Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump mengancam bakal menerapkan tarif impor 100 persen selama pemerintahannya untuk negara-negara BRICS jika mereka tetap beriktikad membikin mata duit sendiri.
"Gagasan bahwa negara-negara BRICS mencoba menjauh dari dolar sementara kita hanya tak bersuara dan memandang sudah berakhir," kata Trump di media sosialnya, Truth Social, seperti diberitakan CNN pada Sabtu (30/11) waktu AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita bakal meminta komitmen dari negara-negara tersebut bahwa mereka tidak bakal membikin mata duit BRICS baru alias mata duit mana pun untuk menggantikan dolar nan perkasa, atau, mereka bakal menghadapi tarif 100 persen dan kudu mengucapkan selamat tinggal ke menjual di ekonomi AS," katanya.
BRICS didirikan oleh Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan pada 2011 sebagai blok baru ekonomi dan perdagangan lintas negara. Pada awal 2024, Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir resmi bergabung.
Selain itu, menurut Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor pada Februari 2024, ada 34 negara sudah menyampaikan minat untuk berasosiasi dengan blok ekonomi tersebut.
Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva mengusulkan pada 2023, agar golongan BRICS menciptakan mata duit sendiri di luar dolar Amerika Serikat guna mengurangi ketergantungan pada mata duit tersebut.
[Gambas:Video CNN]
CNN menyebut jika personil BRICS jadi menggunakan mata duit sendiri, perihal tersebut bakal bisa membikin negara anggotanya seperti Rusia, China, alias Iran, untuk menghindari hukuman dari negara-negara Barat.
Meski begitu, CNN meyakini bahwa kesempatan mata duit baru nan tercipta dari golongan ini terbilang mini lantaran ada perbedaan ekonomi dan geopolitik di antara anggotanya.
Ancaman Donald Trump ini datang setelah dirinya berencana untuk menerapkan tarif tambahan sebesar 10 persen pada peralatan impor dari China dan 25 persen pada seluruh produk dari Meksiko dan Kanada.
Langkah tersebut bakal mempengaruhi hubungan AS dengan negara-negara mitra jual beli terbesarnya, terutama di Asia, nan berpotensi menimbulkan pengaruh berantai pada perekonomian mereka.
Kendati potensi dampaknya belum terjamin, tarif nan merupakan pajak atas barang-barang impor ini kemungkinan bakal merugikan negara-negara di Asia nan berjuntai pada penjualan ke AS untuk meningkatkan perekonomian mereka.
(Tim/end)