AI dan Masa Depan Jurnalisme, Kolaborasi atau Kompetisi?

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Seminar Nasional bertajuk "Jurnalisme versus Artificial Intelligence, Peluang dan Tantangan" menjadi momen krusial bagi para pelaku media untuk memahami hubungan antara teknologi dan bumi jurnalistik.

Dalam aktivitas ini, sejumlah master berbagi pandangan menarik tentang gimana kepintaran buatan (artificial intelligence/AI) bisa jadi mitra strategis, alih-alih sebagai ancaman.

Jurnalisme sendiri tengah menghadapi tantangan besar, seiring kemajuan teknologi kepintaran buatan (AI). Dalam seminar ini, sejumlah tokoh menyampaikan pandangan mereka mengenai peran AI dalam bumi jurnalistik.

AI dan Jurnalisme: Bersaing alias Berkolaborasi?

Tri Agung Kristanto, Ketua Komisi Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi Dewan Pers, menekankan jika AI harusnya menjadi pelengkap bagi jurnalisme, bukan ancaman.

“Kami sadar bahwa kewartawanan dan AI tidak bakal berlawanan, harusnya saling melengkapi meskipun ada kegelisahan di antara masyarakat pers kita nan cemas bahwa semakin berkembang AI bakal menggantikan teman-teman jurnalis.” ujarnya di Jakarta, Rabu (11/12/2024).

Menurut Tri Agung, teknologi tidak sepenuhnya bakal menggantikan peran manusia. AI dapat menjadi perangkat nan mendukung wartawan menghasilkan konten lebih sigap dan akurat, asalkan dimanfaatkan dengan bijak.

Wenseslaus Manggut selaku Chief Content Officel Kapan Lagi Youniverse juga membahas afinitas tentang AI.

“Jika komputer itu adalah sepeda, maka AI adalah mobil,” ujarnya. Ia menyoroti bahwa AI adalah teknologi nan mempercepat proses kerja, tetapi tetap memerlukan pengendali manusia.

Menurut survei terhadap organisasi media, 73 persen responden percaya bahwa AI menawarkan kesempatan baru, dan 85 persen organisasi tersebut sudah mulai menggunakan AI, terutama dalam penulisan.

 “Tugas kita adalah mengedukasi gimana memakai AI dalam konteks jurnalisme,” ucap Wens.

Kunci Manfaatkan AI dalam Jurnalisme

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekhawatiran tinggi terhadap potensi AI nan bisa menggantikan pekerjaan manusia.

Namun, Wens mengingatkan bahwa ancaman itu hanya berlaku bagi mereka nan tidak bisa beradaptasi.

“Cara nan paling bagus untuk memanfaatkan AI adalah dengan hybrid, ialah menggunakan AI tetapi tetap dikendalikan dan diedit oleh manusia,” dia menjelaskan.

Wens menegaskan pentingnya menulis untuk manusia, bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan SEO, kareana SEO merupakan alat. Jurnalis tetap kudu menentukan topik, dan AI hanya membantu untuk mencari data.

AI: Peluang Positif bagi Jurnalisme Indonesia

Meski ada kekhawatiran, akibat positif AI bagi kewartawanan di Indonesia mencapai 80 persen, menurut info seminar. 

Selain mempercepat proses kerja, AI bisa menjadi solusi atas kebutuhan kajian info nan kompleks. Namun, masyarakat perlu diedukasi untuk membedakan buletin nan dibuat dengan alias tanpa sentuhan AI.

Pada akhirnya, AI bukan ancaman, melainkan perangkat nan dapat membawa kewartawanan kembali ke esensinya, melayani masyarakat dengan info nan berkualitas. Seperti nan disampaikan Wens, “AI adalah jalan pulang bagi jurnalisme.”

Seminar ini menjadi pengingat krusial bahwa teknologi tidak bakal pernah sepenuhnya menggantikan produktivitas manusia, tapi justru mendukung pekerjaan jurnalistik untuk lebih efisien dan relevan di era digital.

Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyaksikan peluncuran uji coba keenam roket SpaceX Starship pada 19 November 2024 di Brownsville, Texas. (Brandon Bell/Getty Images North America/Getty Images via AFP)
Sumber liputan6.com teknologi
liputan6.com teknologi