CNN Indonesia
Jumat, 01 Nov 2024 10:52 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana membongkar filosofi makan bergizi gratis nan ditetapkan Presiden Prabowo Subianto.
Dadan menyebut ada dua titik kritis pertumbuhan anak. Pertama, pada 1.000 hari awal kehidupan sehingga pemenuhan gizi krusial demi menghindari stunting.
Sedangkan titik kritis kedua ada di rentang usia 8 tahun-17 tahun. Dadan menyebut banyak pihak luput memberi gizi baik pada tahap ini, sehingga makan cuma-cuma bakal diberikan juga untuk anak SMA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kemudian mencontohkan kasus nyata nan dialami di keluarganya. Dadan membandingkan pertumbuhan kedua anaknya dengan sang keponakan.
Sang keponakan memang diberi gizi pada 1.000 hari pertama, apalagi sampai obesitas. Namun, ponakan Dadan melakukan diet terlalu awal saat duduk di bangku SMP lantaran malu punya berat badan berlebih.
Pada akhirnya, tinggi keponakan Dadan tak lebih dari 160 cm sampai sekarang. Ia menegaskan intervensi di titik kritis kedua ini krusial agar pertumbuhan otot anak berkembang dengan baik.
"Beda dengan dua anak kami, kebetulan saya ada istri satu dan anak dua. Dua orang (anak) laki-laki nan tingginya tidak kurang dari 181 cm. Bahkan, nan anak kedua itu 185 cm. Karena pada 1.000 hari pertama kita genjot dengan gizi nan cukup, apalagi susunya nyaris 2 liter sehari sampai SMP," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta Pusat, Kamis (31/10).
"Jadi, SMP itu badannya gendut sekali, beratnya nyaris 104 kg. Kemudian, masuk SMA baru dia sadar kegemukan dan setop makan setiap jam 4 dan langsung turun (berat badan). Tapi tinggi badannya sudah 185 cm. Kenapa? Karena kita biarkan dipenuhi gizinya pada saat pertumbuhan di periode kedua," tegas Dadan.
Oleh lantaran itu, Dadan menegaskan pentingnya intervensi gizi anak oleh pemerintah. Ia apalagi mewanti-wanti ancaman di kemudian hari umpama tak ada makan bergizi gratis.
Ia memperkirakan populasi Indonesia pada 2045 bakal diisi anak-anak nan kebanyakan lahir dari family kurang mampu. Ini berpotensi terjadi jika pemerintah tak memberikan makan bergizi gratis.
"Jadi betul apa nan dikatakan oleh Pak Prabowo, 'Jangankan bermain bola nan dituntut fit 90 menit, jangan-jangan bertanding pun tidak mampu'," ucap Dadan.
"Oleh karena itu, Pak Prabowo Subianto menekankan program makan bergizi adalah pertaruhan kedudukan beliau," tandasnya.
[Gambas:Video CNN]
(skt/agt)