Liputan6.com, Jakarta - Google resmi menghentikan update Google Play Services untuk perangkat Android Lollipop. Keputusan ini diambil mengingat sistem operasi tersebut sudah sangat lawas dan jumlah perangkat nan menjalankannya kurang dari 1 persen.
Android Lollipop sendiri pertama kali dirlis pada November 2024, nyaris satu dasawarsa lalu. Dan hingga saat ini, Google telah menghadirkan jenis terbaru Android dengan beragam penemuan dan fitur termutakhir.
"Perangkat Lollipop bakal terus berfaedah tetapi tidak bakal menerima fitur baru, pembaruan keamanan penting, dan mungkin tidak kompatibel dengan beberapa aplikasi," tutur jura bicara Google seperti dikutip dari 9to5Google, Senin (15/7/2024).
Untuk itu, Google mendorong pengguna nan tetap memakai HP Android jenis Lollipop untuk memperbarui perangkatnya. Dengan demikian, mereka bakal mendapatkan fitur dan peningkatan keamanan terbaru.
Sebagai informasi, Android Lollipop juga mencetak sejarah tersendiri bagi Android. Sebab, pada jenis ini Google pertama kali menerapkan kreasi Material Design di Android.
Untuk diketahui, Google memang menerapkan kebijakan untuk menyetop support pada sistem operasi nan dirasa sudah terlalu lama. Hal ini dilakukan agar perusahaan bisa lebih konsentrasi pada perangkat dan sistem operasi lebih baru.
Perlu diketahui pula, ketika Google menghentikan update untuk sebuah jenis Android, pada dasarnya sistem operasi tersebut tetap mendapatkan pembaruan Google Play Services untuk beberapa waktu, sebelumnya akhirnya disetop.
Saat ini, Android paling lawas nan tetap mendukung Google Play Services adalah Android 6.0 atau Marshmallow.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Malware Medusa Bangkit Lagi, Siap Serang Jutaan Pengguna Android
Di sisi lain, malware Medusa sekarang kembali lagi dengan serangan nan lebih senyap namun mempunyai pengaruh nan sama berbahayanya dengan sebelumnya.
Para peneliti pun mulai cemas bakal penyebaran Medusa nan sebelumnya hiatus. Sebab, malware itu sebelumnya telah menyerang banyak pengguna Android.
Varian Medusa nan baru ini telah banyak dipakai oleh pelaku kejahatan siber dan menargetkan banyak korban di beragam negara.
Laporan dari keamanan siber Cleafy, sebagaimana dikutip dari Tech Radar, Jumat (28/6/2024), para peneliti mengungkapkan bahwa malware Android ini telah dijumpai di aplikasi berjulukan 4K Sports. Setelah ditelusuri, aplikasi tersebut ternyata sudah disusupi Medusa nan telah berevolusi.
Cleafy juga mengatakan malware baru ini meminta lebih sedikit izin, sehingga susah dideteksi. Selain itu, malware juga meminta izin lainnya seperti SMS hingga Manajemen Paket.
Laporan juga mengungkapkan bahwa Medusa telah digunakan oleh lima botnet, ialah UNKN, AFETZEDE, ANAKONDA, PEMBE, dan TONY nan mempunyai jenis serangan nan berbeda-beda.
Botnet tersebut kebanyakan menyerang pengguna Android di banyak negara, seperti Kanada, Spanyol, Prancis, Italia, Inggris, AS, dan Turki.
Hingga saat ini, peneliti tetap belum menemukan malware Medusa di aplikasi nan tersedia di Google Play Store.
Pun demikian, situs web khusus, saluran media sosial, phishing, dan metode lainnya juga dapat menjadi jalan mulus bagi peretas untuk menyebarkan aplikasi nan sudah disusupi malware Medusa.
5,5 Juta Pengguna Android Terancam, Ada Malware Baru di Sejumlah Aplikasi Populer
Meski malware Medusa tidak terdeteksi di aplikasi nan ada di Play Store, nyatanya tetap ada 90 lebih aplikasi di Play Sote nan disusupi malware.
Mengutip Gizchina, Minggu (9/6/2024), ada lebih dari 90 aplikasi rawan di Android nan menyamar sebagai aplikasi tool dan utilitas nan sah dan sukses melewati proses pemeriksaan Google serta menyusup ke toko aplikasi resmi.
Secara kolektif, aplikasi-aplikasi berbahaya tersebut telah diunduh 5,5 juta kali sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas langkah keamanan nan diterapkan Google. Sekaligus menyoroti strategi penjahat siber nan terus berkembang.
Di antara beragam ancaman nan teridentifikasi, trojan nan begitu canggih berjulukan Anatsa, juga dikenal sebagai TeaBot menonjol lantaran tekniknya nan licik.
TeaBot sendiri menggunakan strategi dropper, nan berfaedah dia menyembunyikan niat jahat dengan menyamar sebagai aplikasi utilitas nan terlihat tidak berbahaya.
Aplikasi nan Disusupi Malware TeaBot
Kategori nan dieksploitasi malware TeaBot meliputi:
- Aplikasi PDF reader dan pemindai kode QR: Tools ini tampak terpercaya. Dua aplikasi jenis ini nan rupanya disusupi adalah PDF Reader and File Manager nan dibesut Tsarka Watchfaces dan QR Reader and File Manager nan dibesut Risovanul. Aplikasi ini diunduh lebih dari 70.000 kali dan sekarang telah di-takedown.
- Aplikasi Fotografi: Aplikasi ini bisa menarik pengguna nan menyukai fotografi mobile.
- Pelacak Kesehatan dan Kebugaran: Aplikasi ini harusnya membujuk pengguna konsentrasi pada kesehatan dan kebugaran. Aplikasi ini mengeksploitasi segmen pasar nan berkembang sembari menyuntikkan malware ke dalam sistem.
Kemampuan TeaBot untuk melewati penemuan dan menarget sejumlah pengguna. Berikut adalah beragam teknik nan dipakai untuk mencapai tujuan Trojan:
- Obfuscation Lanjutan: Kode TeaBot sengaja di-obsfuscate, sehingga membikin susah bagi perangkat lunak keamanan untuk mengidentifikasi sifat jahatnya.
- Unduhan Kode Dinamis: Malware ini bisa mengunduh kode jahat tambahan setelah diinstal, sehingga memungkinkan aplikasi tetap diperbarui dan menghindari deteksi.
- Overlay Login Palsu: TeaBot bisa membikin overlay tiruan nan meniru aplikasi perbankan nan sah, ketika pengguna memasukkan kredensial mereka, mereka tanpa sadar memberikannya pada penyerang.
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.