CNN Indonesia
Senin, 29 Apr 2024 09:50 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak merosot di awal perdagangan Asia pada Senin (29/4) pagi. Pelemahan terjadi menyusul perundingan perdamaian Israel-Hamas di Kairo meredakan kekhawatiran bakal bentrok nan lebih luas di Timur Tengah dan info inflasi AS semakin meredupkan prospek penurunan suku kembang dalam waktu dekat.
Dilansir Reuters, nilai minyak mentah berjangka Brent turun US$1, alias 1,1 persen menjadi US$88,50 per barel sebelum naik kembali ke US$88,55 pada 01.49 GMT.
Senada, nilai minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) merosot 84 sen, alias 1 persen, menjadi US$83,01 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis pasar IG Tony Sycamore menilai peningkatan upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas meredakan ketegangan geopolitik dan berkontribusi pada lemahnya nilai pembukaan minyak awal pekan ini.
Delegasi Hamas bakal mengunjungi Kairo pada awal pekan ini untuk melakukan pembicaraan damai, kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters.
Menteri luar negeri Israel mengatakan pada Sabtu lampau bahwa rencana serangan ke Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina berlindung, dapat ditunda jika terjadi kesepakatan nan melibatkan pembebasan sandera Israel.
Juru bicara Gedung Putih mengatakan Israel setuju untuk mendengarkan kekhawatiran AS mengenai akibat kemanusiaan dari potensi invasi tersebut.
Pasar juga mewaspadai tinjauan kebijakan Federal Reserve AS pada 1 Mei mendatang.
"Yang juga berkedudukan adalah kegelisahan menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal minggu ini nan diperkirakan bakal berjalan dengan nada nan lebih hawkish," kata Sycamore.
Selain itu, inflasi AS naik 2,7 persen dalam 12 bulan hingga Maret alias di atas sasaran The Fed sebesar 2 perse.
"Inflasi AS nan tinggi memicu kekhawatiran bakal suku kembang nan 'lebih tinggi untuk jangka waktu nan lebih lama'" ujar analis pasar independen Tina Teng.
Prospek suku kembang nan lebih tinggi bakal membikin dolar menguat untuk jangka waktu nan lebih lama. Penguatan dolar bakal mendorong minyak lebih mahal bagi mereka nan memegang mata duit lainnya.
Hal nan semakin membebani prospek permintaan minyak adalah pertumbuhan untung industri Tiongkok nan melambat pada Maret.
Berdasarkan info resmi nan ditunjukkan pada Sabtu lalu, nan merupakan tanda terbaru lemahnya permintaan domestik di negara dengan perekonomian terbesar kedua di bumi tersebut.
Namun, Teng menilai nilai minyak bisa kembali naik jika info inventaris AS dan indeks PMI Tiongkok menunjukkan perbaikan minggu ini.
[Gambas:Video CNN]
(sfr/sfr)