Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) membantah terjadi visitor berlebih alias overtourism di Bali di tengah padatnya turis nan berpiknik di Pulau Dewata.
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya berkilah info statistik tidak menunjukkan perihal tersebut.
Data Kemenparekraf mencatat pada 2019 ada 16,11 juta turis asing nan datang ke Indonesia. Dari total tersebut, sebanyak 6,3 juta orang di antaranya mengunjungi Bali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi turis lokal, ada 10,5 juta orang berpelesir ke Bali pada 2019. Sedangkan pada 2023, jumlah turis lokal nan berpiknik ke bali mencapai 9,8 juta wisatawan.
"Jadi, jika dari sisi statistik, nampaknya belum overtourism," kata Nia dalam "The Weekly Brief with Sandi Uno" (WBSU), dikutip Antara, Senin (29/4).
Menurutnya, nan jadi masalah pariwisata di Bali adalah pengedaran visitor nan kurang merata.
"Mungkin ada aspek penyebaran nan konsentrasinya di selatan," ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan pihaknya sedang mengupayakan pemerataan kunjungan wisatawan, khususnya turis asing, ke beberapa area pariwisata.
"Kami di Bali sudah menyusun pola perjalanan, travel pattern, untuk gimana kami bakal distribusikan wisatawan. Kami arahkan untuk ke Bali Utara, Bali Timur, maupun Bali Barat, sehingga kesan overtourism itu tidak ada," kata Tjok Bagus.
Sejumlah upaya nan ditempuh, kata Tjok Bagus, adalah membenahi atraksi pariwisata di sisi lain Bali. Misalnya, membenahi Pura Besakih nan berlokasi di Kabupaten Karangasem (Bali Timur).
Kemudian, membangun menara Turyapada di Kabupaten Buleleng (Bali Utara), hingga pembangunan tol dari Bali Barat menuju Mengwi, Kabupaten Badung.
"Mudah-mudahan dengan atraksi nan sudah kami buat dan ada beberapa atraksi nan pembenahan-pembenahan, termasuk aksesibilitas, overtourism ini bisa kita minimalisir," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]
(pta/agt)