Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan kreator software mata-mata Pegasus, NSO Group, bertanggung jawab atas peretasan terhadap 1.400 pengguna WhatsApp. Perusahaan asal Israel ini pun digugat oleh Meta, induk WhatsApp.
Mengutip The Verge, Senin (23/12/2024), gugatan WA ini sebenarnya diajukan sejak 2019. Hasil investigasinya mendapati bahwa Pegasus telah dipakai untuk meretas smartphone milik sejumlah orang, mulai dari aktivis, jurnalis, hingga pegawai pemerintah.
NSO Group pun dinyatakan bertanggung jawab atas tudingan pelanggaran Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan komputer, pelanggaran Undang-Undang Akses Data Komputer (aturan California), Penipuan, dan pekanggaran kontrak.
Kini, sidang dilanjutkan hanya pada masalah tukar rugi. Sementara, NSO Group beranggapan mereka tidak bersalah dan tak kudu bertanggung jawab atas perihal ini.
Pasalnya, menurut NSO Group, Pegasus dioperasikan oleh pengguna nan menyelidiki kasus kejahatan dan kasus keamanan nasional. Kendati begitu, pengadil menolak argumen tersebut lantaran dianggap bisa menjadi preseden bagi perusahaan lain nan bergerak dalam upaya nan sama.
Ponsel bos Amazon Jeff Bezos diretas diduga melalui video berisi spyware nan dikirim ke WhatsApp.
WhatsApp Menanti Hingga 5 Tahun
"Keputusan ini merupakan kemenangan besar bagi privasi," kata Pimpinan WA Will Cathcart dalam unggahan di Threads.
Ia bercerita, pihak WhatsApp menghabiskan waktu lima tahun untuk menyampaikan kasus ini.
"Karena kami sangat percaya bahwa perusahaan spyware tidak bisa berlindung di kembali kekebalan norma alias menghindari pertanggungjawaban atas tindakan mereka nan melanggar hukum," katanya.
Menurutnya, perusahaan pengawas perlu diberi tahu bahwa mata-mata terlarangan tidak boleh ditoleransi begitu saja.
Sementara itu, NSO Group tidak segera membalas permintaan komentar atas perihal ini.
Pegasus juga Retas iPhone
Sebelumnya, para peneliti di golongan pengawas digital Citizen Lab mengatakan, mereka menemukan spyware yang terhubung dengan perusahaan Israel NSO--perusahaan kepintaran siber Israel, nan mengeksploitasi bug di perangkat Apple.
Mengutip Reuters, Selasa (12/9/2023), Citizen Lab menemukan bug pada perangkat Apple milik seorang tenaga kerja golongan masyarakat sipil telah dieksploitasi spyware Pegasus milik NSO.
"Kami mengaitkan pemanfaatan tersebut dengan spyware Pegasus milik NSO Group dengan kepercayaan tinggi, dan didasari penemuan forensik dari perangkat target," kata Bill Marczak, peneliti senior di Citizen Lab, nan berbasis di University of Toronto's Munk School of Global Affairs and Public Policy.
Menurut Citizen Lab, mereka dapat menemukan spyware Pegasus ini lantaran penyerang melakukan kesalahan instalasi.
Mereka juga mengatakan, Apple telah mengkonfirmasi jika penggunaan fitur keamanan tinggi "Lockdown Mode" nan tersedia di perangkat mereka dapat memblokir serangan ini.
"Hal ini menunjukkan masyarakat sipil sekali lagi berkedudukan sebagai sistem peringatan awal tentang serangan nan sangat canggih," kata John Scott-Railton, peneliti senior di Citizen Lab.
Masuk ke Daftar Hitam AS
Perlu diketahui, bug itu disebut bisa menembus iPhone yang menjalankan jenis terbaru iOS 16.6 tanpa hubungan apa pun dari korban. Namun, masalah bug ini dapat diatasi dengan melakukan pembaruan ke jenis iOS 16.6.1.
Apple mengeluarkan update tersebut setelah melakukan penyelidikan. Juru bicara perusahaan menuturkan, tidak mempunyai komentar lebih lanjut, dan Citizen Lab mendesak konsumen untuk memperbarui perangkat mereka.
NSO mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Kami tidak dapat menanggapi tuduhan apa pun nan tidak menyertakan penelitian nan mendukung."
Perusahaan Israel tersebut telah dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh pemerintah AS sejak 2021 atas dugaan pelanggaran, termasuk pengawasan terhadap pejabat pemerintah dan jurnalis.