Menilik Sejarah Emas: Fluktuatif Hingga Jadi Primadona Investasi Aset

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Di tengah gejolak ekonomi dunia saat ini, emas kembali menjadi primadona bagi para investor. Harganya nan relatif stabil dan condong tahan terhadap inflasi maupun resesi menjadikannya pilihan nan kondusif untuk mengamankan aset dan menjaga nilai kekayaan.

Meski demikian, sejarah mencatat, nilai emas tidak selalu stabil. Harga emas tercatat mengalami perubahan sepanjang sejarah, dipengaruhi oleh beragam aspek seperti inflasi, kebijakan moneter, dan kondisi geopolitik.

Tahun 1970 menjadi awal mula kepopuleran emas sebagai aset berbobot nan membikin masyarakat seluruh dunia, termasuk Indonesia, melirik kesempatan untung dari kepemilikan emas pribadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat sejarahnya, bahwa nilai emas sempat mengalami fluktuasi, maka masyarakat wajib mengetahui perkembangan nilai emas saat ini, terutama bagi mereka nan tertarik menabung emas baik secara bentuk maupun secara digital.

Jejak Perkembangan Harga Emas di Indonesia

Hingga saat ini, emas dikenal sebagai aset berbobot nan nilainya tidak mudah goyah dan terpengaruh oleh kondisi ekonomi global. Tidak dapat dipungkiri, dalam perkembangannya, nilai emas naik turun pada setiap periode waktu.

Dihimpun dari beragam sumber, info tentang investasi emas di Indonesia dimulai pada 1970. Sejak saat itu, pergerakan nilai emas di Indonesia pun mulai dipantau dengan sistematis.

1. Periode 1970

Popularitas investasi emas di Indonesia berasal dari 1970. Kala itu, bumi dilanda krisis minyak dan inflasi nan menjadikan emas primadona lantaran nilainya nan stabil dan tahan banting. Pada era 70-an, nilai emas bumi berada pada nomor US$35 per troy ons.

Setelah Presiden Amerika Serikat Richard Nixon menetapkan kebijakan standar emas terhadap dolar pada 1971, negara-negara adikuasa di bumi pun wajib menggunakan dolar AS pasca perang. Namun, kebijakan ini menjadi polemik lantaran konversi dolar AS dengan emas membikin AS merugi.

Hal itu lantaran setiap konversi dolar menjadi emas menghilangkan sejumlah emas per dolarnya. Pada aktivitas impor, AS mengalami kerugian akibat jumlah peralatan impor nan tak sebanding dengan persediaan emas. Semakin banyak peralatan nan diimpor berkapak pada menurunnya persediaan emas AS.

Sejak saat itulah AS menghapus standar emas terhadap dolar. Sebagai gantinya, bank sentral AS bisa meningkatkan peredaran duit tanpa batas.

2. Periode 1980

Grafik nilai emas pada 1980 mengalami peningkatan nan signifikan. Harga emas tertinggi pada periode inimencapai US$850 per ons.

Kenaikan nan pesat ini diakibatkan oleh meningkatnya permintaan emas batangan nan merupakan reaksi penanammodal terhadap inflasi di AS dan mahalnya nilai minyak bumi akibat andil Uni Soviet di Afganistan nan mengakibatkan bentrok geopolitik.

3. Periode 1990

Kejayaan emas tidak memperkuat lama. Setelah lonjakan nan signifikan, nilai emas menurun dan mencapai titik terendah pada US$254 di periode 1990.

Penurunan nilai pada sejarah nilai emas di Indonesia dan bumi ini disebabkan oleh melimpahnya persediaan emas akibat munculnya teknologi baru di bagian penambangan. Hal tersebut berakibat pada menurunnya biaya penambangan.

Terlebih lagi, nilai emas di era 90-an dipengaruhi oleh inflasi rendah, kebijakan moneter, dan stabilitas geopolitik dunia. Faktor-faktor sosioekonomi tersebut membikin sebagian besar rakyat Eropa mengonversikan saldo tabungan emas mereka.

Uang tunai nan didapatkan dari likuiditas tersebut digunakan untuk membeli aset lain nan lebih berisiko, seperti saham dan properti.

4. Periode Milenium Baru

Memasuki tahun 2000-an alias periode milenium baru, nilai emas kembali menunjukkan tren positif. Di era ini, nilai emas tertinggi tercatat pada Agustus 2000, ialah sebesar US$2.074 per ons.

Hal tersebut disebabkan oleh pasar obligasi nan kaku akibat krisis finansial sehingga emas menjadi pilihan aset nan tepat bagi penanammodal untuk melakukan diversifikasi investasi dengan aman.

Bahkan pada 2008, saat krisis finansial dunia melanda banyak negara, emas menjadi penyelamat para investor. Harganya melonjak hingga US$1.800 per ons lantaran dianggap sebagai aset nan kondusif dan stabil.

5. Periode 2012-2020

Kondisi ekonomi bumi mulai membaik memasuki 2012 dan berakibat positif pada kenaikan nilai ekuitas. Karenanya, banyak penanammodal nan kembali membeli saham dan mulai meninggalkan emas.

Hal tersebut membikin nilai emas di pasar mengalami penurunan hingga 40%. Harga emas pada 2008 nan semula US$1.800 per ons turun drastis menjadi US$1.050.

Namun, penurunan nilai emas tersebut tidak berjalan lama. pada 2013 hingga 2020, nilai emas condong stabil dan berada pada kisaran US$1.100 hingga US$1.400 per ons.

6. Periode Pandemi Covid19-Sekarang

Harga emas kembali bangkit di pada 2021 saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Pada periode 2021 ini nilai emas meningkat drastis menjadi US$1.985 per ons.

Ketidakpastian ekonomi akibat keterbatasan aktivitas membikin penanammodal kembali kepada emas sebagai aset kondusif terhadap ancaman inflasi maupun resesi. Akan tetapi, nilai emas kembali stabil seiring pulihnya kondisi perekonomian dunia pasca pandemi dari 2023 hingga sekarang.

Melihat perjalanan sejarahnya, secara umum perkembangan nilai emas dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh tingkat inflasi, kebijakan moneter bank sentral, dan permintaan emas. Namun sebagai instrumen investasi, emas tetap tetap bisa diandalkan saat kondisi ekonomi bumi tengah tidak stabil.

Sebab, bisa digarisbawahi bahwa investasi emas sering kali menjadi penyelamat penanammodal ketika nilai ekuitas turun. Dengan menyimpan emas sebagai aset berharga, keamanan finansial di saat situasi tak menentu pun dapat terjaga.

(ory/ory)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com