7 Keluarga Ini Gugat TikTok Gagal Hapus Konten Berbahaya, Diduga Jadi Pemicu Bunuh Diri!

Sedang Trending 2 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Tujuh family di Prancis mengusulkan gugatan terhadap raksasa media sosial TikTok. Mereka menuduh platform tersebut mengekspos anak-anak remaja ke konten berbahaya.

Dikutip dari Reuters, Selasa (5/11/2024), konten tersebut dianggap menyebabkan dua dari mereka bunuh diri pada usia 15 tahun.

"Gugatan tersebut menuduh algoritme TikTok mengekspos tujuh remaja ke video nan mempromosikan bunuh diri, melukai diri sendiri, dan gangguan makan," kata pengacara Laure Boutron-Marmion.

Keluarga tersebut mengambil tindakan norma berbareng di pengadilan Créteil. Boutron-Marmion mengatakan itu adalah kasus golongan pertama di Eropa.

"Orangtua mau tanggung jawab norma TikTok diakui di pengadilan. Ini adalah perusahaan komersial nan menawarkan produk kepada konsumen nan juga tetap di bawah umur. Oleh lantaran itu, mereka kudu bertanggung jawab atas kekurangan produk tersebut," Laure menegaskan.

TikTok sendiri belum memberikan tanggapan resmi mengenai tuduhan ini. Perusahaan sebelumnya menanggapi masalah nan mengenai dengan kesehatan mental anak-anak secara serius.

CEO Shou Zi Chew tahun ini mengatakan kepada personil parlemen AS bahwa perusahaan telah berinvestasi dalam beragam langkah untuk melindungi kaum muda nan menggunakan aplikasi tersebut.

TikTok, seperti platform media sosial lainnya, kerap menghadapi tuntutan norma atas pengawasan konten di aplikasinya.

Seperti halnya FB dan IG milik Meta, mereka menghadapi ratusan tuntutan norma di AS nan menuduh aplikasi TikTok telah memikat dan membikin jutaan anak kecanduan platform mereka, nan merusak kesehatan mental.

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua persoalan hidup nan seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, alias family nan Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi master kesehatan jiwa di akomodasi kesehatan (Puskesmas alias Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 nan melayani beragam pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) [email protected].

Apple Desak TikTok Naikkan Rekomendasi Usia dari 12 ke 17 Tahun ke Atas, Terungkap Fakta Mengejutkan!

TikTok juga tengah menghadapi tuntutan dari 14 negara bagian Amerika Serikat (AS) dengan tuduhan bisa merusak kesehatan mental pengguna muda.

Namun, mereka bukan satu-satunya nan berpikir demikian. Apple juga mendesak TikTok untuk menaikkan rekomendasi usia dari 12 tahun ke atas menjadi 17 tahun ke atas.

Menurut laporan The Washington Post, dikutip dari Engadget, Jumat (1/11/2024), komentar dari Apple muncul dalam gugatan Carolina Selatan terhadap TikTok dan semestinya disunting, tetapi komentar tersebut tidak sengaja dipublikasikan.

Pada 2022, Apple meminta tim untuk meninjau ranking usia TikTok dan menemukan platform tersebut mempunyai konten dewasa alias sugestif nan sering alias intens.

Apple menambahkan, "Kami minta Anda bakal mempertimbangkan untuk membikin perubahan nan diperlukan untuk mengikuti Pedoman Peninjauan App Store dan bakal mengirimkannya kembali."

Dalam laporannya, The Washington Post tidak mengetahui semua perincian tentang apa nan diminta Apple lantaran hanya beberapa konten nan disunting nan dipublikasikan.

Namun, ada banyak bukti dalam arsip nan tidak disunting tentang TikTok yang tidak sesuai dengan usia.

Faktanya, orang luar dan tenaga kerja TikTok sendiri mempermasalahkan apa nan dilakukan perusahaan untuk mengurangi konten seperti kata-kata kasar dan gangguan makan.

Pertama ditemukan dalam satu dari setiap 50 peringatan pop-up yang diterima anak di bawah umur di AS dan Inggris dalam waktu satu bulan.

Kelompok advokasi Accountable Tech menemukan info soal aplikasi TikTok yang tidak sengaja dipublikasikan dan membagikannya dengan The Washington Post.

Bantahan TikTok

Bagian pengaduan South Carolina nan tidak sengaja dipublikasikan lebih lanjut menyatakan TikTok berupaya untuk "memanfaatkan niat baik dalam upaya lobi" dengan menyumbang ke organisasi seperti asosiasi orangtua-guru.

Perusahaan juga mensponsori aktivitas untuk politisi, seperti aktivitas untuk yayasan Perwakilan Demokrat South Carolina James E. Clyburn, mantan ketua kebanyakan DPR.

Sebagai catatan, Clyburn berasosiasi dengan minoritas dalam pemungutan bunyi menentang penjualan alias pelarangan TikTok di AS.

TikTok tidak begitu senang dengan info nan dipublikasikan tersebut (kini kembali menjadi catatan hitam).

Juru bicara TikTok Alex Haurek menyebut publikasi info nan disunting itu tidak bertanggung jawab, menyatakan "banyak dari masalah ini telah ditangani" dan menyatakan bahwa perusahaan "selalu menegakkan kebijakan ketat terhadap ketelanjangan, konten definitif seksual, dan ajakan."

Kebocoran Dokumen Pengadilan

Carolina Selatan bukan satu-satunya negara bagian nan gugatannya mempunyai kesalahan penyuntingan nan terungkap.

Dokumen Kentucky nan tidak sengaja dipublikasikan mengungkapkan bahwa TikTok dilaporkan menemukan "penggunaan kompulsif berkorelasi dengan serangkaian pengaruh kesehatan mental negatif."

Antara lain seperti hilangnya keahlian analitis, pembentukan memori, pemikiran kontekstual, kedalaman percakapan, empati, dan peningkatan kecemasan.

TikTok juga dilaporkan mengetahui perangkat pemisah waktunya tidak bakal efektif untuk anak di bawah umur (penggunaan harian rata-rata berkurang satu separuh menit setelah penerapan).

Lalu ada arsip lain nan diduga mengatakan "di sebagian besar metrik keterlibatan, semakin muda pengguna, kian baik kinerjanya."

Infografis AS Desak Pemilik TikTok Lepas Saham dan Ancam Larangan Total. (Liputan6.com/Trieyasni)

Roket SpaceX Falcon Heavy dengan pesawat antariksa Europa Clipper di dalamnya meluncur dari Kompleks Peluncuran 39A di Pusat Antariksa Kennedy NASA di Cape Canaveral pada 14 Oktober 2024. (CHANDAN KHANNA/AFP)
Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi