Strategi Kementerian Kominfo Cegah Penyebaran Hoaks Jelang Pilkada

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kominfo mengungkap strategi untuk mencegah penyebaran hoaks menjelang Pilkada. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Kominfo Slamet Santoso.

Menurut Slamet, Kementerian Kominfo telah mempunyai beberapa langkah untuk menangani konten hoaks, mulai dari hulu ke hilir. Untuk di hulu, Slamet menuturkan, Kominfo melakukan program edukasi dan literasi digital.

"Itu termasuk di dalamnya adalah ASN. Kenapa ASN? Karena ASN itu kudu netral," tuturnya pada aktivitas Diskusi Lintas Generasi dalam rangkaian Liputan6.com Awards nan digelar Liputan6.com dan Fimela, di Jakarta, Rabu (31/7/2024).

Selain itu, Kementerian Kominfo juga mempunyai mesin crawling. Mesin berbasis AI ini bekerja mencari buletin hoaks alias konten negatif, nan kemudian diverifikasi setiap harinya.

"Kemudian, di tengahnya, kami melakukan blokir situs nan memang melanggar ketentuan nan diatur dalam UU ITE," ujarnya melanjutkan. Selanjutnya, Kominfo juga membuka kanal kejuaraan konten nan bisa dilakukan melalui WhatsApp, telepon, alias situs.

Yang terakhir, Slamet menuturkan, Kementerian Kominfo juga tidak segan melakukan tindak lanjut terhadap konten hoaks nan sengaja dibuat dengan niat jahat dan berpotensi memecah belah bangsa.

"Ketika buletin hoaks itu memang dilakukan dengan niat jahat dan berpotensi untuk memecah belah bangsa alias organisasi tertentu, maka konten ini kami laporkan ke kepolisian untuk dilakukan penanganan," ujar Slamet.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Jurus Kominfo dan Siberkreasi Basmi Konten Hoaks dan Judi Online di Internet

Informasi hoaks tetap memadati bumi maya hingga meresahkan banyak orang. Berdasarkan info nan dipaparkan Kominfo, sejak 2023 kementerian ini telah menghapus 3,76 juta konten negatif di media sosial dan internet

Menurut Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Kominfo Slamet Santoso, dari lebih dari tiga juga konten nan dihapus dari internet, 1,9 juta di antaranya bukanlah konten hoaks.

"1,9 juta itu bukan hoaks, tetapi gambling online. Konten hoaks memang menjadi masalah dan isunya tak bakal berakhir di ruang digital tetapi konten nan berkarakter gambling online juga menjadi masalah untuk kita," kata Slamet dalam aktivitas Diskusi Lintas Generasi dalam rangkaian Liputan6.com Awards nan digelar Liputan6.com dan Fimela, di Jakarta, Rabu (31/7/2024).

Bicara gambling online, Slamet mengungkap, berasas temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), transaksi gambling online per tahun 2023 mencapai Rp 327 triliun.

"Itu nan yang satu arah nan disedot oleh bandar (judi online) tanpa ada dampaknya untuk perekonomian sekitar dan korban gambling online 80 persen adalah orang-orang kalangan menengah ke bawah," kata Slamet.

Sementara untuk konten hoaks, kata Slamet, jumlahnya ada 11.600 konten hoaks yang sudah di-takedown dari internet.

Untuk menangani konten negatif termasuk hoaks dan gambling online, Kominfo pun bekerja sama seluruh stakeholder, termasuk mitra Gerakan Nasional Literasi Digital nan sekarang mempunyai 115 anggota. Salah satunya adalah aktivitas Siberkreasi nan diketuai oleh Yosi Mokalu.

4 Pilar Literasi Digital

Adapun pembasmian hoaks dilakukan dengan empat pilar, ialah literasi mengenai budaya, literasi mengenai etika, literasi mengenai skill, dan literasi mengenai keamanan digital.

Literasi untuk melawan hoaks hingga gambling online pun dilakukan oleh Kominfo dan beragam mitranya di seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari siswa SD, SMP, Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, Polri, dan masyarakat umum.

Sementara itu, Ketua Siberkreasi Yosi Mokalu, mengungkap pihaknya bahu membahu dengan Kominfo untuk melawan hoaks dan konten negatif lainnya. Hal ini lantaran banyaknya hoaks dan konten negatif nan menyebar di kalangan masyarakat.

"Kalau ditanya kenapa hoaks banyak beredar, mungkin salah satunya lantaran teknologi digital nan berkembang sigap tidak diimbangi dengan etika dan tidak melek dengan digital serta pengetahuan digital lainnya. Jadi itu salah satu penyebab berkembangnya konten negatif di internet," tutur Yosi.

Berbagai Jenis Konten Negatif di Internet

Yosi juga mengungkap jika konten negatif di internet bukan hanya hoaks tetapi banyak lainnya. Konten ini pun begitu mudah tersebar di ruang digital lantaran perkembangan digital begitu pesat. Apalagi dibandingkan era dahulu, penyebaran info baik itu betul alias salah memang begitu cepat.

Menurut Yosi, seiring perkembangan teknologi nan begitu pesat, kadang sifat penggunanya nan mau dipandang sebagai "orang pertama menyebarkan" juga turut mempercepat penyebaran hoaks.

Padahal, semestinya ketika mendapatkan info apa pun, seseorang perlu lebih dulu mengecek kebenarannya.

Banjiri Internet dengan Konten Positif

Untuk itulah, salah satu upaya nan Yosi lakukan selain mengedukasi etika-etika di internet adalah dengan dengan membanjiri internet dengan konten-konten nan baik.

"Kalau bekerja sama dengan Siberkreasi dan Kominfo, saya membikin banyak konten, baik itu nan berasosiasi dengan literasi digital dan ada juga konten nan lebih santai, misalnya konten lagu," kata Yosi.

Pasalnya menurut Yosi, konten literasi digital nan dibalut dengan hal-hal nan menyenangkan seperti lagu alias video imajinatif bakal lebih mengena untuk kalangan generasi muda. Apalagi ketika konten tersebut juga diunggah oleh rekan-rekannya nan mempunyai banyak follower.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Tim Cook selaku CEO Apple tiba untuk menghadiri konvensi tahunan Allen & Co Sun Valley di Sun Valley, Idaho pada 9 Juli 2024. (KEVORK DJANSEZIAN / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi