Microsoft Wajibkan Karyawan di China Beralih dari HP Android ke iPhone, Kenapa?

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft kabarnya meminta agar tenaga kerja mereka di China untuk tidak lagi menggunakan Android, dan beranjak pakai iPhone untuk mendukung pekerjaan sehari-hari.

Hal ini diungkap lewat memo internal perusahaan oleh Bloomberg, di mana larangan tersebut bakal efektif dimulai pada September 2024.

Kenapa Microsoft larang karyawan pakai Android? Mengutip Bloomberg via Phone Arena, Rabu (10/7/2024), tenaga kerja Microsoft kudu pakai iPhone untuk otentikasi saat login ke sistem perusahaan.

Raksasa teknologi tersebut mengatak, ponsel Android tidak bakal diizinkan sebagai perangkat autentikasi multifaktor (2FA).

Saat masuk ke sistem, tenaga kerja perlu menggunakan smartphone dan dua aplikasi Microsoft untuk login.

Saat patokan baru ini berlaku, ponsel iPhone tenaga kerja bakal menjalankan dua aplikasi milik perusahaan mulai dari Microsoft Authenticator dan Identity Pass.

Perusahaan software ini memerlukan otentikasi multi-faktir ini dipakai untuk melindungi sistem dari hacker.

Memo internal Microsoft mencatat, ponsel Android diblokir agar tidak digunakan untuk otentikasi multi-faktor lantaran jasa Google tidak diizinkan beraksi di China.

Karenanya, tenaga kerja Microsoft tidak dapat mengakses Google Play Store dan susah untuk mengunduh aplikasi keamanan nan diperlukan.

Ini berarti, setiap karyawan Microsoft nan pakai Android bakal dipaksa untuk membeli iPhone 15. Perusahaan bakal menyediakan iPhone di hub di China dan Hong Kong--walau Play Store di negara ini tetap bisa diakses.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Microsoft Kirim Email ke Pengguna nan Kena Serangan Hacker Rusia

Kantor pusat Microsoft

Serangan terhadap Microsoft oleh hacker Rusia ternyata mempunyai akibat nan sangat luas dari nan dilaporkan sebelumnya.

Raksasa teknologi ini kembali memberi tahu kepada pengguna bahwa email mereka dan Microsoft telah diakses. Demikian menurut laporan Bloomberg, dikutip dari Engadget, Senin (1/7/2024).

Sebuah golongan hacker nan dikenal sebagai Midnight Blizzard atau Nobelium dituduh sebagai tokoh di kembali serangan ini, berbareng dengan peretasan SolarWinds pada 2020.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebelumnya mengaitkan Midnight Blizzard dengan Badan Intelijen Luar Negeri Rusia.

Microsoft sendiri sempat memberi tahu ke beberapa pengguna bahwa email mereka telah disusupi, tetapi perusahaan tersebut sekarang menginformasikannya secara spesifik.

“Minggu ini kami melanjutkan pemberitahuan kepada pengguna nan berkorespondensi dengan akun email perusahaan Microsoft nan dieksfiltrasi oleh pelaku ancaman hacker Midnight Blizzard, dan kami menyediakan kepada pengguna korespondensi email nan diakses oleh tokoh ini,” kata ahli bicara Microsoft.

“Ini adalah peningkatan perincian bagi pengguna nan telah diberitahu dan juga mencakup pemberitahuan baru,” dia menambahkan. 

Dikira Penipuan Phishing

<p>Ilustrasi hacker alias peretas. (Unsplash)</p>

Microsoft memberi tahu pengguna melalui email, nan awalnya menimbulkan kekhawatiran bahwa pemberitahuan tersebut adalah penipuan phishing.

Microsoft pertama kali mengungkapkan peretasan tersebut pada Januari 2024, dengan menyatakan bahwa serangan kata sandi memperoleh akses grup ke "persentase nan sangat mini dari akun email perusahaan Microsoft" pada akhir tahun 2023.

Karyawan nan emailnya disusupi mencakup personil ketua senior, keamanan siber, dan tim hukum.

Pada saat itu, Microsoft mengatakan kerentanan dalam sistemnya bukanlah penyebab serangan tersebut, namun pihaknya bakal meningkatkan keamanan.

Komentar Pemerintah AS

Hacker namalain peretas merupakan orang nan mahir dalam perihal menerobos masuk ke dalam sistem keamanan jaringan komputer milik seseorang

Namun, pemerintah AS telah mencoba melancarkan serangan terhadap Microsoft, dengan laporan bulan Maret dari Cyber Safety Review Board nan menyatakan bahwa "budaya keamanan perusahaan tidak memadai dan memerlukan perbaikan."

Pada April, Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (Cybersecurity and Infrastructure Security Agency/CISA) mengeluarkan perintah nan mewajibkan lembaga federal untuk menganalisis email nan diretas dan mengamankan akun cloud Microsoft, serta langkah-langkah lainnya.

CISA memberitahukan semua lembaga nan terkena akibat dan meminta mereka untuk memberikan info terkini secara berkala mengenai langkah-langkah nan diambil untuk menggagalkan akibat serius.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi