Liputan6.com, Jakarta - Klaim nan tidak berdasar tentang apa nan terjadi pada rapat umum di Butler, Pennsylvania, AS langsung membanjiri media sosial setelah mantan Presiden Donald Trump ditembak.
Tanpa ada bukti nan jelas, banyak unggahan di media sosial menyalahkan tokoh-tokoh sayap kiri nan menargetkan Donald Trump, dan membangun pendapat bahwa “deep state” alias komplotan rahasia di dalam pemerintahan berupaya menghentikannya untuk kembali instansi Gedung Putih.
Klaim nan belum diverifikasi tersebut muncul di platform media sosial termasuk Gab, Truth Social dan Parler, nan disukai oleh golongan sayap kanan.
Mengutip laman New York Times, Minggu (14/7/2024), disinformasi ini juga menyebar di X, Telegram, Facebook, dan Instagram.
Terkait perihal ini master disinformasi langsung mendesak agar berhati-hati dan memperingatkan masyarakat untuk tidak langsung mengambil kesimpulan.
“Kita bakal memandang banyak disinformasi menyebar tentang siapa nan berada di kembali penembakan itu, siapa nan mengeksekusinya, dan kejadian-kejadian nan menyebabkan peristiwa ini,” tulis Roberta Braga, pendiri lembaga think tank Digital Democracy Institute of the Americas di X.
Aparat penegak norma memerlukan waktu untuk menyelidiki apa nan terjadi pada rapat umum tersebut.
Video dari aktivitas tersebut menunjukkan Donald Trump terjatuh ke panggung dan telinganya mengeluarkan darah sebelum diantar keluar oleh pemasok Dinas Rahasia.
* Follow Official WA Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Joe Biden Dituduh Jadi Dalang Pelaku Penembakan
Beberapa akun media sosial menyebut seorang laki-laki bersenjata nan mempunyai hubungan dengan “deep state” telah melepaskan tembakan dan menembak Trump.
Tanpa mengutip bukti, laporan itu juga menyalahkan lembaga pemerintah seperti FBI dan Centers for Disease Control nan menargetkan Trump.
Perwakilan Mike Collins, dari Partai Republik di Georgia, dengan sigap menuduh Presiden Joe Biden nan memerintahkan penembakan pada rapat umum Trump, tetapi tidak ada bukti jelas.
“Joe Biden mengirimkan perintah,” tulisnya di X. Namun, Collins memberikan tanggapan atas klaimnya itu.
Pengguna media sosial lain menyatakan bahwa setiap pelaku penembakan adalah personil dari golongan sayap kiri Antifa, alias bertindak atas nama perseorangan transgender.
Namun sekali lagi, tak satu pun dari postingan tersebut memberikan bukti atas teori mereka.
Donald Trump Ditembak Saat Kampanye Pilpres AS, Berdarah di Bagian Telinga
Mantan Presiden Donald Trump dilarikan ke luar panggung setelah ditembak pada saat kampanye Pilpres AS di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), pada Sabtu (14/7/2024).
Secret Service seperti dilansir CBS News, Minggu (14/7) menuturka bahwa Trump sekarang kondusif dan tim kampanyenya mengatakan dia sedang diperiksa di rumah sakit setempat.
Jaksa wilayah Butler County mengonfirmasi kepada KDKA-TV CBS Pittsburgh bahwa dua orang tewas dalam peristiwa ini, ialah laki-laki bersenjata dan seorang penonton. Dua sumber penegak norma mengonfirmasi kepada CBS News bahwa laki-laki bersenjata itu adalah laki-laki, namun identitasnya belum dirilis.
Para wartawan mendengar banyak tembakan dan Secret Service bergegas ke panggung. Video nan diambil oleh CBS News menunjukkan Trump menyentuh telinganya dan kemudian berjongkok di tanah. Darah terlihat di bagian telinganya.
Trump lantas dibawa pergi dengan iring-iringan mobil. Dia mengangkat tinju saat masuk ke dalam mobil SUV nan membawanya pergi.
"Secret Service telah menerapkan langkah-langkah perlindungan dan mantan presiden aman," kata ahli bicara Secret Service Anthony Guglielmi. "Ini sekarang merupakan penyelidikan aktif Secret Service dan info lebih lanjut bakal dirilis jika tersedia."
Tidak Ada Ancaman Lebih Lanjut
Tim kampanye Trump mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Presiden Trump berterima kasih kepada penegak norma dan petugas pertolongan pertama atas tindakan sigap mereka selama tindakan biadab ini. Dia baik-baik saja dan sedang diperiksa di akomodasi medis setempat. Rincian lebih lanjut bakal menyusul."
Dua sumber penegak norma mengungkapkan kepada CBS News bahwa tidak ada lagi ancaman.
Respons Joe Biden
Sementara itu, merespons peristiwa ini Presiden Joe Biden mengatakan dia belum berbincang dengan Trump, namun berupaya menghubunginya dan berambisi bisa berbincang dengannya malam ini.
"Tidak ada tempat bagi kekerasan seperti ini di Amerika Serikat. Ini sakit. Ini sakit," kata Biden.
Seorang reporter bertanya kepada presiden apakah dia percaya ini adalah upaya pembunuhan.
"Saya tidak cukup tahu – saya punya pendapat, tapi saya tidak punya kebenaran apa pun," ujar Biden. "Jadi saya mau memastikan saya mengetahui semua faktanya sebelum saya berkomentar lebih lanjut."
Infografis Donald Trump Hadapi 34 Dakwaan Kejahatan. (Liputan6.com/Trieyasni)
* Fakta alias Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran info nan beredar, silakan WA ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci nan diinginkan.