Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Telegram, Pavel Durov, menyebut bahwa perusahaannya itu mulai untung. Durov mengatakan, aplikasi chatting Telegram membukukan total pendapatan lebih dari USD 1 miliar di tahun 2024.
Mengutip Tech Crunch, Selasa (24/12/2024), Telegram diketahui meluncurkan jasa premium berlangganannya pada 2022. Kini, Telegram tercatat mempunyai 12 juta pengguna berbayar.
Durov juga mengatakan, aplikasi Telegram menyelesaikan tahun 2024 dengan mendapatkan USD 500 juta dalam corak persediaan kas, tanpa menghitung aset kriptonya.
CEO Telegram ini juga mengatakan, perusahaan sudah melunasi sejumlah besar obligasi utangnya pada musim gugur ini.
"Selama empat tahun terakhir, Telegram telah menerbitkan sekitar USD 2 miliar dalam corak utang. Kami telah melunasi sebagian besar utang tersebut pada musim gugur ini, memanfaatkan nilai obligasi Telegram nan menguntungkan. Namun, tetap banyak pekerjaan nan kudu diselesaikan," kata Durov dalam unggahan di X namalain Twitter.
Dalam wawancara dengan Financial Times awal tahun ini, CEO Telegram Pavel Durov menyebut, perusahaan bakal mencapai profitabilitas pada 2025. Selanjutnya, Telegram mempunyai rencana untuk go public di masa mendatang.
Saat ini Telegram tercatat mempunyai 950 juta pengguna aktif bulanan. Telegram juga mempunyai fitur-fitur untuk mendukung bisnis, menambahkan jasa bagi hasil iklan, memungkinkan para kreator konten untuk mendapatkan duit via konten berbayar di dalam channel, hingga meluncurkan toko aplikasi mini.
Telegram jadi trending topic Twitter. Aplikasi pesan instan ini dilirik pengguna internet setelah Whatsapp memberlakukan tanggungjawab pada pengguna untuk menyerahkan info pribadi ke Facebook.
Tips Hindari Phishing Berkedok Langganan Telegram
Sementara itu, Ancaman Telegram Premium palsu kini menyebar secara global. Kaspersky pun memberi peringatan atas perihal ini, pasalnya, Telegram Premium tiruan ini berupaya menarget pengguna dengan penipuan phishing dan malware nan disamarkan ke beragam jenis aplikasi alternatif.
Serangan ini ditujukan untuk mencuri kredensial akun alias membahayakan perangkat. Penipuan phishing tersebut memanfaatkan popularitas Telegram Premium dan fitur hadiah.
Sekadar informasi, Telegram Premium sendiri sebenarnya merupakan jasa berlangganan nan menawarkan fitur eksklusif untuk pengguna aplikasi chatting Telegram.
Fitur nan dimaksud meliputi kecepatan download lebih cepat, konversi bunyi ke teks, stiker premium, pengalaman bebas iklan, dan lain-lain.
Telegram Premium pun bisa dijadikan bingkisan dari seorang pengguna Telegram untuk pengguna lainnya. Kaspersky mendeteksi jika fitur bingkisan ini dimanfaatkan oleh penipu online.
Modus Penipuan, Kirim Pesan hingga Email
Salah satu trik penipuan nan dilakukan adalah saat pengguna menerima pesan nan seolah berasal dari seseorang di daftar kontak mereka nan akunnya mungkin telah diretas.
Pesan tersebut berisi klaim "Anda telah dikirimi bingkisan -- langganan Telegram Premium". Lalu di bawahnya ada pesan link nan kelihatannya asli, padahal sebenarnya mengarahkan pengguna ke halaman phishing.
Email Berisi Link Phishing
Pengguna diminta untuk masuk ke Telegram. Jika korban memasukkan kredensial, akun mereka pun bisa dibobol. Pasalnya penipu bisa mengakses perincian login, kata sandi, hingga kode autentikasi mereka.
APK Malware
Selain mengirimi pesan, si penipu online juga bisa memakai metode lain untuk mengirim link phishing, misalnya via email. Jika si korban mengklik link tersebut, akun mereka pun dibobol.
Cara lainnya adalah dengan melibatkan penjahat bumi maya nan mengirim undangan ke korban untuk mengunduh file ZIP alias APK dengan klaim merupakan jenis Premium Telegram. Tautan unduhan tersebut justru mengarahkan pengguna ke laman phishing, meminta korban login ke Telegram.
Skema lainnya adalah penipu mengirim tautan untuk mengunduh APK dengan klaim bahwa itu adalah aplikasi nan dimodifikasi, padahal sebenarnya malware.