Liputan6.com, Jakarta - Menurut laporan PWC, kebanyakan perusahaan di Indonesia (53%) belum mengangkat kepintaran buatan (artificial intelligence/AI), terutama Generative AI (GenAI). Namun diperkirakan mereka bakal memanfaatkan teknologi tersebut pada satu hingga tiga tahun ke depan.
Lebih dari dua pertiga CEO perusahaan Indonesia sudah menyadari bahwa GenAI bakal memberikan akibat signifikan bagi perusahaan mereka dalam waktu tiga tahun mendatang dan faedah nan paling banyak mereka sebutkan adalah peningkatan efisiensi (57%) dan pendapatan (47%).
Besaran pasar GenAI di Indonesia juga diprediksi bakal terus meningkat, mencapai US$204,6 juta pada 2024, dan dengan pertumbuhan tahunan sebesar 46,48%, volume pasar untuk GenAI bakal mencapai US$2.021 juta pada 2030.
AI dalam Bisnis: Potensi dan Kekurangannya
AI sebagai kekuatan penggerak ekonomi dan masyarakat, punya potensi nan besar untuk membantu menciptakan dan menumbuhkan kesempatan upaya baru, menciptakan kemitraan nan lebih kuat, menemukan langkah baru untuk berkomunikasi dengan pelanggan, serta meningkatkan efisiensi dalam penggunaan teknologi.
Dari tindakan mencegah perubahan suasana hingga pengembangan ekonomi, AI bisa dimanfaatkan untuk memecahkan masalah dunia nan paling mendesak, asalkan kita tetap waspada pada potensi akibat negatifnya .
Konsekuensi tersebut meliputi kualitas info dan pelanggaran privasi, kurangnya tenaga ahli, dan biaya nan tinggi untuk mempekerjakan saintis info dan engineer AI.
Selain itu, tetap samarnya sistem AI bagi sebagian orang telah menimbulkan kekhawatiran mengenai etika, sehingga dibutuhkan transparansi dalam penggunaan dan mitigasi terhadap bias nan terjadi saat hendak membikin keputusan nan adil.
Jadi, untuk mengatasi beragam tantangan tersebut, perusahaan terlebih dulu perlu memahami tujuan dari teknologi nan disruptif ini.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
AI Bukan Pengganti Tenaga Kerja
Dalam perihal produktivitas dan efisiensi, tidak ada teknologi nan berpotensi untuk memberikan akibat terhadap semua bagian pekerjaan di semua industri seperti GenAI.
Teknologi ini bisa mengotomatisasi alias menambah sebagian besar tugas di semua industri dan area fungsional seperti IT dan Keuangan.
McKinsey melaporkan bahwa perusahaan nan memanfaatkan AI bakal mengalami laju pertumbuhan Total Shareholder Return 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan perusahaan nan tidak melakukannya.
Berlawanan dengan kekhawatiran tentang perpindahan pekerjaan, GenAI kemungkinan justru bakal meningkatkan dan bukannya menghilangkan pekerjaan.
Hanya kurang dari separuh tugas-tugas nan terkena akibat itu bakal diotomatisasi, misalnya hanya 35% (dari 72%) di sektor jasa finansial dan 32% (dari 73%) di kegunaan IT.
Dengan demikian, meskipun GenAI bakal memberikan akibat signifikan, tapi mungkin tidak bakal mengubah lanskap pekerjaan secara drastis, dan justru kita bakal memandang masa depan dengan keahlian dan abstraksi nan makin meningkat.
Peningkatan Keahlian Jadi Kunci Utama
Dalam beragam obrolan mengenai masa depan GenAI diketahui bahwa meskipun teknologi ini mempunyai potensi nan menjanjikan, tetap jauh jalan untuk merealisasikan manfaatnya.
Para master memperkirakan bahwa 50% dari pekerjaan saat ini tidak bakal diotomatisasi hingga tahun 2045 dan itu satu dasawarsa lebih sigap daripada prediksi nan pernah dibuat sebelum dirilisnya ChatGPT.
Saat ini, 70% perusahaan tetap berada pada fase mengeksplorasi pengadopsian GenAI, dan hanya 19% nan sedang menjalankan pilot project alias sudah mencapai fase produksi.
Untuk mengakselerasi pengadopsian AI, ada kebutuhan nan besar untuk meningkatkan skill tenaga kerja demi mendorong penggunaan dan mendapatkan untung produktivitas.
Salah satu survei mendapati bahwa para pelaksana bakal memberikan training lagi kepada 40% karyawannya dalam tiga tahun ke depan sebagai akibat dari penerapan tools AI.
Kurangnya skill internal tetap tetap menjadi penghambat pertama dalam penggunaan solusi AI. Selain itu, perusahaan mesti bekerja-sama dengan pemerintah untuk mereformasi pendidikan dasar demi memenuhi permintaan bakal AI di masa depan.
Kepercayaan Adalah Segalanya
Kepercayaan sangat krusial untuk AI. Tanpa kepercayaan terhadap AI dan output-nya, sasaran kita untuk mentransformasi perekonomian dengan AI bakal susah dicapai.
Dasar dari kepercayaan ini dimulai dari input info dengan ketelitian tinggi, teRpercaya dan aman. Kita kudu memusatkan keamanan dan kepatuhan saat mengembangkan aplikasi AI untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Pengadopsian secara alami bakal menjadi lebih sigap saat para pengambil keputusan dapat mempercayai bahwa aplikasi AI adalah kondusif dan tidak melanggar peraturan.
Tidak ada perusahaan nan mau kehilangan kesempatan meraih produktivitas nan ditawarkan oleh AI.
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.