Liputan6.com, Jakarta - Tiga raksasa media sosial nan sekarang punya banyak pengguna, ialah Meta, Snap, dan TikTok mendirikan sebuah program berjulukan Thrive.
Program ini merupakan upaya ketiga media sosial untuk menghentikan beredarnya konten skematis (mengandung kekerasan) nan seolah membujuk orang untuk melukai diri sendiri alias bunuh diri.
Sebagaimana dikutip dari The Verge, Jumat (13/9/2024), Thrive memungkinkan Meta, TikTok, dan Snap untuk berbagi "sinyal", guna saling memperingatkan tentang konten nan melanggar di platform mereka.
Thrive merupakan program nan dikembangkan berbareng Mental Health Coalition, sebuah organisasi kebaikan nan menyatakan, mereka berupaya menghilangkan stigma tentang masalah kesehatan mental.
Meta menyebut, mereka menyediakan prasarana teknis di kembali Thrive, nan memungkinkan sinyal dibagikan dengan aman.
Meta memakai teknologi berbagi sinyal lintas platform nan sama dengan nan dipakai di Lantern, sebuah program untuk membantu memerangi pelecehan anak di bumi maya.
Perang meme dan postingan hingga ancaman gugatan ke pengadilan mewarnai memanasnya hubungan antara dua perusahaan media sosial besar, Meta dan Twitter menyusul peluncuran relatif sukses aplikasi 'microblogging', Threads. Akankah aplikasi terbaru indu...
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ketiga Medsos Bisa Saling Beri Sinyal
Perusahaan nan berperan-serta dapat berbagi hash nan cocok dengan media nan melanggar untuk saling memberi sinyal.
Menurut Meta, mereka sudah membikin konten skematis nan seolah membujuk pengguna untuk menyakiti alias bunuh diri lebih susah ditemukan di platformnya.
Namun, mereka mencoba memberi ruang bagi orang-orang untuk membahas masalah kesehatan mental, bunuh diri dan tindakan menyakiti diri sendiri.
Menurut diagram Meta, pihaknya mengambil tindakan terhadap jutaan konten bunuh diri dan menyakiti diri sendiri tiap kuartal. Pada kuartal terakhir, Meta memulihkan 25.000 unggahan, lantaran pengguna mengusulkan banding.
Meta Hapus Puluhan Ribu Akun Instagram
Tidak hanya itu, belum lama ini Meta dilaporkan telah menghapus puluhan ribu akun IG dari Nigeria. Apa nan terjadi?
Langkah ini adalah bagian dari upaya Meta untuk memerangi penipuan pemerasan seks di platform media sosial mereka, sebagaimana dikutip dari Engadget, Kamis (25/7/2024).
Latar Belakang Pemerasan Seks
Perusahaan induk FB itu menjelaskan, sebagian besar laki-laki dewasa di Amerika Serikat telah menjadi sasaran akun-akun pemeras tersebut.
Tak hanya menyasar pengguna dewasa, sejumlah akun Instagram asal Nigeria ini juga melakukan pemerasan terhadap korban di bawah umur.
Karena perihal ini, raksasa media sosial telah menambahkan fitur keamanan Instagram.
Fitur baru ini bisa mendeteksi ketelanjangan secara otomatis, dan memberikan peringatan kepada pengguna tentang potensi penipuan dan pemerasan.
Penghapusan Akun
Meta menjelaskan, penghapusan ini mencakup 2.500 akun nan dikaitkan dengan sekelompok sekitar 20 grup bekerja sama untuk melakukan penipuan pemerasan seks.
Selain itu, perusahaan juga menghapus ribuan akun dan grup di FB nan memberikan tips dan saran bagi orang nan mau melancarkan tindakan pemerasan seks.
Akun-akun tersebut mengenai dengan Yahoo Boys, sebuah golongan "penjahat siber nan terorganisir dan sebagian besar beraksi di luar Nigeria."
"Kelompok ini memang punya spesialisasi dalam beragam jenis penipuan," kata perushaana bentukan Mark Zuckerberg.
Meta sendiri tetap menjadi sorotan lantaran tidak melakukan banyak untuk melindungi remaja dari pemerasan seks di aplikasinya.
Dalam sidang Senat awal tahun ini, Senator Lindsey Graham mendesak Mark Zuckerberg mengenai dengan seorang anak meninggal lantaran bunuh diri.
Diketahui, senat bertanya apakah orang tua anak tersebut dapat menuntut Meta lantaran telah menjadi korban di platform medsos miliknya.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.