Liputan6.com, Jakarta - Dalam laporan berjudul 'Navigating the Rising Tide: Attack Trends in Financial Services', Akamai Technologies menyoroti industri finansial tetap menjadi sasaran utama serangan siber, termasuk serangan distributed denial-of-service (DDoS) dan penyalahgunaan Application Programming Interface (API).
Di tengah digitalisasi nan masif, solusi keamanan berbasis AI menjadi jawaban untuk menghadapi lanskap ancaman nan semakin kompleks dan canggih, terutama industri finansial di area Asia Pasifik dan Jepang (APJ).
Menurut laporan Akamai, dikutip Kamis (21/11/2024), serangan DDoS tingkat 3 dan 4 nan menargetkan jaringan serta lapisan transportasi telah meningkat secara signifikan.
Serangan ini hacker dirancang untuk membebani prasarana dan menguras bandwidth server, nan pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan jasa berkapak hilangnya kepercayaan pelanggan.
Selain serangan DDoS, laporan nan sama juga mengidentifikasi peningkatan besar dalam serangan berbasis API. API nan tidak terdokumentasi alias dikenal sebagai shadow API menjadi celah nan sering dimanfaatkan oleh penyerang.
Lanskap ancaman nan semakin kompleks dan canggih, membikin solusi keamanan tradisional tidak lagi memadai. Menurut Direktur Teknologi Keamanan dan Strategi APJ di Akamai, Reuben Koh, industri finansial memerlukan pendekatan baru untuk melindungi aset mereka.
"Teknologi keamanan berbasis AI menjadi kunci dalam menghadapi ancaman modern. Teknologi ini dapat menganalisis pola ancaman secara real-time dan memberikan respons otomatis untuk menghentikan serangan sebelum merusak sistem," ujar Reuben.
Salah satu pendekatan nan direkomendasikan Akamai adalah Zero Trust. Ia menjelaskan, pendekatan ini memastikan bahwa setiap akses ke jaringan, baik dari pengguna internal maupun eksternal, kudu diverifikasi secara ketat.
Mikrosegmentasi juga menjadi komponen krusial untuk membatasi akibat serangan dengan memisahkan info dan aset kritis ke dalam segmen-segmen mini nan susah ditembus.