Kominfo: Telegram Sudah Respons Penghapusan Judi Online Usai Diberi Surat Peringatan

Sedang Trending 4 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi pesan Telegram nan sempat dikirimi surat peringatan pertama dan kedua oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi. Surat peringatan tersebut mengenai dengan peredaran konten gambling online di platform besutan Pavel Durov itu.

Namun, belum lama ini Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menyebut, pihak Telegram sudah merespons mengenai dorongan penghapusan konten gambling online di platform tersebut.

"Telegram sudah respons, kemarin kita minta tutup, channel-channelnya ditutup, ada jawaban dari mereka," kata Semual, dikutip dari Antara.

Sementara itu, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menjelaskan, kelanjutan komunikasi nan dijalin dengan platform pesan instan Telegram sebagai tindakan lanjutan untuk meminta platform tersebut kooperatif menutup akses ke konten bermuatan judi online nan ada.

Kominfo, kata Nezar, telah melayangkan surat peringatan ketiga. "Kalau tidak alim bakal diblokir, jika alim kenapa kudu diblokir," katanya.

Terancam Diblokir

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Ari Setiadi menegaskan pihaknya telah mengirimkan surat peringatan pertama dan kedua kepada aplikasi Telegram. Peringatan mengenai konten judi online.

Namun, pihak Telegram tidak merespons teguran Pemerintah itu sehingga Kemenkominfo bakal mengirim surat teguran ketiga sebagai peringatan terakhir.

Presiden Joko Widodo alias Jokowi menekankan bahwa pemerintah serius dalam memberantas pertaruhan online nan marak terjadi di Indonesia. Jokowi menyebut sebanyak 2,1 juta situs mengenai gambling online telah sukses ditutup. Selain itu, Jokowi juga bakal m...

* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Konten Judi Online

Wacana pemblokiran beberapa media sosial memang tengah ramai diperbincangkan masyarakat saat ini. Pemblokiran nan bakal dilakukan Kemenkominfo itu lantaran beberapa media sosial ditengarai ikut menyuburkan gambling online dan konten pornografi.

Setelah adanya rumor pemblokiran Twitter alias X nan bakal dilakukan Pemerintah, sekarang muncul upaya pemblokiran Telegram lantaran ikut serta mempromosikan gambling online dan konten pornografi.

Kebijakan pememblokiran aplikasi sebenarnya bukanlah perihal baru lantaran sebelumnya telah dilakukan kala menangani akun media sosial penyebar hoaks saat pemilu hingga memblokir situs gambling online.

Berdasarkan info per Januari 2024 nan dirilis Kemenkominfo, tercatat ada sekitar 800.000 website gambling online nan telah diblokir Pemerintah.

Sepanjang 17 Juli 2023 hingga 30 Desember 2023 total gambling daring nan diblokir 805.923 konten.

Sebelumnya, jumlah konten gambling daring nan telah diblokir ialah periode periode 17 Juli -- 31 Juli 2023 sebanyak 30.013 konten, periode 1 Agustus - 31 Agustus 2023 sebanyak 55.846 konten, periode 1 September -- 30 September 2023 sebanyak 96.371 konten, dan periode 1 Oktober -- 31 Oktober 2023 sebanyak 293.665 konten.

Selanjutnya pada periode 1 November -- 30 November sebanyak 160.503 konten telah diblokir dan terakhir periode 1 Desember -- 30 Desember pemblokiran dilakukan sebanyak 168.895 konten.

Telegram Sempat Diblokir Tahun 2017

Sebelumnya pada Juli 2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika sempat memblokir Telegram. Layanan pesan tersebut diblokir lantaran dipakai untuk menyebarkan konten dan muatan  radikalisme dan terorisme. 

Sementara itu, menyoal pemblokiran Telegram di Indonesia tujuh tahun lalu, CEO sekaligus pendiri Telegram Pavel Durov menyebut, pihaknya menyiapkan solusi guna meyakinkan pemerintah Indonesia bahwa Telegram berkomitmen memberantas konten negatif dan terorisme.

Adapun langkah pertama nan ditawarkan Telegram adalah memblokir semua saluran di Telegram nan berangkaian dengan terorisme. "Sebelumnya konten-konten ini sudah dilaporkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia kepada pihak Telegram," kata Durov.

Langkah kedua, Durov telah mengirim e-mail balasan kepada Menkominfo agar proses komunikasi bisa melangkah langsung antarkedua pihak.

"E-mail tersebut semestinya memungkinkan kami bekerja lebih efisien dalam mengidentifikasi dan menghalangi propaganda terorisme di masa depan," ujar laki-laki asal Rusia itu.

Hal ketiga nan bakal dilakukan Telegram adalah membentuk tim moderator nan mempunyai pengetahuan bahasa dan budaya Indonesia. Tim ini mempunyai tugas memproses laporan konten berangkaian terorisme secara lebih sigap dan akurat.

* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.

Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi