Liputan6.com, Jakarta - Telegram tengah jadi bahan perbincangan lantaran layanannya nan kerap dipakai untuk aktivitas ilegal. Tim Kaspersky Digital Footprint Intelligence pun menganalisis saluran gambaran Telegram.
Bahkan, temuan mereka mengungkap adanya tren nan meresahkan di Telegram. Misalnya, makin banyaknya penjahat bumi maya nan memakai Telegram sebagai platform untuk aktivitas pasar underground.
Bahkan dalam keterangan Kaspersky, dikutip Senin (1/7/2024), penjahat bumi maya aktif mengoperasikan saluran dan grup di Telegram nan didedikasikan untuk mendiskusikan skema penipuan, mendistribusikan database nan bocor, hingga jual beli beragam jasa kriminal. Seperti pencairan dana, pemalsuan dokumen, jasa serangan DDoS dan banyak lainnya.
Data Digital Footprint Intelligence Kaspersky menyebutkan, volume unggahan semacam itu melonjak 53 persen pada Mei-Juni 2024 dibandingkan periode nan sama tahun lalu.
Analis di Kaspersky Digital Footprint Intelligence Alexei Bannikov mengungkapkan, meningkatnya minat terhadap Telegram dari organisasi penjahat bumi maya didorong oleh sejumlah faktor.
Pertama, aplikasi pesan ini begitu populer. Menurut sang pendiri Telegram Pavel Durov, sekarang audiensnya mencapai 900 juta per bulan.
Kedua, Telegram dipasarkan sebagai aplikasi pesan paling kondusif dan independen. Telegram disebut tak mengumpulkan info apa pun dari pengguna, jadi ada rasa kondusif dan impunitas bagi pelaku ancaman.
Kasus pembajakan konten berbayar di aplikasi Telegram kian marak. Selain itu perlindungan terhadap karya berkuasa cipta juga jadi sorotan. Lalu seperti apa ancaman hukumannya bagi pembajak konten berbayar dan karya berkuasa cipta?
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kemudahan Buat Komunitas di Telegram
"Ketiga, membikin organisasi di Telegram relatif mudah. Jika dikombinasikan dengan faktor-faktor lainnya, memungkinkan beragam saluran, termasuk saluran penjahat bumi maya untuk mengumpulkan audiens dengan cepat," kata Alexei.
Sementara itu, penjahat bumi maya nan beraksi di Telegram umumnya memperlihatkan kecanggihan dan skill teknis nan lebih rendah daripada nan ada di dark web.
Ini lantaran rendahnya halangan masuk ke organisasi gambaran di Telegram. Selain itu, Telegram tidak mempunyai reputasi nan serupa dengan nan ditemukan di banyak forum dark web. Oleh lantaran itu, banyak penipu di Telegram condong menipu sesama personil komunitasnya.
Penipu Anggap Bisa Pakai Telegram untuk Distribusi Database Curian
Alexei menambahkan, ada tren lain bahwa Telegram datang sebagai platform tempat beragam peretas membikin pernyataan dan mengekspresikan pandangan mereka.
"Karena pedoman pengguna nan luas dan pengedaran konten nan sigap melalui saluran Telegram, para peretas menganggap platform ini sebagai perangkat nan mudah dipakai untuk memicu serangan DDoS dan metode merusak lainnya terhadap prasarana nan ditargetkan," katanya.
Selain itu, para peretas menganggap bisa melepaskan info rampasan dari organisasi nan diserang ke domain publik memakai saluran gambaran di Telegram.
Terancam Ditutup di Indonesia
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Ari Setiadi menegaskan pihaknya telah mengirimkan surat peringatan pertama dan kedua kepada aplikasi Telegram. Peringatan mengenai konten judi online.
Namun, pihak Telegram tidak merespons teguran Pemerintah itu sehingga Kemenkominfo bakal mengirim surat teguran ketiga sebagai peringatan terakhir.
Menteri Budi melansir Antara, seperti ditulis Kamis (20/6/2024), mengatakan, jika perihal itu tidak diindahkan pihak Telegram, Kemenkominfo bakal menutup aplikasi tersebut.
Wacana pemblokiran beberapa media sosial memang tengah ramai diperbincangkan masyarakat saat ini. Pemblokiran nan bakal dilakukan Kemenkominfo itu lantaran beberapa media sosial ditengarai ikut menyuburkan gambling online dan konten pornografi.
Setelah adanya rumor pemblokiran Twitter alias X nan bakal dilakukan Pemerintah, sekarang muncul upaya pemblokiran Telegram lantaran ikut serta mempromosikan gambling online dan konten pornografi.
Kebijakan pememblokiran aplikasi sebenarnya bukanlah perihal baru lantaran sebelumnya telah dilakukan kala menangani akun media sosial penyebar hoaks saat pemilu hingga memblokir situs gambling online.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.