Mengenal Aksi Red Hat Hacker: Ungkap Motivasi Peretas Topi Merah

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Serangan ransomware nan menyasar Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 telah menarik perhatian publik. Akibat serangan ini, sejumlah jasa publik terkena dampaknya.

Salah satu akibat paling terlihat ada di jasa Imigrasi. Selain soal keamanan info nan kian menjadi perhatian, kasus ini juga menarik perhatian publik soal peran hacker.

Seperti diketahui, hacker kerap dikenal sebagai sosok peretas jahat nan mencari untung pribadi. Namun siapa sangka, ada beberapa jenis hacker nan sebenarnya tidak melulu menyerang korban demi keuntungan.

Ada pula hacker topi merah alias nan dikenal sebagai red hat hacker. Sosok misterius ini dikenal banyak menggunakan keahlian meretas mereka untuk tujuan lebih besar.

Mengutip info dari NordVPN, Senin (1/7/2024), red hat hacker beraksi sebagai aktivis digital alias semacam 'penjaga' bumi maya.

Mereka memanfaatkan keahlian meretas untuk menyampaikan pesan, baik itu bermotif politik, sosial, alias ideologi.

Namun tidak hanya itu, dikutip dari Mitnick Security, peretas topi merah juga mempunyai misi unik, ialah memburu dan menjatuhkan pelaku kejahatan siber.

Dari sejumlah informasi, mereka kerap mengambil tindakan sendiri, tidak berjuntai pada otoritas resmi alias dikenal sebagai vigilante.

Peretas ini biasanya melacak para penjahat nan berupaya mencuri alias merusak data, lampau membongkar sistem komputer korbannya.

Aksi nan mereka lakukan bisa berupa serangan tunggal untuk membocorkan info rahasia. Bahkan, kampanye nan lebih luas untuk memperjuangkan rumor tertentu seperti kebebasan berbicara.

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Aksi Red Hat Hacker

Meski mempunyai tujuan berbeda, red hat hacker menggunakan perangkat nan sama para black hat hacker alias peretas dengan tujuan kriminal. Botnet, malware, dan pemanfaatan kerentanan adalah beberapa senjata nan mereka pakai.

Yang menarik, red hat hacker kadang bekerja sama dengan white hat hacker (peretas nan membantu mengamankan sistem), jika memang mereka mempunyai tujuan nan sejalan. Bahkan, lembaga pemerintah.

Beberapa golongan red hat hacker nan menarik perhatian bumi adalah Anonymous. Kelompok ini terkenal dengan serangan terhadap Gereja Scientology, WikiLeaks, hingga Vladimir Putin.

Selain itu, WikiLeaks juga bisa dikategorikan sebagai red hat hacker nan kerap membocorkan info rahasia untuk memperjuangkan kebebasan berbicara.

Kendati demikian, tindakan red hat hacker ini juga kerap menimbulkan perdebatan etis. Apakah mereka betul-betul hacker nan memihak kebenaran alias peretas nan main pengadil sendiri?

PDNS 2 Terdampak Ransomware, Data nan Dicuri Tak Bisa Kembali?

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) baru saja memberikan update terkini mengenai perkembangan kasus Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). 

Direktur Network & IT Solution Telkom, Herlan Wijanarko mengatakan beberapa upaya untuk memulihkan PDNS 2 Surabaya.

"Kita sejak kejadian hingga hari ini diasistensi oleh BSSN, Kominfo dan para tenant berupaya untuk melakukan recovery dengan sumber daya nan dimiliki," ucap Herlan saat Konferensi Pers, Rabu (26/6/2024).

Kendati demikian, dia mengatakan jika info nan sudah dienkripsi sudah tidak bisa diambil lagi oleh Kominfo.

"Beberapa info nan dienkripsi sudah enggak bisa di-recovery lagi," ucapnya.

Meski info nan diambil tidak bisa diambil lagi, Herlan menyebut beberapa info dari tenant Pusat Data Nasional itu tetap memiliki backup.

"Kita mengidentifikasi tetap ada 44 tenant nan di-backup," ujarnya. "Kami berupaya untuk mengaktifkan kembali jasa nan terdampak," tuturnya menambahkan. 

Tak hanya itu, Herlan juga mengatakan Kementerian Kominfo bersama Telkom Sigma dan BSSN telah mengontak tenant nan terdampak.

"Kami menghubungi tenant nan terdampak untuk memastikan mereka memiliki data backup," ucap Herlan.

Langkah Pemerintah

Mengantisipasi info nan sudah tidak bisa di-backup, Herlan mengungkapkan, kementerian Kominfo beserta BSSN dan Telkom Sigma bakal membikin ulang PDNS yang baru.

"Kami bakal membuat enviroment baru jika info tenant nan terdampak tidak bisa dikembalikan," ujarnya menutup pernyataan.

Sebagai informasi, pada Kamis (20/6/2024), PDNS nan dikelola Kominfo berbareng Telkom Sigma diserang ransomware Brain Chiper. 

Brain Chiper sendiri merupakan ransomware yang dibuat menggunakan teknologi Lockbit 3.0, nan menurut beberapa sumber, susah untuk ditembus.

Pelaku serangan itu meminta tebusan USD 8 juta (sekitar Rp 131 miliar) agar info nan dienkripsi bisa kembali.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi