeliat," tuturnya menjelaskan.

Pengaruh Situasi Geopolitik

Di sisi lain, pengamat teknologi & geopolitik sekaligus Managing Director Bening Communication, Didin Nasirudin mengatakan jika kebijakan pemerintah Indonesia hingga situasi geopolitik bakal memengaruhi pasar gadget dan consumer electronics.

Ia menuturkan, kenaikan PPN 12 persen hingga terpilihnya lagi Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat bakal memengaruhi pasar.

"Trump mengatakan bakal memberikan hukuman kepada negara BRICS nan bertansaksi tanpa menggunakan Dollar Amerika Serikat. Hal ini bakal membikin nilai tukar Dollar bakal naik dan tentu nilai peralatan juga menjadi naik," tuturnya.

Untuk itu, menurut Didin, pemerintah Indonesia kudu berani lebih menekan kebijakan impor dan membikin patokan nan membikin pasar semakin bergairah lagi.

Sebagai informasi, obrolan ini merupakan bagian darn event Selular Editor's Choice 2024. Ini merupakan program akhir tahun nan diadakan oleh Selular Media Network (SMN).

Penerapan AI Makin Masif, Indonesia Perlu Strategi Jitu Kejar Ketertinggalan

Sebelumnya, Selular Business Forum (SBF) kembali menggelar obrolan mengenai kepintaran buatan alias AI. Kali ini, tema nan diusung adalah 'AI: Sekadar Tren alias Sudah Menjadi Kebutuhan?'.

Tema ini dipilih lantaran penerapan kecerdasan buatan atau AI saat ini sudah tidak asing lagi di industri. Banyak perusahaan telah memanfaatkan AI untuk mendorong produktivitas sekaligus efisiensi.

Dengan perkembangan nan masif, AI generatif pun diyakini bakal mendorong transformasi pada beragam industri global. Salah satu pembicara dalam obrolan ini ialah Deputy EVP Digital Technology and Platform Business Telkom Indonesia Ari Kurniawan pun menyoroti perihal tersebut.

Ia menuturkan, tren kapitalisasi pasar global AI generatif ini menarik tingkat modal nan signifikan di semua segmen, dari USD 44 di 2020 menjadi USD 16.300 di 2023. Kondisi ini membikin AI sekarang sudah menjadi kebutuhan bagi banyak industri termasuk di Indonesia.

Penerapan AI di Indonesia

Kendati demikian, dia menuturkan, penerapan AI di Indonesia masih tertinggal, apalagi jika dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Secara keseluruhan, Indonesia berada di posisi keempat dengan indeks 61,03.

Posisi itu membikin Indonesia berada di bawah Singapura (81,97), Malaysia (68,71), dan Thailand (63,03). Karenanya, Ari menuturkan, kudu ada strategi nasional untuk penerapan AI di Indonesia, sehingga bisa mengejar ketertinggalan itu.

"Tentu strategi ini kudu ada sasarannya seperti berinvetasi dalam penelitian dan pengembangan kepintaran buatan; menumbuhkan ekosistem digital untuk kepintaran buatan, serta menciptakan lingkungan kebijakan nan memungkinkan kepintaran buatan," tuturnya seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (10/9/2024).

Tidak hanya itu, strategi lain nan perlu diperhatikan adalah membangun kapabilitas sumber daya manusia dan mempersiapkan diri menghadapi pasar tenaga kerja, transformasi, hingga kerja sama internasional untuk AI yang dapat dipercaya.

Lalu, sasaran kunci di beragam bagian juga bisa menjadi strategi nasional, seperti jasa kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan penelitian, ketahanan pangan, hingga mobilitas serta smart city.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi