Liputan6.com, Jakarta - Presiden Iran Ebrahim Raisi dikonfirmasi meninggal bumi dalam kecelakaan helikopter nan terjadi pada Minggu 19 Mei 2024.
Menurut instansi buletin Iran, IRNA, helikopter nan membawa Presiden Raisi dan rombongannya disebutkan telah jatuh di wilayah Varzaqan, Provinsi Azarbaijan Timur, kemarin.
Selain Presiden Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, Gubernur Provinsi Azarbaijan Timur Malek Rahmati, Kepala Tim Pengawal Raisi Mehdi Mousavi, dan perwakilan pemimpin tertinggi Provinsi Azarbaijan Timur Mohammad Ali Al-e-Hashem dilaporkan berada dalam helikopter nan sama.
Konfirmasi tewasnya presiden ke-8 Iran ini pun diberitakan oleh beragam media hingga menjadi ramai di media sosial, termasuk X namalain Twitter.
Respon warganet atas Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal bumi lantaran kecelakaan helikopter pun beragam.
Namun kebanyakan dari warganet justru membahas teori persekongkolan nan menyebut jika kecelakaan helikopter tersebut lantaran sabotase dari Israel.
Apalagi, beberapa waktu lalu, Iran melancarkan serangan terhadap Israel. Serangan tersebut merupakan respon namalain serangan jawaban atas penyerangan konsulat jenderal Iran di Damaskus oleh Israel.
Helikopter nan ditumpangi Presiden Iran Ebrahim Raisi telah ditemukan oleh tim penyelamat. Saat ditemukan, helicopter sudah hancur terbakar, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda korban selamat.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Respon Warganet Sebut Bukan Kecelakaan Biasa
Bahkan, dalam respon di linimasa X seorang warganet menyebutkan, "Hanya orang tolol dan pendukung Amerika dan Israel nan bilang jika ini kecelakaan biasa."
"Helikopter Presiden Iran terhempas ini mesti kerja Zionis," tulis seorang warganet lainnya.
"Ada nan mau bikin teori persekongkolan tentang Presiden Iran nan tiba-tiba meninggal," tulis seorang netizen.
Warganet lainnya juga mempertanyakan perihal nan sama, bahwa kecelakaan helikopter nan menyebabkan tewasnya Presiden Ebrahim Raisi bukanlah kecelakaan.
"Ini murni kecelakaan apa ada indikasi pembunuhan berencana, taulah ya presiden Iran tu bagaimana," kata seorang netizen.
"Presiden Iran meninggal, Raja Saudi jangkitan paru-paru dan bersiap diganti MBS. Serem..serem, jago memang Mossad," kata seorang warganet lainnya.
"Presiden Iran nan meninggal, saya nan takot," tulis netizen lainnya.
"Presiden Iran meninggal di kecelakaan pesawat kak, terus kalo liat record-nya sih kemarin kan abis ngirim peledak ke Israel yak," kata netizen lainnya.
Meninggal Dunia di Usia 63 Tahun
Mengutip dari laman AFP, Raisi diketahui berpulang pada usia 63 tahun setelah kecelakaan itu terjadi saat Timur Tengah tetap bergolak akibat perang Israel-Palestina. Ebrahim Raisi di bawah Pemimpin Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran, Ayatollah Ali Khamenei melancarkan serangan drone dan rudal nan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada April 2024.
Ketika di bawah kepemimpinan Raisi, Iran memperkaya uranium hingga bisa dijadikan senjata, nan semakin meningkatkan ketegangan dengan Barat. Hal ini juga membikin Teheran bisa memasok drone pembawa peledak ke Rusia untuk perangnya di Ukraina dan golongan milisi bersenjata di seluruh wilayah.
Mengenai profil Ebrahim Raisi, mengutip dari laman Britannica, Senin (20/5/2024), laki-laki tersebut lahir 14 Desember 1960, di Masyhad, Iran. Ia dikenal sebagai ulama, jaksa, dan politikus Iran nan menjabat sebagai kepala peradilan Iran sejak 2019--2021 dan kemudian sebagai presiden Iran pada 2021–2024.
Raisi dibesarkan di kota Masyhad, sebuah pusat keagamaan krusial bagi Dua Belas Syiah sebagai tempat pemakaman pemimpin kedelapan ʿAlī al-Riḍā. Raisi lahir pada masa dimulainya reformasi pertanahan pada 1960–1963 dan program pembangunan Revolusi Putih (1963–1979), ketika Iran sedang mengalami perubahan besar dalam pengedaran kekuasaan dan kekayaannya.
Ia Dibesarkan di Keluarga Ulama
Meskipun negara ini mengalami modernisasi dan urbanisasi nan pesat, golongan ustadz termasuk di antara golongan nan paling kehilangan haknya akibat reformasi nan dilakukan Shah. Hal ini terutama terjadi di Masyhad, di mana lembaga ustadz mempunyai kepemilikan properti nan luas dan pengaruh nan sangat besar terhadap perekonomian lokal.
Dibesarkan dalam family ulama, Raisi mengenyam pendidikan agama. Pada 1975, dia mengikuti pendidikan di Qom, pusat intelektual terkemuka Islam Syiah dan belajar di bawah pengarahan beberapa ustadz paling terkemuka di Iran.
Pada saat rakyat Iran merasa tidak puas dengan rezim Mohammad Reza Shah Pahlavi, banyak pesantren di Qom nan mengikuti cita-cita revolusioner Ruhollah Khomeini. Penafsirannya mengenai velāyat-e faqīh (perwalian para mahir hukum) berupaya untuk menjamin hak-hak ulama, serta pengawasan terhadap kebijakan dan manajemen pemerintah.
Raisi konon merupakan partisipan aktif dalam peristiwa pada 1978--1979. Organisasi itu mendorong Shah ke pengasingan dan membangun sistem pemerintahan berasas visi Khomeini.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.