Starlink Masuk Indonesia, Operator Seluler dan Layanan Internet Satelit Lokal Terancam?

Sedang Trending 7 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk baru saja meresmikan jasa internet satelit miliknya, Starlink, di Indonesia--tepatnya di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Kota Denpasar, Bali.

Hadirnya jasa internet baru ini memberikan sejumlah pertanyaan, apakah Starlink berpotensi mengusik jasa operator seluler, fiber optic, dan internet satelit nan lebih dulu melenggang di Indonesia?

Kehadiran Starlink mendapatkan perhatian unik dari Doni Ismanto Darwin, Pengamat Telekomunikasi dari Indotelko Forum. Ia beranggapan bahwa jasa internet milik Elon Musk ini bisa menjadi pilihan bagi masyarakat.

"Hadirnya Starlink bisa menjadi pilihan baru bagi pengguna nan mau mempunyai jasa internet sesuai kebutuhan mereka, lantaran internet Starlink menggunakan satelit LEO (Low Earth Orbit) nan mempunyai kelebihan dari jasa lain nan menggunakan satelit GEO (Geostasioner Earth Orbit), " ujar Doni.

Menurut Doni, jasa Starlink bakal cocok untuk wilayah dengan jangkauan internet nan terbatas, serta wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

"Penggunaan Starlink bakal cocok jika perangkat ini digunakan di wilayah nan tetap belum tersentuh jasa internet seluler dan fiber optic", katanya.

Pun demikian, dia tak menampik bahwa munculnya Starlink bakal memberikan akibat bagi pemain lama jasa internet satelit nan lebih dulu datang di Indonesia.

"Tentu akibat munculnya Starlink bakal dirasakan bagi operator satelit Pasifik Satelit Nusantara (PSN), lantaran keduanya mempunyai pangsa pasar nan kurang lebih sama," imbuhnya.

Ia juga menyoroti peluncuran Starlink di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Kota Denpasar, Bali. Menurutnya, Starlink tidak bakal mengambil pangsa pasar dari jasa internet satelit Satria-1, nan telah memberikan jasa bagi perangkat pemerintah nan berada di wilayah 3T.

"Keberadaan Starlink belum bisa mengusik Satria-1 nan menjadi jasa internet bagi perangkat pemerintah di wilayah nan tidak mempunyai akses internet," ujarnya.

"Sebagai contoh, Kemenkes telah mempunyai sekitar 10 ribu Puskesmas nan tersebar di seluruh Indonesia, dan 80 persen Puskesmas itu telah mempunyai jasa internet satelit dari Satria-1," tambahnya.

Meski begitu, jasa Starlink juga diperlukan untuk memberikan jasa internet bagi lembaga pemerintah nan tetap belum tersetuh jasa internet Satria-1.

"Starlink bisa menjadi complementary untuk Puskesmas alias perangkat pemerintah lain nan tetap belum tersentuh internet," pungkasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar AA Ayu Agung Candrawati ungkap pemasangan Starlink di puskesmas pendamping 1 Sumerta Kelod, Denpasar telah meningkatkan keahlian pihak puskesmas dalam pelayanan info ke pusat maupun kepada masyarakat.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Starlink Berpotensi jadi Pesaing Serius

Meski baru muncul di Indonesia, Doni memperhatikan bahwa Starlink bisa menjadi ancaman serius bagi pelaku industri telekomunikasi di Indonesia.

"Untuk saat ini, Starlink tetap belum menjadi pesaing serius bagi pemain besar industri telekomunikasi Indonesia," ucap Doni.

"Namun perlu diingat, jika Starlink dibiarkan saja tanpa diberikan izin dari pemerintah, maka dia bisa menjadi pemain besar mengalahkan operator seluler dan fiber optic di Indonesia saat ini," imbuhnya.

Ia menyoroti perkembangan Starlink nan sangat besar di luar negeri. Bahkan, Elon Musk telah mengujicoba jasa internet Starlink langsung ke ponsel pandai (smartphone) tanpa memerlukan parabola.

"Starlink berpotensi menjadi pemain besar di Indonesia, jika teknologi jasa satelit Direct-to-Cell  nan memungkinkan smartphone bisa terhubung ke jaringan Starlink tanpa memerlukan parabola khusus," ujarnya.

Tak hanya itu, Doni juga memandang kemungkinan penyedia jasa internet mini bisa menjadi mangsa dari Starlink. Oleh karenanya, dia menyarankan agar Starlink bekerjasama dengan provider internet di wilayah terpencil agar jasa Starlink bisa diakses oleh lebih banyak pengguna, sekaligus menjalin sinergi dengan perusahaan tersebut.

"Sebaiknya, Starlink bekerja sama dengan provider mini agar jasa dari Starlink bisa lebih banyak tersentuh pengguna nan belum mempunyai akses internet," ujar Doni.

Selain itu, Doni juga menyarankan agar pemerintah memenuhi janji Starlink untuk membangun prasarana jaringan internet di Indonesia secara serius.

"Jika Starlink betul-betul serius membantu jaringan internet Indonesia, mereka perlu membangun Gateway di Indonesia. Tak hanya itu, janji Starlink untuk membangun prasarana di Indonesia perlu direalisasikan secepatnya, agar masyarakat percaya bahwa Starlink serius di Indonesia," ujarnya.

Starlink Rentan Disalahgunakan

Meski menawarkan internet nan sangat sigap di wilayah terpencil sekalipun, Doni Ismanto Darwin menyoroti potensi penyalahgunaan perangkat ini untuk tindak separatis, terutama di wilayah bentrok di Indonesia.

"Saya lebih concern jika jasa Starlink digunakan oleh golongan separatis, misal OPM untuk menyebarkan propaganda ataupun aktivitas lain nan menakut-nakuti kedaulatan negara," tuturnya.

"Hal tersebut bisa menjadi persoalan besar jika pemerintah tak mengawasi penyebaran Starlink di Indonesia," dia menambahkan.

Untuk menghindari penyalahgunaan tersebut, Doni beranggapan bahwa penjualan dan penyebaran Starlink perlu diawasi agar jasa internet ini tidak disalahgunakan oleh pihak nan tak bertanggungjawab.

"Maka dari itu, pemerintah berbareng Kominfo perlu mengawasi penjualan dan penyebaran Starlink, sehingga jaringan internet satelit ini tak disalahgunakan untuk aktivitas separatis," ujar Doni.

Starlink dan Masyarakat nan FOMO

Ketika ditanya mengenai masyarakat nan mengeluhkan kecepatan internet Starlink nan terlalu antusias untuk mencoba jasa internet ini di perkotaan, Doni menjawab pertanyaan dengan santuy dan menganggap ini merupakan perihal wajar.

"Wajar saja jika mereka mencoba sesuatu nan baru namalain Fear Of Missing Out (FOMO) alias ketakutan kehilangan momen. Masyarakat perlu mengetahui bahwa semakin tinggi pengguna alias bandwidth, maka latensi jaringan bakal semakin tinggi, sehingga kian banyak nan mengeluhkan kecepatan internet Starlink nan tak sesuai harapan," dia menguraikan.

Ia juga menyoroti perilaku masyarakat Indonesia nan terlalu mau mencoba sesuatu nan baru, namun protes saat perihal nan diinginkan tak sesuai harapan.

"Orang Indonesia ini lucu, mereka lebih memilih jasa internet Starlink nan nilai perangkat dan biaya langganan per bulan nan jauh lebih mahal daripada jasa internet nan ada saat ini, di mana nilai per bulannya jauh lebih murah dan menawarkan hubungan lebih stabil," ucap Doni.

Melihat makin banyak masyarakat nan mau mencoba Starlink, Doni mengingatkan bahwa jaringan internet paling stabil saat ini adalah hubungan melalui kabel (fiber optic).

"Bagaimana pun, hubungan internet nan paling stabil saat ini adalah menggunakan jaringan kabel (fiber optic)," imbuhnya.

"Penggunaan Starlink bakal lebih terasa jika dipasang di wilayah nan belum tersentuh akses internet, seperti pertambangan, pantai, laut lepas, dan lokasi wisata terpencil," Doni memungkaskan.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi