Liputan6.com, Oberkochen - Vivo saat ini melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan optik terbesar di dunia, Zeiss, untuk mendongkrak keahlian kamera smartphone besutannya.
Serperti diketahui, Zeiss sebelumnya juga menjalin kemitraan dengan Nokia. Keduanya bekerjasama selama puluhan tahun.
Lantas, apa nan membedakan partnership Zeiss dengan Vivo dan Nokia? Senior Smartphone Technology Manager Zeiss Consumer Products, Oliver Schindelbeck, secara ekslusif mengungkapkan perihal ini kepada Tekno Liputan6.com.
"Ketika kami memulai kemitraan dengan Vivo, ini sangat menantang lantaran kami melakukan pengembangan secara paralel. Kemitraan ini merupakan pengembangan nan perincian dan mendalam," ungkap Oliver di Kantor Pusat Zeiss di Oberkochen, Jerman pada Jumat (20/9/2024) sore.
Ia menekankan bahwa kerjasama ini bukan hanya tentang pengetesan modul kamera dan sertifikasi perangkat.
"Jadi bukan hanya tentang pengetesan dan sertifikasi perangkat. Kami betul-betul melakukan pekerjaan pengembangan nan mendalam untuk pengembangan teknologi dan perangkat," ujar Oliver menambahkan.
Ia menyebut perusahaan betul-betul bekerja berbareng dengan Vivo dari awal, sejak pengembangan hingga peluncuran produk dan pasca perilisan produk.
"Kami juga bekerja sama dengan Vivo untuk menjelaskan apa nan kami lakukan. Saya pikir itu adalah perbedaan besar dibandingkan perusahaan mana pun di pasar nan Anda lihat saat ini," Oliver menuturkan.
Pria berkacamata itu menyebut Zeiss kemudian mengakhiri kemitraan dengan Nokia setelah perusahaan menjalin kemitraan dengan Vivo pada 2020.
"Dengan Nokia, kami juga mempunyai kemitraan nan cukup mirip, tetapi seperti nan saya katakan, dengan dimulainya kemitraan berbareng Vivo, kami mengakhiri kemitraan dengan Nokia," ungkapnya.
"Tapi, itu bukan akhir nan jelek lantaran kami berkolaborasi dengan Nokia selama nyaris 20 tahun. Vivo pada tahun 2020 adalah mitra nan tepat, pada waktu nan tepat," Oliver memungkaskan.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Berkunjung ke Markas Zeiss di Jerman, Perusahaan Lensa Premium nan Bikin Kamera HP Vivo Naik Kelas
Vivo dan Zeiss telah bekerja sama sejak 2020 untuk membikin kreasi komponen dan fitur optik hingga menentukan kualitas berstandar tinggi dalam memproduksi kamera smartphone secara massal.
Maret 2024, Vivo dan Zeiss menandatangani perjanjian perpanjangan kemitraan untuk riset dan pengembangan bersama. Dalam perihal ini kedua perusahaan membentuk Joint Imaging Lab untuk menguji modul kamera smartphone.
Vivo konsentrasi untuk mengembangkan software kamera beserta user interface dan user experience kamera. Sementara Zeiss lebih mengedepankan pengetesan modul kamera.
Tekno Liputan6.com diundang Vivo Indonesia dan Zeiss mengunjungi instansi pusat Zeiss di Oberkochen, Jerman, untuk memandang secara langsung proses pengetesan kamera modul nan dirancang unik untuk HP Vivo.
Namun sayangnya, kami dilarang untuk merekam maupun mengambil foto mengenai proses pengetesan tersebut.
Senior Smartphone Technology Manager Zeiss Consumer Products, Oliver Schindelbeck, mengungkapkan bahwa setiap modul kamera smartphone kudu melewati beragam pengetesan nan panjang.
"Satu modul kamera bakal kami uji untuk mengambil lebih dari 16.000 gambar. Tujuannya, agar output nan dihasilkan berbobot tinggi, di mana kamera kudu bisa menangkap gambar dengan perincian dan natural," kata Oliver, Jumat (20/9/2024).
Ia menjelaskan, saat sebuah HP Vivo terbaru bakal dirilis, beberapa bulan sebelumnya, Zeiss bakal menguji modul kamera sampai ponsel mengenai siap untuk diluncurkan ke pasar.
"Bahkan, sehari sebelum HP itu dirilis, kami tetap terus melakukan pengujian," ungkap Oliver.
Sejumlah skenario pengetesan modul kamera HP Vivo antara lain adalah uji kecepatam autofokus, pengenalan warna kulit (skin tone), tes kualitas gambar dalam mengurangi backlight hingga pengetesan pengaruh bokeh.
Tur Museum Zeiss
Selain mengunjungi lab, kami juga melalukan tur ke Museum Zeiss untuk memandang sejarah perjalanan perusahaan nan berdiri sejak 1846.
Berawal dari menciptakan mikroskop, sekarang Zeiss telah menjadi perusahaan besar nan berorientasi pada penelitian, nan mendistribusikan sejumlah besar produk optik di seluruh dunia.
Kurt Becker nan merupakan fisikiawan dan pensiunan dari Zeiss menjelaskan bahwa tujuan dari didirikannya museum adalah untuk memperkenalkan kepada semua visitor tentang semua lini produk optik Zeiss.
"Zeiss tak hanya dikenal sebagai penyedia lensa kamera, tetapi kreator produk mikroskopi, metrologi, litografi, binokular, hingga teknologi medikal," Becker menjelaskan.
"Pada awal berdirinya perusahaan di tahun 1866, Carl Zeiss merekrut fisikawan Ernst Abbe untuk membantunya menyempurnakan mikroskop," dia menambahkan.
Setelah meninggalnya Carl Zeiss pada 1889, Ernst Abbe mendirikan Yayasan Carl Zeiss, nan kemudian menjadi pemilik tunggal perusahaan tersebut. Keuntungannya digunakan untuk proyek sains, sosial, dan budaya, serta untuk tenaga kerja.
Terima 3 Kali Piala Oscar
Tekno Liputan6.com juga diajak untuk mengunjungi line produksi lensa kamera sinema. Dalam kesempatan ini kami diperlihatkan lensa kamera sinema Master Anamorphic (prototipe) seharga 45.000 ribu euro alias sekitar Rp 760 juta.
Senior Director of Operations at Zeiss, Josef Kohnle, menekankan bahwa Zeiss lebih mengutamakan kualitas daripada jumlah sehingga tidak memproduksi lensa secara massal dan lebih konsentrasi ke produk premium.
"Zeiss selalu berupaya menciptakan sesuatu nan baru untuk menjadi pemimpin pasar. Kami mempunyai visi dan mengerjakan proyek-proyek untuk meningkatkan kehidupan sehari-hari dan alur kerja para pengguna," ujar Josef.
Ia menyatakan lensa sinema Zeiss sangat andal mengabadikan beragam situasi nan berbeda untuk memberi pengguna kepercayaan agar tidak kandas dalam menghasilkan sebuah karya.
"Kami bukan pengikut, kami menciptakan pasar dan mendengarkan pelanggan," ucap Josef menambahkan.
Dengan rangkaian produknya nan luas, Zeiss telah menyediakan lensa kamera pilihan selama lebih dari 100 tahun. Kisahnya dimulai dengan penemuan Planar nan ditemukan pada tahun 1896.
Saat ini, Zeiss juga dikenal sebagai perusahaan terkemuka di bumi dalam perihal pengembangan dan produksi lensa kamera berkinerja tinggi untuk semua bagian fotografi dan sinematografi.
Baik untuk fotografi arsitektur alias sport, mode potret alias lanskap, Zeiss sukses menyediakan lensa nan tepat untuk semua skenario.
Lensa kamera nan dibuat oleh Zeiss apalagi telah menerima tiga Academy Awards alias Piala Oscar dalam kategori Sains dan Teknik (1987, 1999, dan 2012).
Infografis Akhir Riwayat Ponsel Black Market di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.