Sam Altman: OpenAI bisa Jadi Perusahaan Pencetak Uang seperti xAI

Sedang Trending 6 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - CEO OpenAI Sam Altman mengatakan kepada beberapa pemegang saham bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengubah struktur tata kelolanya menjadi upaya for-profit nan tidak dikendalikan oleh majelis nirlaba perusahaan.

Perusahaan for-profit adalah organisasi nan beraksi dengan tujuan menghasilkan uang. Sebagian besar upaya berorientasi pada untung nan melayani pengguna dengan menjual produk alias layanan.

Pemilik upaya memperoleh penghasilan dari untung dan juga dapat bayar pemegang saham dan penanammodal dari untung tersebut.

Salah satu skenario nan menurut Altman sedang dipertimbangkan oleh majelis adalah perusahaan fot-profit, nan diterapkan oleh pesaingnya seperti Anthropic dan xAI. Demikian menurut laporan The Information, dikutip dari Reuters, Minggu (16/6/2024).

Diskusi restrukturisasi melangkah lancar dan Altman serta rekan-rekan direkturnya pada akhirnya dapat memutuskan untuk mengambil pendekatan nan berbeda.

Menanggapi pertanyaan Reuters mengenai laporan tersebut, perusahaan pembesut ChatGPT itu mengatakan perusahaan bakal tetap konsentrasi pada organisasi nirlaba.

"Kami tetap konsentrasi pada pengembangan AI nan berfaedah bagi semua orang. Organisasi nirlaba adalah inti dari misi kami dan bakal terus ada," kata ahli bicara OpenAI.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

OpenAI Tunjuk Mantan Bos Intelijen NSA jadi Direksi

Sebelumnya, OpenAI menunjuk seorang mantan pejabat tinggi cyberwarrior dan intelijen AS (National Security Agencynsa), Paul Nakasone, ke dalam majelis direksinya.

Perusahaan menyebut dia bakal membantu melindungi pembuat ChatGPT dari serangan 'aktor jahat nan semakin canggih'. Demikian sebagaimana dilansir AP News, Sabtu (15/6/2024).

Pensiunan Jenderal Angkatan Darat itu adalah komandan Komando Siber AS dan direktur NSA sebelum mengundurkan diri pada awal tahun 2024.

Dia berasosiasi dengan majelis dewan OpenAI nan tetap merekrut personil baru setelah pergolakan di perusahaan AI asal San Francisco itu memaksa pergantian kepemimpinan majelis tahun lalu.

Anggota majelis sebelumnya tiba-tiba memecat CEO Sam Altman dan kemudian digantikan ketika dia kembali ke peran CEO-nya beberapa hari kemudian.

OpenAI mengembalikan Altman ke majelis dewan pada Maret dan mengatakan mereka mempunyai “kepercayaan penuh” pada kepemimpinannya setelah konklusi dari penyelidikan luar terhadap kekacauan perusahaan.

Dewan OpenAI secara teknis adalah organisasi nirlaba, tetapi juga mengatur bisnisnya nan berkembang pesat.

Nakasone juga berasosiasi dengan komite keselamatan dan keamanan OpenAI nan baru, sebuah golongan nan semestinya memberikan nasihat kepada seluruh majelis mengenai “keputusan keselamatan dan keamanan nan penting” untuk proyek dan operasinya.

Kelompok keselamatan AI terdahulu sudah dibubarkan setelah beberapa pemimpinnya mengundurkan diri.

Eks Karyawan OpenAI Peringatkan Soal Kurangnya Sistem Keamanan AI

Beberapa mantan tenaga kerja OpenAI menuliskan surat terbuka berisi peringatan. Dalam surat itu, para mantan tenaga kerja menyebut, OpenAI membungkam kritik mereka nan cemas terhadap keamanan AI namalain kepintaran buatan. 

Surat terbuka tersebut ditandatangani oleh 13 mantan karyawan OpenAI. Surat ini menyatakan, tidak adanya pengawasan pemerintah nan efektif mengenai keamanan AI. Dalam suratnya, mereka juga perusahaan AI agar lebih berkomitmen pada prinsip kritik terbuka.

Mengutip The Verge, Minggu (9/6/2024), inisiatif pelayangan surat terbuka itu dilatarbelakangi perusahaan AI, khususnya OpenAI, nan dinilai tak mempunyai keselamatan nan memadahi. 

Selain OpenAI, Google juga mendapat kritikan keras lantaran tetap mempertahankan penggunaan fitur AI Overview dalam Google Search, apalagi setelah orang-orang menyatakan fitur tersebut memberikan hasil nan nyeleneh.

Selain dua perusahaan itu, Microsoft juga mendapat kecaman lantaran Copilot Designer-nya, nan menghasilkan gambar AI berbau seksual.

Prinsip kritik nan tertulis pada surat tersebut termasuk menghindari pembuatan dan penegakan klausul nan tidak meremehkan, memfasilitasi pelaporan oleh pihak anonim nan “dapat diverifikasi” untuk melaporkan masalah.

Tak hanya itu, surat nan ditulis mantan tenaga kerja OpenAI ini juga menginginkan agar tenaga kerja saat ini dan mantan tenaga kerja dapat menyampaikan kekhawatirannya mengenai AI kepada publik secara bebas, tanpa perlu merasa ketakutan jika perusahaan teknologi membalas "serangan" mereka.

Surat tersebut menyatakan bahwa meskipun mereka percaya pada potensi AI untuk memberikan faedah bagi masyarakat, mereka juga memandang adanya risiko. Mulai dari meningkatnya kesenjangan, manipulasi dan info nan salah, serta kemungkinan kepunahan manusia.

Pelapor Kelemahan Keamanan AI Tak Dilindungi Penuh

Surat tersebut juga mengatakan jika pihak pelapor nan melaporkan kekhawatiran AI tidak dilindungi secara penuh.

Padahal, Departemen Tenaga Kerja AS menyatakan bahwa pekerja nan melaporkan pelanggaran upah, diskriminasi, keselamatan, penipuan, dan penundaan waktu rehat dilindungi oleh undang-undang perlindungan pelapor. Itu artinya,npemberi kerja tidak dapat memecat, memberhentikan, mengurangi jam kerja, alias memecat pelapor.

“Beberapa dari kita cukup takut bakal adanya beragam corak pembalasan, mengingat sejarah kasus-kasus serupa di seluruh industri. Kami bukan orang pertama nan menghadapi alias membicarakan masalah ini,” tulis surat itu.

Baru-baru ini, beberapa peneliti OpenAI mengundurkan diri setelah perusahaan tersebut membubarkan tim “Superalignment”. Tim ini nan berfokus pada penanganan akibat jangka panjang AI, dan kepergian salah satu pendiri OpenAI, Ilya Sutskever, nan telah memperjuangkan keselamatan di perusahaan.

Salah satu mantan peneliti, Jan Leike, mengatakan bahwa, “Budaya dan proses keselamatan tidak lagi menjadi prioritas bagi produk nan cemerlang di OpenAI."

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi