Twilio Kena Serangan Siber, 33 Juta Nomor Telepon Pengguna Authy Dicuri Hacker!

Sedang Trending 3 hari yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Twilio, penyedia jasa komunikasi cloud baru saja mengungkap telah menjadi korban serangan siber oleh hacker tak diketahui identitasnya.

Twilio mengatakan, pelaku memanfaatkan titik akhir (endpoint) nan tidak diautentikasi di aplikasi Authy.

Lewat celah keamanan ini, hacker dapat mengidentifikasi info mengenai dengan akun Authy, termasuk nomor ponsel pengguna.

Mengutip The Hacker News, Kamis (4/7/2024), perusahaan telah mengambil langkah untuk mengamankan celah keamanan agar tidak lagi menerima permintaan nan tidak diautentikasi.

Kabar Twilio menjadi korban serangan siber ini muncul setelah seseorang berjulukan ShinyHunter, di mana pelaku serangan siber menerbitkan database hasil curiannya.

Dalam postingan-nya di BreachForums, hacker tersebut mengaku telah mencuri database berisikan 33 juta nomor telepon nan diduga diambil dari akun pengguna Authy.

“Kami tidak memandang bukti pelaku ancaman memperoleh akses ke sistem Twilio, alias info sensitif lainnya,” kata perusahaan dalam peringatan keamanan 1 Juli 2024.

Namun demi kehati-hatian, perusahaan menyarankan agar pengguna meningkatkan aplikasi Android (versi 25.1.0 alias lebih baru) dan iOS (versi 26.1.0 alias lebih baru) ke jenis terbaru.

"Pelaku ancaman mungkin mencoba menggunakan nomor telepon mengenai dengan akun Authy untuk serangan phishing dan smishing, sehingga semua pengguna dapat meningkatkan kesadaran seputar teks nan mereka terima,” katanya.

Bagi beberapa orang pasti sudah tidak asing lagi dengan Authy, nan merupakan aplikasi authentikasi dua aspek (2FA) populer.

Diketahui, Twilio membeli Authy sejak 2015 dan menjadi aplikasi 2FA terkenal di bumi dengan menawarkan lapisan keamanan akun tambahan.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

AI Etis Penting dalam Menciptakan Pengalaman Pelanggan Lebih Baik

Di sisi lain, Twilio baru saja merilis jenis kelima dari State of Personalization Report. Laporan tahunan ini memberikan wawasan tentang gimana para pemimpin upaya dari 12 negara di beragam sektor industri memandang perkembangan teknologi dan perubahan kebutuhan konsumen.

Dalam survei melibatkan 521 pemimpin bisnis, laporan ini menyoroti tren utama konsumen mengharapkan pengalaman lebih prediktif, emosional, dan sangat personal.

Kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci dalam pergeseran ini, dengan 71 persen pemimpin upaya di area Asia Pasifik (APAC) dan persentase signifikan di wilayah lain.

Mereka mengatakan, bakal berinvestasi dalam model pembelajaran mesin (machine learning) untuk menganalisis perilaku pengguna dan membikin prediksi lebih akurat.

Pentingnya Pemanfaatan AI nan Etis

Mengutip keterangan resminya, Selasa (2/7/2024), salah satu temuan krusial adalah 89 persen responden percaya, pemanfaatan AI yang etis dapat menjadi kelebihan kompetitif.

Hal ini menunjukkan upaya tidak hanya berfokus pada penemuan teknologi, tetapi juga pada etika dan privasi data.

Lebih dari separuh pemimpin upaya nan disurvei mengatasi kekhawatiran konsumen mengenai privasi info dengan menerapkan kontrol privasi kuat.

Transparansi dalam penggunaan kecerdasan buatan juga menjadi aspek penting, dengan nyaris separuh dari konsumen mengatakan mereka lebih mempercayai brand secara terbuka mengungkapkan penggunaan info pengguna dan hubungan didukung oleh AI.

"Dalam bumi pemasaran, personalisasi adalah perihal sangat penting. Konsumen saat ini tidak hanya mengharapkan brand untuk memahami mereka, tetapi mereka juga mau brand mengantisipasi kebutuhan mereka. Teknologi AI membuat perihal tersebut menjadi kenyataan."

Gen Z: Penggerak Utama Perubahan

Generasi Z (berusia 18-27 tahun) menjadi golongan konsumen sangat mempengaruhi strategi pemasaran brand. Sebagai digital natives, mereka mempunyai ekspektasi tinggi terhadap keaslian, transparansi, dan hubungan personal.

Untuk memenuhi kebutuhan ini, 85 persen perusahaan berencana menyesuaikan strategi pemasaran mereka.

Di Asia Pasifik, 45 persen pemimpin upaya mengatakan mereka bakal menggunakan konten video pendek seperti TikTok alias Reels di IG untuk menarik perhatian Gen Z.

Personalisasi Prediktif dan Kecerdasan Emosional

Sebanyak 86 persen pemimpin upaya bersiap untuk beranjak dari personalisasi reaktif ke personalisasi prediktif.

Dengan support AI dan pembelajaran mesin, brand dapat mengantisipasi kebutuhan konsumen dan menyajikan pesan tepat pada waktu nan tepat.

Kecerdasan emosional juga menjadi konsentrasi utama, dengan 82 persen pemimpin upaya menekankan pentingnya respons emosional dalam hubungan nan didukung AI. 

Masa Depan dengan AI

AI diperkirakan bakal mengubah strategi personalisasi dan pemasaran dalam lima tahun ke depan. Mayoritas pemimpin upaya sepakat, chatbot AI bakal menjadi game-changer dalam personalisasi.

Saat ini, ada 59 persen perusahaan memperkirakan bakal menggunakan AI setiap hari pada tahun 2025. Platform info pengguna (CDP) dan info warehouse menjadi perangkat utama untuk personalisasi, dengan 72 persen perusahaan menggunakan CDP dan 48 persen menggunakan info warehouse.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi