Liputan6.com, Jakarta - Huawei berencana merilis sistem operasi buatan mereka sendiri nan dikabarkan bakal rilis pada September 2024. Dengan kehadiran sistem operasi ini, Huawei nantinya tak bakal tergantung lagi pada Android.
Sebelumnya, Huawei memang telah merilis HarmonyOS pada Juni 2021. Kehadiran sistem operasi ini merupakan jawaban dilarangnya produk Huawei menggunakan jasa Google Mobile Services (GMS), akibat hukuman perdagangan dari pemerintah AS.
Kendati demikian, HarmonyOS tetap menggunakan Android Open Source Project (AOSP) agar dapat melangkah di smartphone dan tablet Huawei. Sebagai contoh, Huawei menggunakan sistem HarmonyOS berbasis Android 12 di perangkat terbarunya.
Kini, perusahaan asal Tiongkok tersebut bakal merilis HarmonyOS NEXT, sebuah sistem operasi baru nan melangkah tanpa support Android sama sekali.
Kehadiran HarmonyOS NEXT ini berupaya mengatasi ketergantungan Huawei terhadap produk AS. Apalagi, perusahaan tidak punya banyak pilihan mengingat semua hukuman nan diberikan negara Paman Sam itu.
Menurut laporan leaker di Weibo, sebagaimana dikutip dari Android Headlines, Sabtu (25/5/2024), sistem operasi baru ini bakal dirilis di Tiongkok terlebih dulu. Pun demikian, tak menutup kemungkinan jika OS ini bakal diperkenalkan secara global.
HarmonyOS NEXT bakal diperkenalkan berbarengan dengan peluncuran Huawei Mate 70, nan mana ponsel tersebut juga bakal rilis bulan September 2024.
Agar OS baru itu diminati banyak orang, Huawei telah berkolaborasi dengan banyak pengenbang untuk membikin aplikasi di ekosistem tersebut. Huawei menyebut, sekitar 4.000 aplikasi telah tersedia di HarmonyOS NEXT, dan jumah tersebut bakal terus bertambah.
Laporan Android Headlines mencatat, bakal ada sekitar 5.000 aplikasi bakal tersedia di HaromnyOS NEXT di akhir tahun 2024, dan Huawei berencana menghadirkan 500 ribu aplikasi di OS itu.
Huawei mengumumkan bakal dirilisnya OS Harmony pada perangkat smartphone. Peluncuran smartphone dengan OS Hamrony diperkirakan bakal dilakukan di 2021.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Huawei Diam-Diam Danai Penelitian di Amerika! Padahal Masuk Daftar Hitam AS
Di sisi lain, Huawei diam-diam mendanai penelitian di Amerika Serikat (AS) meski masuk daftar hitam negara tersebut.
Penelitian nan didanai Huawei itu dilakukan di sejumlah universitas, termasuk Harvard. Demikian menurut laporan Bloomberg, sebagaimana dikutip dari Engadget, Kamis (3/5/2024).
Dana tersebut disalurkan melalui yayasan penelitian independen nan berbasis di Washington, berbarengan dengan kejuaraan untuk para ilmuwan.
Bloomberg menemukan Huawei adalah satu-satunya penyandang biaya kejuaraan penelitian nan telah menghasilkan jutaan dolar sejak tahun 2022 dan menarik ratusan proposal dari para ilmuwan.
Beberapa dari intelektual berasal dari universitas ternama di AS nan telah melarang peneliti bekerja dengan raksasa asal Tiongkok itu.
Menurut Kevin Wolf, mitra di firma norma Akin nan berfokus pada upaya dan berspesialisasi dalam pengendalian ekspor, pendanaan itu berpotensi menghasilkan penemuan nan memberi Tiongkok kelebihan dalam perihal perjanjian pertahanan dan kepentingan komersial.
Optica, fondasi di kembali semua ini, telah memposting secara online bahwa mereka tertarik pada “sensor dan detektor optik sensitivitas tinggi,” di antara kategori penelitian lainnya
Apakah Ilegal?
Perlu dicatat operasi penyaluran duit ini tampaknya tidak ilegal, lantaran penelitian nan dimaksudkan untuk dipublikasikan tidak termasuk dalam lingkup pelarangan.
Huawei menyelenggarakan kejuaraan serupa di negara lain, meski secara terbuka. Orang-orang nan berperan-serta dalam kejuaraan penelitian nan berbasis di AS apalagi tidak mengetahui bahwa Huawei terlibat, dan percaya bahwa biaya tersebut berasal dari Optica.
Kompetisi ini memberikan bingkisan sebesar USD 1 juta per tahun dan Optica tidak memberikan indikasi apa pun bahwa Huawei menyediakan duit tunai.
Seorang ahli bicara Huawei mengatakan kepada Bloomberg bahwa perusahaan dan Optica Foundation menciptakan kejuaraan untuk mendukung penelitian dunia dan mempromosikan komunikasi akademis.
Kompetisi penelitian tersebut sengaja tetap anonim agar tidak dianggap sebagai semacam promosi.
CEO Optica, Liz Rogan, mengatakan banyak donor yayasan lebih memilih untuk tidak disebutkan namanya dan tak ada nan asing dengan praktik ini.
"Semua majelis dewan mengetahui keterlibatan Huawei dan semua orang menyetujuinya," ungkap Rogan.
Bloomberg mencatat kejuaraan nan didukung Huawei adalah satu-satunya kejuaraan di situs Optica nan tidak mencantumkan sponsor finansial perseorangan dan perusahaan.
Padahal Huawei Masuk Daftar Hitam AS
Huawei masuk daftar hitam AS sejak 2019 ketika Presiden Donald Trump menandatangani perintah pelaksana nan melarang penjualan dan penggunaan peralatan telekomunikasi nan menimbulkan akibat terhadap keamanan nasional.
Saat itu, Trump mengatakan bahwa 'musuh asing' mengeksploitasi celah keamanan nan pada akhirnya bakal menimbulkan akibat jelek (berpotensi menimbulkan bencana).
Huawei pun dituduh telah memasang backdoor di jaringan untuk tujuan pencurian data, meskipun tidak ada bukti pencurian nan sebenarnya dan perusahaan membantah tuduhan tersebut.
Huawei juga dituding mempekerjakan mata-mata untuk mempengaruhi penyelidikan dan dokumen-dokumen nan tampaknya menunjukkan keterlibatan Huawei dalam upaya pengawasan Tiongkok.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.