Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pendiri OpenAI dan mantan kepala intelektual Ilya Sutskever mengaku telah mendirikan perusahaan kepintaran buatan (artificial intelligence/AI) baru.
Apakah tujuannya mau melawan ChatGPT? Perusahaan AI tersebut berfokus pada pembuatan lingkungan AI nan kondusif pada saat beberapa perusahaan teknologi terbesar mau mendominasi model AI generatif.
Mengutip Reuters, Kamis (20/6/2024), perusahaan berjulukan Safe Superintelligence ini merupakan perusahaan Amerika Serikat nan berkantor di Palo Alto dan Tel Aviv.
Melalui cuitan di X namalain Twitter, Sutskever mengungkapkan bahwa dia memulai perusahaan ini untuk keselamatan dan keamanan dalam penggunaan AI.
“Fokus tunggal kami berfaedah tidak ada gangguan dari overhead manajemen alias siklus produk, di mana model upaya kami menjunjung keselamatan, keamanan, dan kemajuan tanpa terisolasi dari tekanan komersial jangka pendek,” ujarnya.
Sutskever berasosiasi dengan mantan peneliti OpenAI Daniel Levy dan Daniel Gross, salah satu pendiri Cue dan mantan ketua AI di Apple sebagai salah satu pendiri perusahaan AI Safe Superintelligence.
Sutskever meninggalkan OpenAI nan didukung Microsoft pada Mei 2024 setelah memainkan peran krusial dalam pemecatan dan perekrutan kembali CEO Sam Altman secara dramatis pada November 2023.
Ilya Sutskever dikeluarkan dari majelis perusahaan setelah Altman kembali menjabat sebagai CEO OpenAI.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
OpenAI Tunjuk Mantan Bos Intelijen NSA jadi Direksi
Sebelumnya, OpenAI menunjuk seorang mantan pejabat tinggi cyberwarrior dan intelijen AS (National Security Agencynsa), Paul Nakasone, ke dalam majelis direksinya.
Perusahaan menyebut dia bakal membantu melindungi pembuat ChatGPT dari serangan 'aktor jahat nan semakin canggih'. Demikian sebagaimana dilansir AP News, Sabtu (15/6/2024).
Pensiunan Jenderal Angkatan Darat itu adalah komandan Komando Siber AS dan direktur NSA sebelum mengundurkan diri pada awal tahun 2024.
Dia berasosiasi dengan majelis dewan OpenAI nan tetap merekrut personil baru setelah pergolakan di perusahaan AI asal San Francisco itu memaksa pergantian kepemimpinan majelis tahun lalu.
Anggota majelis sebelumnya tiba-tiba memecat CEO Sam Altman dan kemudian digantikan ketika dia kembali ke peran CEO-nya beberapa hari kemudian.
OpenAI mengembalikan Altman ke majelis dewan pada Maret dan mengatakan mereka mempunyai “kepercayaan penuh” pada kepemimpinannya setelah konklusi dari penyelidikan luar terhadap kekacauan perusahaan.
Dewan OpenAI secara teknis adalah organisasi nirlaba, tetapi juga mengatur bisnisnya nan berkembang pesat.
Nakasone juga berasosiasi dengan komite keselamatan dan keamanan OpenAI nan baru, sebuah golongan nan semestinya memberikan nasihat kepada seluruh majelis mengenai “keputusan keselamatan dan keamanan nan penting” untuk proyek dan operasinya.
Kelompok keselamatan AI terdahulu sudah dibubarkan setelah beberapa pemimpinnya mengundurkan diri.
Eks Karyawan OpenAI Peringatkan Soal Kurangnya Sistem Keamanan AI
Beberapa mantan tenaga kerja OpenAI menuliskan surat terbuka berisi peringatan. Dalam surat itu, para mantan tenaga kerja menyebut, OpenAI membungkam kritik mereka nan cemas terhadap keamanan AI namalain kepintaran buatan.
Surat terbuka tersebut ditandatangani oleh 13 mantan karyawan OpenAI. Surat ini menyatakan, tidak adanya pengawasan pemerintah nan efektif mengenai keamanan AI. Dalam suratnya, mereka juga perusahaan AI agar lebih berkomitmen pada prinsip kritik terbuka.
Mengutip The Verge, Minggu (9/6/2024), inisiatif pelayangan surat terbuka itu dilatarbelakangi perusahaan AI, khususnya OpenAI, nan dinilai tak mempunyai keselamatan nan memadahi.
Selain OpenAI, Google juga mendapat kritikan keras lantaran tetap mempertahankan penggunaan fitur AI Overview dalam Google Search, apalagi setelah orang-orang menyatakan fitur tersebut memberikan hasil nan nyeleneh.
Selain dua perusahaan itu, Microsoft juga mendapat kecaman lantaran Copilot Designer-nya, nan menghasilkan gambar AI berbau seksual.
Prinsip kritik nan tertulis pada surat tersebut termasuk menghindari pembuatan dan penegakan klausul nan tidak meremehkan, memfasilitasi pelaporan oleh pihak anonim nan “dapat diverifikasi” untuk melaporkan masalah.
Tak hanya itu, surat nan ditulis mantan tenaga kerja OpenAI ini juga menginginkan agar tenaga kerja saat ini dan mantan tenaga kerja dapat menyampaikan kekhawatirannya mengenai AI kepada publik secara bebas, tanpa perlu merasa ketakutan jika perusahaan teknologi membalas "serangan" mereka.
Surat tersebut menyatakan bahwa meskipun mereka percaya pada potensi AI untuk memberikan faedah bagi masyarakat, mereka juga memandang adanya risiko. Mulai dari meningkatnya kesenjangan, manipulasi dan info nan salah, serta kemungkinan kepunahan manusia.
Pelapor Kelemahan Keamanan AI Tak Dilindungi Penuh
Surat tersebut juga mengatakan jika pihak pelapor nan melaporkan kekhawatiran AI tidak dilindungi secara penuh.
Padahal, Departemen Tenaga Kerja AS menyatakan bahwa pekerja nan melaporkan pelanggaran upah, diskriminasi, keselamatan, penipuan, dan penundaan waktu rehat dilindungi oleh undang-undang perlindungan pelapor. Itu artinya,npemberi kerja tidak dapat memecat, memberhentikan, mengurangi jam kerja, alias memecat pelapor.
“Beberapa dari kita cukup takut bakal adanya beragam corak pembalasan, mengingat sejarah kasus-kasus serupa di seluruh industri. Kami bukan orang pertama nan menghadapi alias membicarakan masalah ini,” tulis surat itu.
Baru-baru ini, beberapa peneliti OpenAI mengundurkan diri setelah perusahaan tersebut membubarkan tim “Superalignment”. Tim ini nan berfokus pada penanganan akibat jangka panjang AI, dan kepergian salah satu pendiri OpenAI, Ilya Sutskever, nan telah memperjuangkan keselamatan di perusahaan.
Salah satu mantan peneliti, Jan Leike, mengatakan bahwa, “Budaya dan proses keselamatan tidak lagi menjadi prioritas bagi produk nan cemerlang di OpenAI."
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.